Page 87 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 87

Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid  | 85

                   ِ ِِ
                                                                همْام
                 ْ  لاإْوبْتْ ل  سو ت فْ ٍ رفعجْنبْىسومْر ب قْتدصق فْرمَأْ ِ ن َ  َ
                             ََ َْ َ َ ْ َ ُْ َْ ُ ْ ََ
                                                 َ
                                                           ٌْ
                                                      َ
                        ُ
                            َ
                                                               ْ
                                      ِ
                                                 ِ
                   ِ
                 ْفيْيدادغ بلاْبيطنخاْظفامحاْهاور( ْبحُأْامْ ِ ورْ َ هذاع َ ْ  تْاللْل  هس
                        َْ
                                                            َ
                                               ُّ
                          َ ُ ْ َ
                     ّ
                                          ُ َ
                                                    َ ْ
                                                             ُ َ َ
                                                            )دادغبْخَرتَ
                                                             َ
                                                               َ ْ َ
                  “Tidaklah aku berada dalam suatu kesulitan, kemudian aku
                  menuju pergi ke kuburan Musa ibn Ja‟far (Musa al-Kazhim)
                  dan  aku  bertawassul  dengannya  kecuali  Allah  mudahkan
                  bagiku  apa  yang  aku  harapkan”.    (Dituturkan  oleh  al-
                                                                37
                  Hafizh al-Khathib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad) .
                    (Faedah atsar): Dalam tiga atsar yang disebutkan terakhir di
            atas, juga atsar Al-Imam asy-Syafi'i disebutkan dengan jelas bahwa
            para  ulama  Salaf  mentradisikan  Qashd  al-Qubur,  artinya  dengan
            sengaja pergi ke makam  orang-orang saleh, seperti ke makam Al-
            Imam Abu Hanifah, Al-Imam Ma'ruf al-Karkhi, Al-Imam Musa al-
            Kazhim, dengan tujuan agar memperoleh berkah dari Allah lewat
            mereka.  Tidak  ada  seorang-pun  dari  para  ulama  Salaf  tersebut
            yang memandang bahwa hal itu sebagai kufur, syirik atau perkara
            haram.  Sebaliknya  mereka  semua  menganggap  perkara  tersebut
            sebagai hal yang boleh, dan bahkan memandangnya sebagai salah
            satu di antara sebab-sebab dikabulkannya doa oleh Allah.  Apakah
            orang-orang  yang  anti  istighatsah  akan  mengatakan  bahwa  para
            ulama  Salaf  tersebut  melakukan  dan  mengajarkan  salah  satu
            bentuk kesyirikan  yang  dulu  diberantas oleh Rasulullah di  masa
            Jahiliyyah?! Wa al-„Iyadz Billah.

                    (Sepuluh): Al-Hafizh  ‗Abdurrahman  ibn  al-Jauzi  dalam
            kitab  al-Wafa  Bi  Ahwal  al-Mushthafa  menceritakan  sebuah  kisah
            nyata,  -kisah  ini  juga  dituturkan  oleh  al-Hafizh  adl-Dliya‘  al-
            Maqdisi dan al-Hafizh as-Sakhawi dalam kitab al-Qaul al-Badi‟ Fi

                     37   Tarikh Baghdad, j. 1, h. 120
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92