Page 22 - Modul Pembelajaran_Nurfadilah_A24119036
P. 22

Ternyata,  hanya  neutron  dengan  energi  berkisar  0,025  eV  atau  sebanding  dengan
               neutron  berkecepatan  2200  m/s  saja  yang  akan  memiliki  probabilitas  sangat  besar  untuk
               bereaksi fisi dengan 235U atau dengan 239Pu.
                       Neutron  merupakan  produk  fisi  yang  memiliki energi  dalam  kisaran  2  MeV.  Agar
               neutron tersebut dapat beraksi fisi dengan uranium ataupun plutonium diperlukan  suatu
               media untuk menurunkan energi neutron ke kisaran 0,025 eV, media ini dinamakan
               moderator. Neutron yang melewati moderator akan mendisipasikan energi yang dimilikinya
               kepada moderator, setelah neutron berinteraksi dengan atom-atom moderator, energi neutron
               akan berkisar pada 0,025 eV.
                       Pada  pembelahan  satu  inti  uranium  menghasilkan  rata-rata  2,5  neutron.  Tiap
               neutron yang dibebaskan dapat diserap oleh inti uranium untuk menghasilkan pembelahan
               inti  lainnya,  yang  selanjutnya  menghasilkan  lebih  banyak  pembelahan  inti  uranium.
               Sederetan pembelahan inti dimana beberapa neutron yang dihasilkan oleh tiap pembelahan
               inti  menyebabkan  pembelahan  inti  lainnya  dinamakan  reaksi  berantai.  Jika  dalam  satu
               pembelahan inti menghasilkan rata-rata energi 208 MeV, maka bisa dibayangkan betapa
               dahsyatnya energi yang akan dihasilkan pada suatu reaksi berantai yang tidak terkendali,
               seperti yang terjadi pada peristiwa ledakan bom atom.
                       Suatu reaksi berantai bisa dikendalikan, yaitu dengan cara membatasi jumlah neutron
               yang  membelah  inti.  Hal  ini  dilakukan  dengan  menetapkan  suatu  kondisi  dimana  tiap
               kejadian  pembelahan  inti  menyumbang  hanya  satu  neutron  yang  akan  menyebabkan
               pembelahan satu inti lainnya. Reaksi berantai yang terkendali seperti ini adalah prinsip dasar
               dari reaktor atom yang digunakan dalam PLTN. Energi listrik yang dihasilkan PLTN jauh
               lebih besar dibandingkan dengan energi yang dihasilkan oleh batubara ataupun minyak bumi.
               Sebagai ilustrasi, dalam 1 gram uranium dapat menghasilkan energi listrik sebesar 50.000
               kWh bahkan dengan proses lebih lanjut dapat mencapai 3.500.000 kWh.
                       Sementara  1 kg  batubara dan  1  kg  minyak  bumi  hanya  dapat  menghasilkan energi
               sebesar  3  kWh  dan  4  kWh.  Pada  sebuah  pembangkit  listrik  nonnuklir  berkapasitas  1000
               MWe  diperlukan  2.600.000  ton  batubara  atau  2,000,000  ton  minyak  bumi  sebagai  bahan
               bakarnya.  Sementara  pada  pembangkit  listrik  tenaga  nuklir  dengan  kapasitas  listrik  yang
               sama hanya memerlukan 30 ton uranium dengan teras reaktor 10 m3, sebagai bahan
               bakarnya. Saat ini, kontribusi energi nuklir terhadap pasokan kebutuhan energi primer dunia
               sekitar 6% dan pasokan kebutuhan energi listrik global sekitar 17%.
                       Walaupun energi yang dihasilkan oleh reaksi fisi pada reaktor atom ini sangat besar,
               tetapi  masih  ada  kekurangannya.  Salah  satu  yang  paling  dikhawatirkan  dari  reaktor  atom
               adalah bahan bakar, unsur hasil reaksi, dan limbahnya bersifat radioaktif. Seperti kita ketahui
               bahan-bahan  radioaktif  ini  sangat  berbahaya  bagi  manusia,  sehingga  perlu  penanganan
               khusus terutama limbahnya.
                       Limbah radioaktif adalah bahan radioaktif sisa atau yang sudah tidak terpakai, atau
               bahan  yang  terkontaminasi  dengan  sejumlah  zat  radioaktif  pada  kadar  atau  tingkat
               radioaktivitas yang melampaui nilai batas keselamatan yang ditetapkan. Benda-benda yang
               dapat menjadi limbah radioaktif, diantaranya pakaian kerja bekas, limbah kertas, potongan
               kain,  bahan  bekas,  perkakas,  cairan  dan  sebagainya.  Limbah  radioaktif  secara  volumetrik
               jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan limbah industri dan limbah perkotaan. Namun
               demikian  cara  penanganan  limbah  ini  berbeda  dengan  cara  penanganan  jenis  limbah  non
               radioaktif. Limbah radioaktif ini sebelum diamankan terlebih dahulu harus diolah atau didaur
               ulang, kemudian disimpan sementara di gudang penyimpanan limbah yang kedap air selama
               10-50  tahun  dan  selanjutnya  disimpan  secara  lestari.  Tempat  penyimpanan  limbah  lestari
               dipilih di tempat khusus, dengan kondisi geologi yang stabil. Penyimpanan limbah radioaktif
               bertujuan untuk mengisolasi tingkat radioaktivitas dari lingkungan sekitar kita pada jangka
               waktu tertentu.
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27