Page 112 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 112
Suasana pada saat
Kongres Pemuda
Indonesia II yang
dilaksanakan di
Jakarta 28 Oktober
1928
(Sumber: Istimewa)
terhadap nasionalisme yang lain atau terhadap asas internasional, tetapi dengan syarat bahwa semua
nasionalisme harus saling menghormati. Dengan demikian Taman Siswa berusaha mengabdi pada bangsa
sendiri dan juga dunia. Dengan meninjau sistem among, Ki Sarmidi Mangunsarkoro mengambil dua asas
Taman Siswa sebagai pangkal tinjau, yaitu asas kedua dan asas keempat. Asas kedua Taman Siswa
berbunyi: “Dalam sistem ini maka pengajaran berarti mendidik anak menjadi manusia yang merdeka
batinnya, merdeka pikirannya, dan merdeka tangannya”. Jadi dalam sistem ini pendidikan ke arah
kepribadian merupakan tugas utama. Akan tetapi kepribadian masyarakat seperti yang dikehendaki
oleh asas keempat, yakni mengakui pribadi-pribadi kuat sebagai pendorong perkembangan negara.
“Kekuatan negeri itu jumlahnya kekuatan orang-orangnya”, demikianlah asas keempat.
Pada masa pendudukan Jepang, Sarmidi bekerja sebagai Kepala Bagian Penerangan Djawa Hokokai.
Pada kurun waktu 1943–1945 ia bertugas sebagai Kepala Bagian Kebudayaan dan Pendidikan Kantor
Pusat Djawa Hokokai dan sebagai pemimpin redaksi majalah Djawa Hokokai, yaitu Majalah Indonesia
Merdeka. Pada zaman pendudukan Jepang, Taman Siswa mengalami hambatan karena Pemerintah
Pendudukan Jepang mengeluarkan peraturan tentang “Sekolah Partikelir”. Peraturan ini berisi bahwa
sekolah-sekolah yang dikelola partikelir hanya diperbolehkan membuka sekolah kejuruan dan tidak KEHIDUPAN BERKELUARGA
boleh mengelola sekolah guru. Dengan adanya peraturan “Sekolah Partikelir” maka pada tanggal 18
Maret 1944 Taman Dewasa diubah menjadi Taman Tani, sedangkan Taman Madya dan Taman Guru Tahun 1929 merupakan tahun penting bagi Sarmidi. Ia menemukan jodoh dan menikah dengan Sri
dibubarkan. Murid-murid yang pindah ke sekolah pemerintah akan diterima. Demikian juga guru- Wulandari yang juga merupakan salah satu pamong di Perguruan Taman Siswa. Pernikahannya menjadi
gurunya yang berkeinginan menjadi pegawai negeri akan diterima dan masa kerjanya akan dihargai. istimewa karena Ki Hadjar Dewantara berkenan menjadi salah satu wali nikah. Dalam mengarungi
Dengan pembubaran Taman Madya dan Taman Guru berarti jumlah sekolah yang dikelola oleh Taman bahtera rumah tangga, keluarga Sarmidi mengalami suka dan duka. Suka apabila segala apa yang dicita-
Siswa menjadi berkurang. Demikian juga dengan pengubahan Taman Dewasa menjadi Taman Tani citakan kedua pasangan hidup ini tentang organisasi Taman Siswa berjalan sesuai dengan yang dicita-
mengurangi jumlah siswa karena Pemerintah Pendudukan Jepang mengadakan pembatasan jumlah
siswa. Pemerintah Jepang takut pada perkembangan sekolah-sekolah yang dikelola Taman Siswa yang citakan Ki Hadjar Dewantara, sedang duka apabila melihat dan mendengar bahwa rasa nasionalisme
berdasarkan kebangsaan. Berhubung Ki Hadjar Dewantara diangkat oleh pemerintah Jepang menjadi dalam pendidikan menurun. Keluarga Sarmidi memang keluarga yang memiliki intelektual tinggi,
Naimubu Bunkyokyuku Sanjo, Majelis Luhur menyelenggarakan Rapat Besar ke VIII pada tanggal 24– meskipun demikian Sarmidi juga menunjukkan keinginan terhadap soal-soal kebatinan dan kejiwaan
26 Desember 1944 di Yogyakarta. Rapat Besar ini membicarakan masalah tugas-tugas Majelis Luhur pada umumnya dan khususnya pendidikan budi pekerti. Dari pernikahannya itu ia memiliki delapan
setelah Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai Naimubu Bunkyokyuku Sanjo sehingga jabatan sebagai orang anak.
