Page 80 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 80
78 | Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid
mereka, dan mereka dengan susah payah berusaha
menangkapnya, namun tidak berhasil. Kemudian saya
mengucapkan apa yang tersebut dalam hadits ini, dan
seketika binatang itu berhenti lari tanpa sebab, kecuali
31
karena ucapan tersebut” .
Ini menunjukkan bahwa tawassul, Isti‟anah, maupun
Istighatsah adalah amalan yang selalu dipraktekan para ulama
hadits dan para ulama lainnya.
(Empat): Hadits diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam
kitabnya al-Adab al-Mufrad dengan sanad yang shahih dari
‗Abdurrahman ibn Sa‘d. Bahwa ia (‗Abdurrahman ibn Sa‘d)
berkata: ―Suatu ketika kaki ‗Abdullah ibn ‗Umar terkena semacam
kelumpuhan (Khadar). Maka salah seorang yang hadir berkata:
―Sebutkanlah orang yang paling Anda cintai...!‖. Lalu ‗Abdullah
Ibn ‗Umar berseru: ―Yaa Muhammad...!”. Seketika itu pula kaki
beliau sembuh.
(Faedah Hadits): Hadits ini menunjukkan bahwa sahabat
‗Abdullah ibn ‗Umar melakukan Istighatsah, beliau memanggil
Rasulullah dengan berkata: ―Yaa Muhammad...!”. Makna kata “Yaa
Muhammad”ْ adalah “Adrikni Bi Du‟aika Ila Allah”. Artinya:
―Tolonglah aku dengan doamu -Wahai Muhammad- kepada
Allah‖. Sahabat ‗Abdullah ibn ‗Umar melakukan Istighatsah ini,
setelah Rasulullah wafat. Hal ini menunjukkan bahwa istighatsah
dan tawassul dengan Rasulullah boleh dilakukan setelah beliau
wafat, walaupun dengan menggunakan redaksi Nida‟. Karena
Nida‟ al-Mayyit (memanggil seorang Nabi dan wali Allah yang
telah meninggal) bukan perbuatan syirik.
31 al-Adzkar, Bab Ma Yaqul Idza Infalatat Dabbatuh, h. 201