Page 83 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 83
Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid | 81
(Faedah atsar): Dalam atsar ini ‗Umar ibn al-Khaththab
melakukan Istighatsah (meminta tolong) dengan Abu Musa al-
Asy‘ari dan 'Amr ibn al-'Ash, padahal keduanya tidak berada di
hadapan ‗Umar sendiri (Gha-ib). Ini adalah bukti bahwa ‗Umar
meyakini bahwa Istighatsah dengan seseorang yang tidak di
hadapan hukumnya boleh, bukan kufur dan bukan syirik, bahkan
tidak haram sama sekali.
(Tiga): Selain tentang peristiwa di atas, Ibn Katsir juga
menyebutkan riwayat Saif, dari Mubasysyir ibn al-Fudlail, dari
Jubair ibn Shakhr, dan ‗Ashim ibn ‗Umar ibn al-Khaththab.
Bahwa ada salah seorang dari kabilah Muzainah di tahun paceklik
di masa ‗Umar ibn al-Khaththab diminta oleh keluarganya untuk
menyembelih seekor kambing bagi mereka. Orang ini berkata
kepada mereka: ―Kambing-kambing itu tidak ada dagingnya‖.
Namun keluarga orang ini tetap mendesaknya. Hingga akhirnya
ia-pun menyembelih seekor kambing. Dan ternyata tulang-tulang
kambing tersebut berwarna merah. Lalu ia Istighatsah kepada
Rasulullah, seraya berkata: ―Yaa Muhammadaah…!”. Artinya,
tolonglah kami Wahai Muhammad‖.
(Faedah atsar): Dalam atsar ini, orang tersebut melakukan
Istighatsah dengan Rasulullah. Padahal Rasulullah telah lama
meninggal. Ini berarti Istighatsah dengan seorang Nabi atau wali
Allah yang sudah meninggal hukumnya boleh. Karena itu tidak
ada seorang-pun yang mengingkari perkara tersebut, kecuali
orang-orang ekstrim yang menyempal dari mayoritas umat Islam.
(Empat): Dalam peristiwa perang Yamamah yang terjadi
pada masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq, orang-orang Islam
saat itu meneriakan yel-yel yang berisi Istighatsah dengan
Rasulullah. Di tengah peperangan, dengan suara lantang mereka
berkata: “Waa Muhammadah…!”. (Diriwayatkan oleh ath-Thabari