Page 108 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 108

Atas
                                                                                                                                                                                                                                                                Sejak tahun
                                                                                                                                                                                                                                                                1926 setelah
                                                                                                                                                                                                                                                                menyelesaikan
                                                                                                                                                                                                                                                                pendidikannya
                                                                                                                                                                                                                                                                di Sekolah Guru
                                                                                                                                                                                                                                                                Arjuna, Ki Sarmidi
                                           serta memodernisasikan Taman Siswa berdasar rasa cinta tanah air serta berjiwa nasional, Ki Sarmidi                                                                                                                  Mangunsarkoro
                                           Mangunsarkoro mempunyai beberapa pemikiran demi terlaksananya cita-cita pendidikan Taman Siswa.                                                                                                                      kembali ke
                                                                                                                                                                                                                                                                Yogyakarta dan
                                           Melaui pendidikan ia bercita-cita membentuk kebudayaan baru Indonesia. Hal ini berarti Taman Siswa                                                                                                                   menjadi Pamong
                                                                                                                                                                                                                                                                di sekolah Taman
                                           Jakarta dengan sadar menerima dan mengikuti perkembangan dan pergantian Bahasa Melayu menjadi                                                                                                                        Muda. Ki Sarmidi
                                           bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan nasional.                                                                                                                                                                  Mangungsarkoro
                                                                                                                                                                                                                                                                bersama para
                                                                                                                                                                                                                                                                pamong yang lain
                                           Pada tahun 1931 Sarmidi ditugasi menyusun Rencana Pelajaran Baru dan pada tahun 1932 disahkan                                                                                                                        mendampingi siswa
                                           sebagai “Daftar Pelajaran Mangunsarkoro”. Atas dasar tugas tersebut pada tahun 1932 ia menulis                                                                                                                       Taman Anak (Taman
                                                                                                                                                                                                                                                                Muda) melakukan
                                           buku Pengantar Guru Nasional. Buku tersebut mengalami cetak ulang pada tahun 1935. Dalam “Daftar                                                                                                                     permainan anak
                                           Pelajaran Mangunsarkoro” yang mencerminkan cita-cita Taman Siswa dan Pengantar Guru Nasional itu                                                                                                                     “Koko”
                                                                                                                                                                                                                                                                (Sumber: Biro
                                           di dalam arus pergerakan nasional di Indonesia khususnya dan Asia pada umumnya dapat disimpulkan                                                                                                                     Umum, Sekretariat
                                           pemikiran Sarmidi mewakili aspek kebangunan nasionalisme, yaitu “aspek kebudayaan”, “aspek sosial                                                                                                                    Jenderal,
                                                                                                                                                                                                                                                                Kementerian
                                           ekonomis”, dan “aspek politik”. Aspek kebudayaan pada hakikatnya merupakan usaha menguji hukum-                                                                                                                      Pendidikan dan
                                           hukum kesusilaan dan mengajarkan berbagai pembaharuan sesuai dengan alam dan zaman, aspek sosial                                                                                                                     Kebudayaan)
                                           ekonomis adalah usaha meningkatkan derajat rakyat dengan menumbangkan cengkeraman ekonomi                                                                                                                            Tengah
                                           bangsa-bangsa  Eropa  Barat,  sedangkan  aspek  politik  adalah  usaha  merebut  kekuasaan  politik  dari                                                                                                            Ki Sarmidi
                                           tangan Pemerintah Kolonialisme Belanda.                                                                                                                                                                              Mangunsarkoro
