Page 120 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 120

Artileri  AD  yang  kemudian  disebut  Pusat  Kesenjataan  Artileri
               (Pussenart). Untuk mengisi kebutuhan personil, maka Pussenart
               membentuk Pusdik untuk mendidik para pemuda menjadi prajurit
               Artileri. Kemudian hari, Pussenart dipisah menjadi Pussenarmed
               (Pusat  Kesenjataan  Artileri  Medan)  dan  Pussenarsu  (Pusat
               Kesenjataan  Artileri  Sasaran  Udara).  Demikian  pula  Pusdiknya.
               Markas Pussenarmed dan Pusdik Armed tetap di Cimahi. Adapun,
               markas  Pussenarsu  dipindahkan  ke  Jakarta  serta  Pusdikarsu
               dipindahkan  ke  Karangploso,  Malang,  Jawa  Timur.  Istilah  Arsu
               kemudian diganti dengan Arhanud (Artileri Pertahanan Udara).
               Dalam  perkembangannya,  di  era  “1980”an  terjadi  regrouping,
               Pussenarmed  dan  Pussenarhanud  digabungkan  lagi  menjadi
               Pussenart. Pada “2000”an, kembali terjadi pemisahan.


               Gambar no 10. gambar2 meriam.
                                      Foto2 latihan menembak Meriam 76 mm.


               Tanggal  29  Januari 1969,  Kursus  Dasar Kecabangan (Sussarcab)
               Armed dibuka dan dilanjutkan dengan acara tradisi korps.
               Aku mengira bahwa akan ada prabakti lagi di sini. Dengan pakaian

               PDLT  dilengkapi  toglerope,  kami  digiring    berkeliling    kota
               Cimahi  sambil  menarik  dan  mendorong  meriam  76  mm
               (Mountain  Gun),  meriam  standar  pada  waktu  itu.  Satu  pucuk
               meriam diawaki 6 orang personel. Beruntung di antara kami ada
               personil mantan Bintara Armed sehingga pekerjaan menarik dan
               mendorong meriam ini berjalan lancar.
               Ternyata,  acara  ini  benar-benar  hanya  untuk  perkenalan  dan
               berlangsung  satu  hari  saja.  Hal  tersebut  bertujuan  agar  kami
               mempunyai  kesan  terhadap  kesenjataan  dan  bangga  terhadap
               korp  yang di negara  barat dijuluki  sebagai  “King  of  the battle”.
               Hari-hari  selanjutnya  kami  menjalani  pendidikan,  seperti  kuliah
               biasa dengan  perlakuan sebagai Perwira (Siswa).
   115   116   117   118   119   120   121   122   123