Page 118 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 118
untuk bisa menjalankan tugas-tugas di Korp masing-masing. Aku
bersama 17 orang Perwira Remaja Armed, melanjutkan Kursus
Dasar Kecabangan ( Sussarcab ) di Pudik Armed, Baros, Cimahi,
Bandung.
Sebelum berangkat ke Cimahi, aku sempatkan menengok orang
tua ke desa. Berita tidak menggembirakan tentang simbok karena
dokter di RSUD Wonosari menyatakan simbok menderita
kelainan jantung. Aku sempat konsultasi dengan dokter, rupanya
ada kebocoran katup pada jantung simbok. Kemampuan finansial
menyebabkan pengetahuan sangat terbatas, tidak tahu harus
berobat kemana, kami keluarga tidak bisa mengupayakan
membawa simbok kerumah sakit besar atau dokter spesialis.
Mbok, aku sungguh mohon maaf karena aku tidak bisa
mengusahakan penyembuhan penyakitmu. Namun, aku melihat
beliau tenang-tenang saja, tidak terpancar rasa kegelisahan,
kesakitan, atau kesedihan. Bisa jadi simbok sudah pasrah dan
menutupinya agar kami anak-anaknya, terutama aku, tidak
khawatir.
Setelah beberapa hari cuti di desa dengan sedikit rasa tidak rela,
aku berangkat ke Cimahi untuk mengikuti pendidikan.
Sesuai jadwal yang sudah diberitahukan sejak di AMN. Aku harus
sudah melapor kepada Dan Pusdik Armed, awal Januari 1969.
Dengan naik kereta api, aku berangkat ke Bandung bersama
Djohan dan Zaini, sesama Perwira Armed dari Yogyakarta dan
Salatiga. Kami belum mengetahui rute perjalanan angkot dari
Stasiun KA Bandung ke Cimahi sehingga kami naik taksi. Tiba di
Cimahi, aku disambut udara yang sungguh dingin seperti waktu di
Lembang. Hal tersebut membuat aku perlu menyesuaikan diri
apalagi bangunan Pusdik Armed sudah tua, peninggalan Tentara
Belanda sehingga menambah rasa dingin dan terkesan angker.
Rupanya kursus baru dibuka pada akhir bulan. Sambil menunggu
waktu pembukaan kursus oleh Dankorsis, kami dibawa
berkunjung ke Komandan ( Brigjen Abdullah Sadjat) dan para
pejabat teras Pussenarmed serta diberi penugasan untuk

