Page 572 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 572
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 570
tanda-tanda “asing” lainnya. Tidak sedikit dari kalangan awam
yang terkecoh dengan penampilan semacam itu. Padahal mereka
mungkin jauh lebih awam dari kebanyakan orang awam. Tidak
sedikit dari orang-orang semacam itu yang tidak mengetahui
‘Ilm al-Dîn al-Dlarûri, dan memiliki keyakinan rusak seperti
keyakinan hulûl da wahdah al-wujûd. Jangan heran jika mereka
tidak mengetahui hal-hal yang membatalkan wudlu’, rukun-
rukun shalat, hal-hal yang membatalkan shalat, tatacara istinjâ’,
tidak mengatahui riba’, tidak mengatahui hal-hal yang
diwajibkan atau diharamkan syari’at, dan hal-hal pokok lainnya.
Karena orang-orang semacam mereka hanya bertujuan meraih
popularitas dan kesenangan. Dan tasawuf adalah alat yang
sangat nyaman untuk mereka jadikan kendaran dalam
mengelabui orang-orang awam.
Orang-orang sufi gadungan semacam inilah yang wajib kita
perangi. Karena kerusakan yang ditimbulkan oleh mereka dapat
berdampak lebih besar dari kerusakan yang ditimbulkan oleh
orang-orang kafir, seperti Yahudi dan Nasrani. Orang-orang sufi
besar terdahulu, seperti Imam al-Qusyairi, latar belakang mereka
menuliskan kitab-kitab tentang tasawuf tidak lain hanya untuk
membedakan antara kaum sufi sejati dan kaum sufi palsu dan
gadungan, sekaligus untuk memerangai “sufi-sufi” perusak
tersebut. Demikian pula yang dilakukan oleh al-Hâfizh Abu
Nu’aim ketika beliau menulis kitab penomenalnya yang berjilid-
jilid, Hilyah al-Auliyâ’ Fî Thabaqât al-Ashfiyâ’, tidak lain hanya
untuk membedakan antara kaum sejati dengan kaum sufi palsu.
Gambaran yang dituliskan oleh para ulama besar, semacam
al-Qusyairi dan Abu Nu’aim, tentang kaum sufi sejati jelas tidak
sejalan dengan orang-orang yang menjadikan tasawuf sebagai