Page 97 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 97

Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid  | 95

                   Dari  penjelasan  ini  dipahami  bahwa  makna  Tabarruk
            adalah:  “Thalab  Ziyadah  al-Khair  Min  Allah”.  Artinya,  meminta
            tambahan kebaikan dari Allah.

                    Di antara sekian banyak hal yang Allah jadikan sebab bagi
            seseorang untuk memperoleh barakah dari-Nya adalah bertabarruk
            dengan  para  Nabi,  para  wali,  dan  dengan  para  ulama  yang
            mengamalkan  ilmu-ilmunya  (al-„Ulama  al-Amilin),  serta  dengan
            orang-orang saleh. Allah berfirman mengenai ucapan nabi Yusuf:
                          ِ
                                     ِ
                              ِ
                                                          ِ ِ ِ
                 ْةروس    (  ايصبْتْيَْ ِ بيَأْوجوْىَ لعْهوقْ لَ أفْاَ ذىْيصيمقبْاوبىْ ذا
                                            َ ُ ُ َ
                                                             َ
                        ً َ
                                َ
                                                                 َُ
                                                      َ
                                      ْ َ
                                                         ) ْ  ٜٖ ْ:فسوَ
                  “Pergilah  kalian  dengan  membawa  gamisku  ini,  lalu
                  letakkanlah ke wajah ayahku, maka ia akan dapat melihat
                  kembali”. (QS. Yusuf: 93)
            Dalam  ayat  ini  terdapat  penjelasan  bahwa  Nabi  Ya'qub
            bertabarruk dengan gamis Nabi yusuf. Nabi Ya‘qub mencium dan
            menyentuhkan  gamis  tersebut  ke  matanya,  sehingga  beliau  bisa
            melihat kembali.


            Dalil-Dalil Tabarruk

                   Para  sahabat  Rasulullah  telah  mempraktekkan  tabarruk
            (mencari  berkah)  dengan  peninggalan-peninggalan  Rasulullah,
            baik di masa hidup Rasulullah maupun setelah beliau meninggal.
            Dari  semenjak  itu  semua  ummat  Islam  hingga  kini  masih  tetap
            melakukan  tradisi  baik  yang  merupakan  ajaran  syari‘at  ini.
            Kebolehan  perkara  ini  diketahui  dari  dalil-dalil  yang  sangat
            banyak, di antaranya sebagai berikut:
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102