Page 96 - BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS XII - FARRAH, RAHMAH, RYANA
P. 96
Kita dapat mengidentifikasi gaya penulisan tersebut dengan mudah.
Tugas Mandiri
Perhatikan teks kritik dan esai berikut!
Analisislah bagian aspek-aspek kebahasaan yang ditemukan di dalamnya!
Buatlah ke dalam bentuk tabel terpadu!
Perhatikan teks kritik sastra berikut!
Mengupas Tuntas Siberut
Siberut, beserta orang-orang di dalamnya menyimpan sejarah perlawanan yang
panjang terhadap kekuasaan dan politik ekologi di Indonesia. Ia merupakan salah satu
pulau paling besar di Kepulauan Mentawai. Dari sanalah Darmanto dan Abidah
Billah Setyowati bertemu dalam satu pembahasan. Darmanto merupakan peneliti
perladangan tradisional Mentawai, yang juga bekerja sama dengan UNESCO (United
Nation Educational Scientific and Cultrural Organization). Darmanto pertama kali
menjejakan kaki di Siberut tahun 2003. Sedangkan Abidah menyelesaikan tesis untuk
Universitas Hawaii. Pada awal pembuatan buku ini, sekitar tahun 2007, mereka
menghabiskan tiga tahun untuk menjabarkan perebutan kekuasaan yang kompleks di
Hutan Siberut.
Mereka pun menyusun Berebut Hutan Siberut: Orang Mentawai, Kekuasaaan,
dan Politik Ekologi (2012). Buku ini terdiri dari sepuluh bab. Masing-masing bab
memiliki satu pembahasan yang utuh dan dapat dibaca secara terpisah. Namun
penempatan urutan bab memudahkan pembaca mengenal Siberut beserta
kompleksitasnya secara sistematik dan lebih mendalam. Pembaca akan mengenal
sejarah panjang Siberut pada lima bab awal. Sedangkan pada lima bab setelahnya,
lebih banyak menceritakan Orang Siberut serta interaksinya terhadap kekuasaan lain.
Darmanto dan Abidah menjabarkan kondisi alam Siberut dengan proporsional.
Sehingga pembaca yang buta mengenai pulau ini bisa meraba suasana hutan lewat
penjelasannya. Meski tidak terfokus pada penelitian berbasis geologi maupun biologi,
tetapi tidak serta merta melepaskan aspek tersebut pada pembentukan keunikan Pulau
Siberut. Ini menjadi nilai lebih karena tak banyak buku yang menjelaskan sejarah
Sisberut secara tuntas. Di sisi lain, Orang Siberut digambarkan secara polos dan apa
adanya. Penulis tidak melebih-lebihkan atau menutupi kenyataan, bahwa Orang
Siberut tidak memiliki tujuan mulia untuk melestarikan hutan. Mereka hidup dengan
adat dan roh-roh yang selama ini mereka percayai. Mereka memiliki penguasaan
hutan yang dikelola secara tradisional. Semua hubungan tersebut tercampur baur
dalam politik ekologi. Di mana hutan tidak akan pernah lepas dari kehidupan
manusia, begitu juga sebaliknya.
Namun yang harus diperhatikan adalah bagaimana manusia memperlakukan
hutan tersebut. Apa yang terjadi dengan Siberut tentu masih sangat relevan dengan
kondisi Indonesia saat ini. Di mana kekuasaan memegang peran besar dalam kendali
terhadap hutan maupun lahan. Orang Siberut, pemerintah, maupun perusahaan
memiliki kepentingan tersendiri terhadap hutan. Mana yang harus dibela? Buku ini
tidak mengungkapkannya. Ia hanya memaparkan kondisi sebenarnya sehingga
pembaca dapat menyimpulkan sendiri. Buku ini baik dalam mengungkapkan seluk-
beluk suatu wilayah secara gamblang. Ia mengungkapan suatu hubungan antara hutan
dan kekuasaan yang membayanginya. Baik itu kekuasaan oleh penduduk asli,
pemerintah, perusahaan, atau lainnya.
92