Page 83 - Flipbook Bu Ernawati Kearifan Lokal Mandar
P. 83
Koor : “Atas nama hukum sebagai warisan leluhur yang
Warga telah disepakati bersama kami melakukannya”.
Warga secara bersama menusukkan tombak ke perut keroyok dan
bersimbah darah sejenak menahan perih kemudian nyawanya
lepas.
Ka'useng meninggal di pangkuan ibunya, Puang Cazdia menatap
anaknya yang tak bernyawa lalu mengusap mukanya walaupun
hatinya tercabik-cabik dan perih menahan sakit namun tetap
berusaha tegar.
Puang : Semoga engkau anakku hidupmu damai di alam
Cazdia sana"!
Puang Gamma yang sejak yang sejak tadi mematung menyaksikan
kejadian itu mendekati istrinya lalu dibimbing untuk berdiri.
Puang : “Kita telah kehilangan Ka'useng tapi keharuman
Gamma nama kita yang akan abadi”.
Ka'useng diangkat dan di gotong, Puang Cazdia dan Puang
Gamma dan seluruh pemeran berjalan di bawa mayat kauseng lalu
berjejer di depan diturunkan di belakang pemain. Setelah pemain
berjejer dan kusen diturunkan (simbol dikuburkan) mereka
bernyanyi
Lagu : Nasaua' di alang melullung kaeng lotong mattatangai
topole di Walitung
Apamo puti-puti'na to pole di Walitung tuppuang bassi
mesa tau angga'na
Pa'dami tuppuang bassi mesa tau angga'na sappe di aya
di lolo' bunga kozda I'o diting bunga kozda dao melo
disullu mua tania tomamea gambana Tomameapa
gambana tamma' topa mangaji marete topa pano
pindang dazdanna Pano pindang dazdanna paindo
mesa-mesa naindo naung ku'bur mengara-gara
76 | Drama Berbasis Kearifan Lokal Mandar