                                                                                                                                                                                                                                                                dalam rapat orang
                                                                                                                                                                                                                                                                tua/wali siswa Taman
                                           Pada awalnya Taman Siswa Jakarta menempati sebuah gedung di Jalan Garuda No. 34 Jakarta. Di                                                                                                                          Siswa cabang Jakarta
                                           bawah pimpinan Sarmidi Taman Siswa Jakarta tumbuh dan berkembang baik secara horizontal maupun                                                                                                                       Jl. Garuda no. 25
                                                                                                                                                                                                                                                                Jakarta.
                                           secara vertikal. Taman Siswa Jakarta terdiri atas  Taman Kanak-Kanak (Taman Indria) dan Taman                                                                                                                        (Sumber: Biro
                                           Muda, kemudian pada tahun 1931 dibuka pula Taman Dewasa (Sekolah Menengah Pertama) dan                                                                                                                               Umum, Sekretariat
                                                                                                                                                                                                                                                                Jenderal,
                                           pada tahun 1933 dibuka Taman Dewasa, yang kemudian berkembang menjadi Taman Dewasa Raya                                                                                                                              Kementerian
                                           (Sekolah Menengah Lima Tahun), setingkat Hoogere Burgerschool (HBS), dengan semboyan “Menuju                                                                                                                         Pendidikan dan
                                                                                                                                                                                                                                                                Kebudayaan)
                                           Masyarakat dan Sekolah Tinggi Nasional” sekaligus sebagai persiapan Perguruan Tinggi Kebangsaan.
                                           Taman Dewasa Raya mempunyai program “Literrir Ekonomis”, yang timbul karena ada anggapan bahwa                                                                                                                       Bawah
                                           tanpa pengetahuan ekonomi bangsa Indonesia tidak akan bertahan dalam perputaran dunia. Tujuan                                                                                                                        Ki Mangunsarkoro,
                                                                                                                                                                                                                                                                duduk di depan
                                           Literrir Ekonomis adalah mendidik pekerja-pekerja dalam bergaul agar selalu berjiwa cinta pada tanah                                                                                                                 ketiga dari kiri,
                                           air dan bangsa.                                                                                                                                                                                                      bersama rekan-
                                                                                                                                                                                                                                                                rekannya di Taman
                                                                                                                                                                                                                                                                Siswa
                                           Taman Siswa Jakarta yang pada awalnya kecil akhirnya kebanjiran murid, baik di Taman Kanak-Kanak,                                                                                                                    (Sumber: Museum
                                           Taman Muda, Taman Dewasa, maupun di Taman Dewasa Raya sebagai persiapan perguruan tinggi                                                                                                                             Sumpah Pemuda)
                                           kebangsaan.  Sarmidi  memang  sangat  pandai  mendekati rakyat.  Meskipun  demikian  usaha  Sarmidi
                                           tidak mudah. Ada  saja  hambatan yang  menghampirinya. Sebagai contoh, pada  tahun 1934 terjadi
                                           “pemberontakan” di lingkungan Taman Siswa Jakarta. Sarmidi mengambil langkah untuk menyelamatkan
                                           Taman Siswa terhadap tindakan Armijn Pane dan kawan-kawan, yang oleh Majelis Luhur Taman Siswa
                                           dianggap oentoelaatbaar ‘dilarang keras’. Duapuluh dua orang guru menyatakan tidak setuju terhadap
                                           kebijaksanaan  Sarmidi yang  mereka  sebut  diktator. Akibatnya  Sarmidi sempat  mengundurkan  diri,
                                           tetapi Majelis Luhur campur tangan dan berpihak pada Sarmidi. Sarmidi dilantik kembali, tetapi dari
                                           22 orang guru yang memberontak 17 orang menyatakan keluar dari Taman Siswa, di antaranya Mr.
                                           Sumanang, Armijn Pane, Yusupadi, dan Nona Burdah. Beberapa Perguruan Taman Siswa melepaskan
                                           diri, sedangkan Taman Siswa Cabang Jakarta—yaitu Kemayoran dan Jatinegara—tetap berada di
                                           bawah kepemimpinan Sarmidi.

                                           Sarmidi mempunyai pendirian kuat, tidak mudah terpengaruh oleh siapa pun, ulet, dan mempunyai
                                           keyakinan kuat. Walapun zaman berubah, Sarmidi Mangunsarkoro tetap seperti gunung yang tegar
                                           menghadapi segala cuaca. Sifat-sifat ini, misalnya, tampak saat berselisih pendapat dengan Muhammad
                                           Said. Para guru muda yang berdarah panas dan penuh emosional mengecam Sarmidi sebagai orang yang
                                           kurang rasa sosial dalam segala tindakan. Perselisihan ini berakhir dengan mundurnya Sarmidi sebagai
                                           Ketua Cabang Taman Siswa, yang kemudian digantikan oleh Sukanto.




                             96   MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  97
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113