Page 114 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 114

Ki Sarmidi
                          Mangunsakoro
                          bersama teman-
                          teman DPP PNI
                          ketika bertemu
                          dengan Presiden
                          Soekarno di Istana
                          (Sumber: Istimewa)                                                                                                                      Setelah PNI dibubarkan dan berubah menjadi Partindo, Sarmidi aktif menjadi Ketua Badan Pendidikan,
                                                                                                                                                                  dan ketika aktif di Gerindo ia aktif menulis di majalah bulanan Sin Tit Po, Surabaya.

                                                                                                                                                                  Pada  tahun  1940  Ki  Sarmidi  Mangunsarkoro  dipercaya  menjadi anggota  pengurus  Perhimpunan
                                                                                                                                                                  untuk Memajukan Ekonomi Rakyat (POMER). Dalam hal ini ia menganjurkan perluasan pendidikan
                                                                                                                                                                  perekonomian di Perguruan Nasional Taman Siswa. Di samping itu ia menjadi pemimpin redaksi dan
                                                                                                                                                                  menulis sejumlah karya dalam Kebudayaan dan Masyarakat, majalah bulanan berdasar kebangsaan dan
                                                                                                                                                                  beralamat di Vliegveldlaan 34, Batavia Centrum. Ki Hadjar Dewantara menjadi anggota kehormatan
                                                                                                                                                                  dengan anggota-anggota Susilowati, R. Atmowirogo, Mr. Hindromartono, Dr. Murjani, Mr. Samsudin,
                                                                                                                                                                  dan W. Suryokusumo. Kebudayaan dan Masyarakat terbit setiap satu bulan sekali, memuat masalah-
                                                                                                                                                                  masalah sosial, politik, dan kebudayaan. Majalah ini bubar pada bulan Desember 1941 karena meletus
                                                                                                                                                                  perang Asia Timur Raya. Pada tahun 1941 itu juga Ki Sarmidi Mangunsarkoro mendirikan sekolah
                                                                                                                                                                  dagang kecil, “Taman Masyarakat Dagang”, di Jakarta.

                                                                                                                                                                  Pada tanggal 8 Maret 1942 Letnan Jenderal Terpoten dan Gubernur Jenderal Tjarda Van
                                                                                                                                                                  Starkenborg  Stachouwer  menyerah  tanpa  syarat  kepada  Letnan  Jenderal  Hitoshi  Imamura  di
                                           POLITIK DAN MASA PERGERAKAN                                                                                            lapangan terbang Kalijati, Bandung. Dengan penyerahan tersebut, maka berakhirlah penjajahan
                                                                                                                                                                  Belanda atas Indonesia dan diganti kekuasaan Kemaharajaan Jepang. Rakyat Indonesia yang sama
                                           Sarmidi  selalu  menganjurkan  paham  Indonesia  bersatu.  Ternyata  anjurannya  menjadi  kenyataan.                   sekali tidak dipersiapkan untuk menentukan nasibnya sendiri dilempar begitu saja oleh pihak
                                           Dalam kongres Jong Java di Sala tahun 1926 tujuan Jong Java berubah menjadi berusaha memajukan                         Belanda pada kekejaman penguasa Jepang. Dengan demikian secara moril pihak Belanda telah
                                           rasa persatuan para anggota dengan semua golongan bangsa Indonesia, akan bekerjasama dengan                            kehilangan hak atas Indonesia.
                                           perkumpulan-perkumpulan pemuda  Indonesia  lain, dan ikut serta  menyebarkan dan memperkuat
                                           paham Indonesia bersatu. Setahun setelah pengangkatannya sebagai Ketua Jong Java pada tahun 1926
                                           ia diangkat menjadi Ketua Jong Theosofien Yogyakarta. Ia semakin serius mendalami ilmu pendidikan                      MASA KEMERDEKAAN
                                           di Dreijarige Normaalcursus Djogjakarta pada tahun 1927.
                                                                                                                                                                  Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu. Pada waktu itu di Indonesia sedang
                                           Pada saat menjadi anggota Pengurus Besar Pemuda Indonesia ia sangat tertarik pada Partai Nasional                      dalam keadaan vacum of power ‘kekosongan kekuasaan’, yang kemudian dimanfaatkan sebaik-baiknya
                                           Indonesia (PNI) karena cita-cita politik persatuan dalam PNI tidak disembunyikan dan dapat dikatakan                   oleh para  pemimpin bangsa  untuk memproklamasikan kemerdekaan. Menjelang  akhir perang  Asia
                                           berterus terang. Atas dasar itulah pada tahun 1928 Sarmidi secara resmi masuk menjadi anggota PNI                      Timur Raya semangat nasionalisme bangsa Indonesia dalam posisi kuat, sehingga mampu melaksanakan
                                           dan sejak itu pula ia aktif berjuang di bidang politik melalui PNI. Nasionalisme melalui persatuan rakyat              proklamasi kemerdekaan dan membentuk kabinet untuk melancarkan roda pemerintahan. Panitia
                                           yang selalu ditekankan oleh PNI tidak hanya terungkap dengan terbentuknya Pemufakatan Perhimpunan-                     Persiapan  Kemerdekaan  Indonesia  (PPKI) dalam  sidang  tanggal 19  Agustus  1945  menetapkan  12
                                           Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI), tetapi juga berpengaruh pada organisasi-organisasi                   kementerian di lingkungan pemerintah. Namun demikian, pembentukan kabinet Negara Republik
                                           pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda. Sebagaimana dicatat bahwa Sumpah Pemuda atau Kongres                             Indonesia yang pertama baru dapat terlaksana pada tanggal 2 September 1945. Kabinet pertama ini
                                           Pemuda Indonesia II pada hari Minggu tanggal 27-28 Oktober 1928 di Gedung Oost-Java Bioscoop,                          merupakan kabinet presidensial. Presiden memiliki dua fungsi dan kedudukan, yaitu sebagai kepala
                                           Jakarta, yang  dipimpin oleh Sugondo  Joyopuspito  itu dihadiri oleh utusan organisasi-organisasi                      negara dan sebagai kepala pemerintahan. Oleh sebab itu kabinet pertama ini dipimpin oleh presiden,
                                           pemuda, termasuk Pemuda Indonesia. Sarmidi juga hadir dalam kongres tersebut. Sebagai salah satu                       sesuai dengan sistem pemerintahan berdasarkan UUD 1945. Kabinet ini berlangsung hingga pergantian
                                           wakil Pemuda Indonesia ia menyampaikan pidato dengan judul “Pentingnya Pendidikan Kebangsaan                           kabinet pada tanggal 14 November 1945.
                                           Bagi Pemuda”. Kongres juga memperkenalkan lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman                            Setelah Indonesia merdeka Ki Sarmidi Mangunsarkoro menjadi sekretaris Komite Nasional Indonesia
                                           dan bendera Merah Putih yang diagap sebagai bendera pusaka Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda                          Pusat (KNIP). KNIP bersidang untuk pertama kalinya pada tanggal 29 Agustus 1945, dipimpin oleh Mr.
                                           pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan salah satu puncak pergerakan nasional, sehingga peristiwa                       Kasman Singodimejo sebagai Ketua. Atas dasar Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober
                                           bersejarah tersebut setiap tahun diperingati sebagai hari besar nasional.                                              1945 KNIP memiliki wewenang tambahan dalam urusan legislatif. Pada bulan Oktober 1945 kelompok
                                                                                                                                                                  sosialis di dalam KNIP mendorong pembentukan Badan Pekerja Kamite Nasional Indonesia Pusat (BP-
                                           Di samping perjuangan dalam pergerakan nasional dan keteguhan hati dalam menciptakan
                                           persatuan bangsa yang tinggi, di sisi lain Ki Sarmidi Mangunsarkoro mempunyai kepribadian yang                         KNIP), sehingga pada tanggal 29 Oktober 1945 dibentuklah BP-KNIP dan Ki Sarmidi beserta istrinya
                                           unik, terutama dalam hal berpakaian. Ia selalu memakai peci hitam, kemeja schiller putih, bersarung                    menjadi anggota.
                                           Samarinda, sepasang sendal, dan berkumis tebal. Semula ia senang mengenakan celana panjang,                            Ki Sarmidi pernah ditunjuk sebagai Ketua Partai Serikat Rakyat Indonesia (Serindo), suatu partai yang
                                           berdasi, dan tidak berpeci; tetapi sejak peci menjadi tanda kaum pergerakan ia menyesuaikan                            didirikan pada tanggal 4 Desember 1945 di Jakarta oleh beberapa mantan anggota PNI, Perindo, dan
                                           diri dengan mengenakan peci. Ia selalu bersarung untuk menunjukkan sifat berani: berani tampil                         Gerindo. Tujuan Serindo meneruskan cita-cita ketiga partai tersebut, tetapi dalam suasana kemerdekaan
                                           beda di hadapan orang lain, berani menjadi pusat perhatian pada acara resepsi yang semua tamu                          yang belum stabil cita-cita itu harus diperjuangkan dengan segala taktik. Para pemimpin Serindo di
                                           mengenakan celana panjang.                                                                                             mana pun berada berjuang sekuat tenaga, baik di bidang politik maupun di bidang militer. Sementara itu




                             102  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  103
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119