Page 90 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 90
88 | Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid
dilakukan oleh para sahabat, para ulama Salaf, para ulama Fikih
dan ulama Hadits, ini semua menunjukkan bahwa telah menjadi
tradisi di kalangan para ulama Salaf dan Khalaf ketika mereka
menghadapi kesulitan atau ada keperluan maka mereka
mendatangi makam orang-orang saleh untuk berdoa,
beristighatsah dan bertawassul di sana dan mengambil berkahnya.
Dengan jalan ini kemudian permohonan mereka dikabulkan oleh
Allah. Mereka tidak pernah menganggap bahwa Istighatsah dengan
selain Allah sebagai perbuatan kufur atau syirik. Karena mereka
semua tahu bahwa keyakinan seorang muslim ahli tauhid ketika ia
melakukan Istighatsah dengan seorang Nabi dan atau wali Allah
yang ada dalam keyakinannya adalah bahwa Nabi atau wali
tersebut hanya sebagai sebab, sedangkan pemberi pertolongan
yang sesungguhnya adalah Allah. Ketika melakukan Istighatsah
dengan para Nabi atau para wali Allah, mereka tidak pernah
membedakan antara Nabi dan wali yang masih hidup atau yang
telah meninggal. Juga tidak pernah membedakan antara Istighatsah
di hadapan mereka atau tidak di hadapan mereka. Karena
keyakinan para ulama tesebut bahwa pemberi pertolongan yang
sesungguhnya adalah Allah semata, baik ketika Nabi atau wali
tersebut masih hidup atau setelah mereka meninggal.
Atsar-atsar dan perkataan para ulama Salaf dan Khalaf di
atas adalah merupakan bantahan atas perkataan sebagian orang
yang menyebutkan bahwa tidak pernah ada riwayat, baik dari
kalangan sahabat Nabi, kalangan tabi‘in, maupun para ulama
Salaf, yang menyebutkan bahwa seorang dari mereka telah
mendatangi makam Rasulullah atau lainnya dan bertawasul
dengannya kepada Allah. Oleh karenanya, Al-Imam an-Nawawi
mengatakan dalam al-Adzkar dan Ibn ‗Allan dalam Syarah-nya
ketika berbicara tentang ziarah ke makam Rasulullah: