Page 16 - Buku Digital_Julika Supriani (2006101020054)
P. 16

Selain  Rusia,  sebuah  perusahaan  swasta  AS  juga

        pernah  amat  tertarik  dan  bersedia  menanam  investasi


        untuk menjadikan Biak sebagai lokasi peluncuran roket.

        Rencananya,  roket  yang  akan  dioperasikan  dari  jenis

        berbahan bakar padat, diangkut melalui laut dari pantai


        timur AS ke dermaga bandar antariksa Biak. Alternatif

        lain, bagian-bagian roket diterbangkan dan mendarat di


        bandar  udara  Frans  Kasiepo  Biak,  kemudian  diangkut

        melalui darat ke tempat peluncuran.




               Rencana  inipun  gagal  dengan  sebab-sebab  yang

        tidak  jelas.  Satu-satunya  pihak  asing  yang  telah


        memanfaatkan  potensi  Biak  adalah  Badan  Ruang


        Angkasa  India  (Indian  Space  Research  Organization,

        ISRO) yang telah bekerja sama dengan LAPAN untuk

        membangun  stasiun  TT&C  (Tracking,  Telemetry,  and


        Command) di sana. Stasiun ini menjadi penting karena

        saat  India  meluncurkan  roket  pengangkut  satelitnya,


        proses  pelepasan  muatan  roket  dilakukan  di  atas

        angkasa Irian, dan satu-satunya stasiun bumi yang bisa


        memonitor  dan  mengendalikan  proses  ini  hanyalah

        stasiun di Biak.




               Pengembangan  teknologi  keantariksaan  memang

        bukan  prioritas  di  Indonesia.  Tapi  paling  tidak,  kita


        masih  memiliki  harapan  untuk  menuju  ke  arah  sana.

        Indonesia  sebenarnya  tidak  kekurangan  orang-orang


        pintar. Tetapi yang kurang sebenarnya adalah kemauan

        politis  (political  will)  dari  pemerintah.  Hal  ini  tentu


        tidak  boleh  menyurutkan  semangat  kita  untuk  terus

        belajar  dan  mengejar  ketertinggalan  dalam  bidang


        teknologi dari negara-negara yang lebih maju.
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21