Pemimpin Umum dilepas, meskipun sebagai bapak keluarga Taman Siswa tetap berlaku. Dengan Sarmidi memiliki sikap tersendiri mengenai kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ia percaya
demikian susunan Majelis Luhur juga berubah. Dalam susunan Majelis Luhur yang baru Ki Sarmidi
Mangunsarkoro duduk sebagai Majelis Pertimbangan Pemeliharaan Organisasi. adanya kodrat dari Yang Maha Besar sebagai pusat kesatuan seluruh alam. Manusia wajib menghadapi
segala sesuatu di dunia ini dengan ikhlas, baik yang menyenangkan maupun yang menyusahkan, yang
Pada bulan Agustus 1946, Taman Siswa mengadakan Rapat Besar yang ke IX di Yogyakarta, baik maupun yang buruk. Bukankah semua itu ada karena kodrat alam dan oleh sebab itu juga terikat
membicarakan beberapa masalah yang berkait dengan suasana baru dalam alam kemerdekaan. Rapat oleh hukum evolusi, hukum yang berkembang sesuai dengan dasar dan kekuatan yang terkandung
Besar ini bertujuan membentuk panitia yang bertugas merumuskan kembali “Keterangan Asas” yang di dalamnya. Inilah sikap nrima yang menjadi dasar hidupnya. Sikap demikian dilakukannya dengan
ditulis dan diresmikan dalam protokol pendirian Taman Siswa 1922. Panitia dipimpin oleh Ki Sarmidi gembira, hidup bersahaja dalam suasana pengorbanan dengan keikhlasan. Gembira karena kepuasan
Mangunsarkoro, yang lebih dikenal dengan sebutan Panitia Mangunsarkoro. Hasil kesimpulan Panitia batin karena gelora hatinya suci mendapat jalan dan irama yang sama. Dirasakannya bahwa bunga
Mangunsarkoro sebagai berikut:
melati yang putih bersih di dalam taman jiwannya dapat berkembang dan memberi keharuman di
1. Adanya rumusan baru yang merupakan Keterangan Dasar-dasar Taman Siswa tahun 1947, sekitarnya, serta ada kemungkinan cita-cita kawula-gusti akan terwujud sebagai sumber bahagia yang
yang isinya diambil dari Keterangan Asas 1922. tiada bandingannya. Sumber bahagia keluar dalam bentuk pengabdian mutlak terhadap Yang Maha
2. Sebagian Asas 1922 tidak digunakan lagi karena perjuangan sudah berbeda dengan saat Taman Kuasa. Dalam mencapai cita-cita kawula-gusti setiap agama menjadi penunjuk jalan bagi pemeluknya
Siswa berdiri pada tahun 1922.
3. Dasar-dasar Taman Siswa 1947 yang disahkan oleh Rapat Besar Umum tahun 1947 mengandung dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Agama yang dirasakan paling cocok dengan hati nuraninya
pengertian dasar yang dikenal dengan Panca Dharma, yaitu kodrat alam, kemerdekaan, itulah yang dapat menjadi petunjuk yang paling dapat diterima jiwanya. Setiap agama mempunyai dasar
kebudayaan, kemanusiaan, dan kemanusiaan. jiwa tertentu. Itulah sebabnya agama dipaksakan harus diterima oleh seseorang. Meski demikian satu hal
4. Bahwa Taman Siswa adalah lanjutan cita-cita Suwardi Suryaningrat dan kawan-kawan yang yang tidak boleh dilupakan, yakni bahwa setiap agama menghendaki kesempurnaan kemajuan manusia.
tergabung dalam kelompok Selasa Kliwon. Suwardi Suryaningrat adalah ahli pendidik dan Oleh karena itu barang siapa memberikan hidupnya untuk kepentingan kesempurnaan kemajuan umat
tenaga kreatif revolusioner yang dapat menghimpun cita-cita, kemasyarakatan, dan pendidikan manusia dan berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa, maka manusia tersebut akan
gerombolan Selasa Kliwon. mendapat kehormatan berada di sisi Yang Maha Kuasa.
100 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 101