Page 6 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 6
4 | Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid
Mukadimah
Pembagian tauhid kepada Uluhiyyah, Rububiyyah dan al-
Asma‟ wa ash-Shifat sebenarnya dibuat pertama kali oleh Ibnu
Taimiyah. Tidak ada siapapun dari para ulama sebelumnya yang
telah membagi tauhid kepada tiga bagian tersebut. Dengan
kreasinya ini, Ibnu Taimiyah lalu mengkafirkan umat Islam hanya
karena mereka melakukan tawassul dan tabarruk dengan para Nabi
atau dengan orang-orang saleh. Menurut Ibnu Taimiyah, mereka
adalah orang-orang yang tidak paham tauhid Uluhiyyah. Mereka,
para pelaku tawassul dan tabarruk, menurut Ibnu Taimiyah, hanya
memahami tauhid Rububiyyah saja, yaitu pengakuan bahwa Allah
adalah Pencipta segala sesuatu, nihil dari tauhid Uluhiyyah.
Padahal, --masih menurut Ibn Taimiyah--, pengakuan terhadap
tauhid Rububiyyah seperti itu tidak hanya oleh orang-orang Islam
saja, tapi juga diakui oleh orang-orang kafir dan orang-orang
1
Musyrik .
Adapun kreasi Ibnu Taimiyah dalam menetapkan adanya
istilah tauhid yang ke tiga, disebut dengan tauhid al-Asma‟ wa ash-
Shifat; tujuan utamanya adalah untuk menegaskan bahwa teks-teks
mutasyabihat, baik dalam al-Qur‘an maupun dalam hadits-hadits
Nabi tidak boleh dipahami dengan takwil. Tetapi teks-teks
tersebut menurut Ibnu Taimiyah wajib dipahami dalam makna
literalnya atau makna zahirnya. Karena itu ada istilah berkembang
di kalangan para pengikut Ibnu Taimiyah mengatakan “al-
Mu‟awwil Mu‟ath-thil”; artinya orang yang melakukan takwil adalah
orang yang telah menafikan, mengingkari, atau mendustakan teks-
teks syari‘at. Dan orang yang mengingkari teks-teks syari‘at adalah
seorang yang kafir. Para pengikut Ibnu Taimiyah dikenal sangat
gigih menentang pemberlakuan takwil.
1 Ibnu Taimiyah, Fatawa Ibn Taimiyah, j. 14, h. 380