Page 106 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 106

Ki Sarmidi Mangunsarkoro





                                                                                                                                                                  PENDIDIKAN

                                                                                                                                                                  Ki Sarmidi Mangunsarkoro lahir pada tanggal 23 Mei 1904 di Desa Banyuanyar, Colomadu, Surakarta,
                                                                                                                                                                  Jawa Tengah. Nama aslinya Sarmidi, sedangkan Mangunsarkoro merupakan nama ayahnya. Sarmidi
                                                                                                                                                                  berasal dari keluarga priyayi rendah. Ayahnya seorang abdi dalem Keraton Surakarta dengan gelar
                                                                                                                                                                  “rangga”, sehingga namanya menjadi Rangga Mangunsarkoro. Gelar tersebut diperoleh Mangunsarkoro
                                                                                                                                                                  sebagai pejabat yang memimpin suatu daerah setingkat desa untuk mengelola tanah dan hasil buminya
                                                                                                                                                                  kemudian disetorkan ke keraton. Nama Mangunsarkoro terdiri dari dua kata, yaitu mangun yang berarti
                                                                                                                                                                  ‘mengelola’ dan sarkoro yang berarti ‘gula’. Dengan demikian jelas bahwa Desa Banyuanyar di Colomadu
                                                                                                                                                                  merupakan salah satu wilayah penghasil gula. Tugas dan nama demikian diberikan langsung dari Keraton
                                                                                                                                                                  Surakarta. Sebagai orang yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga pegawai keraton
                                                                                                                                                                  Surakarta, Sarmidi mengetahui suasana tradisi dan lingkungan feodal yang dicerminkan oleh perbedaan
                                                                                                                                                                  besar dalam kemakmuran antara kaum bangsawan dan orang kebanyakan dari kalangan rakyat.

                                                                                                                                                                  Dengan jabatan yang dimiliki ayahnya, Sarmidi memiliki nasib yang lebih baik daripada anak-anak lain di
                                                                                                                                                                  desanya. Pada umur 10 tahun ia masuk ke Sekolah Angka Loro di Sawahan, Surakarta. Setelah tamat
                                                                                                                                                                  Sekolah Angka Loro 2 pada tahun 1923 ia melanjutkan pendidikan di Sekolah Teknik Prinses Juliana
                                                                                                                                                                  School Yogyakarta. Meski mengenyam pendidikan di sekolah teknik, namun ia cenderung mempelajari
                             Masa Jabatan                                                                                                                         ilmu di luar bidang teknik tersebut, seperti pendidikan dan psikologi. Hal ini terlihat dari bergabungnya
                             4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949                                                                                                    Sarmidi ke dalam Islam Studie Club di sekolah tersebut. Setelah lulus dari Sekolah Teknik Prinses Juliana
                                                                                                                                                                  School, ia merantau ke Batavia dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Guru Arjuna. Kepindahannya
                                                                                                                                                                  ke Batavia membuat dirinya dekat dengan kegiatan pergerakan. Sebelumnya ia telah bergabung dengan
                                                                                                                                                                  Jong Java pada tahun 1922 dan memimpin majalah terbitan Jong Java, Soeara Afdeling Djogja; bahkan
                                                                                                                                                                  pada tahun 1926 ia terpilih menjadi Ketua Jong Java.


                                                                                                                                                                  TAMAN SISWA

                                                                                                                                                                  Setelah menamatkan pendidikannya di Sekolah Guru Arjuna pada tahun 1926 Sarmidi kembali ke
                                                                                                                                                                  Yogyakarta dan menjadi guru di Taman Muda Perguruan Taman Siswa. Gelar “Ki” didapatkannya ketika
                                                                                                                                                                  ia mengajar di sana. Sarmidi menghabiskan waktunya menjadi guru di Taman Siswa selama tiga tahun
                                                                                                                                                                  sebelum akhirnya  pindah ke Jakarta  pada  tahun 1929. Di Jakarta, Sarmidi diangkat sebagai kepala
                                                                                                                                                                  sekolah HIS Budi Utomo dan kemudian juga menjadi kepala sekolah HIS Marsudi Rukun. Pada tahun
                                                                                                                                                                  929 tersebut Sarmidi bersama teman-temannya menggabungkan HIS Budi Utomo dan Marsudi Rukun
                                                                                                                                                                  yang menjadi cikal bakal berdirinya sekolah Taman Siswa Jakarta. Satu tahun kemudian ia bersama
                                                                                                                                                                  Angron Sudirjo dan Basirum mendirikan Perguruan Taman Siswa pertama di Jakarta atas permintaan
                                                                                                                                                                  penduduk Kemayoran dan direstui oleh Ki Hadjar Dewantara. Adapun modal pertama sebesar
                                                                                                                                                                  Rp 500,00. Sejak Perguruan Taman Siswa Jakarta berdiri ia mengabdikan diri dalam perguruan ini, baik
                                                                                                                                                                  sebagai guru maupun pengurus Majelis Luhur Taman Siswa.

                                                                                                                                                                  Pada upacara Penutupan Kongres atau Rapat Besar Umum Taman Siswa pertama di Yogyakarta pada
                                                                                                                                                                  13 Agustus 1930, Ki Sarmidi bersama Ki Sadikin, Ki S. Djojoprajitno, Ki Poeger, Ki Kadiroen, dan Ki
                                                                                                                                                                  Safioedin Soerjopoetro atas nama Persatuan Taman Siswa seluruh Indonesia menandatangani Keterangan
                                                                                                                                                                  Penerimaan Penyerahan “Piagam Persatuan Perjanjian Pendirian” dari tangan Ki Hadjar Dewantara,
                                                                                                                                                                  Ki Tjokrodirjo, dan Ki Pronowidigdo untuk mewujudkan usaha pendidikan yang beralaskan hidup dan
                                                                                                                                                                  penghidupan bangsa dengan nama Taman Siswa yang didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta.
                                                                                                                                                                  Sebagai salah satu orang yang terpilih oleh Ki Hadjar Dewantara untuk memajukan, menggalakkan,




                             94   MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  95
   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111