Page 92 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 92
90 | Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid
Bagaimana mereka berpegangan dengan hadits dla‘if yang
bertentangan dengan hadits yang shahih?!
(Dua): Kalangan anti Istighatsah dalam mengharamkan
isti'anah dan Istighatsah dengan selain Allah biasanya menyebutkan
sebuah hadits dari sahabat ‗Abdullah ibn ‗Abbas, bahwa
Rasulullah bersabda:
ِ
ِ ِ
ِ
ِ
ْ )يذمتلاْهاور(ْللهباْنعتسافْتنع تساْاذإو ْ َ َ ْ اللْلَ أسافْتْ لَ أسْاذإ ِ
َ
َ
ْ
َ
ْ َْ
َ َ ْ َْ
ّ
َ َ َ
“Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan
jika engkau minta tolong maka minta tolonglah kepada
Allah”. (HR. at-Tirmidzi).
Orang-orang anti istigotsah ini kemudian berkata: ―Hadits
ini menunjukkan bahwa isti'anah dan Istighatsah hanya dilakukan
kepada Allah saja. Adapun kepada selain Allah maka itu adalah
perbuatan syirik‖.
(Jawab): Mereka sama sekali tidak memahami makna
hadits ini dengan benar. Padahal makna hadits ini sama sekali
tidak mengandung larangan meminta kepada selain Allah, juga
tidak mengandung larangan meminta tolong kepada selain Allah.
Makna yang dimaksud oleh hadits ini adalah bahwa yang paling
layak dan paling utama untuk diminta dan diharap
pertolongannya adalah Allah. Namun demikian bukan berarti
perbuatan kufur dan syirik bila kita meminta tolong kepada selain
Allah. Bukankah dalam keseharian kita sering meminta tolong
kepada teman, kerabat, atau tetangga?! Apakah itu semua hendak
diklaim sebagai perbuatan kufur dan syirik?!
Pemaknaan hadits sahabat ‗Abdullah ibn ‗Abbas di atas
persis sama dengan sebuah hadits lainnya yang diriwayatkan Ibn
Hibban, bahwa Rasulullah bersabda: