Page 115 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 115

Ki Sarmidi
 Mangunsakoro
 bersama teman-
 teman DPP PNI
 ketika bertemu
 dengan Presiden
 Soekarno di Istana
 (Sumber: Istimewa)  Setelah PNI dibubarkan dan berubah menjadi Partindo, Sarmidi aktif menjadi Ketua Badan Pendidikan,
               dan ketika aktif di Gerindo ia aktif menulis di majalah bulanan Sin Tit Po, Surabaya.

               Pada  tahun  1940  Ki  Sarmidi  Mangunsarkoro  dipercaya  menjadi anggota  pengurus  Perhimpunan
               untuk Memajukan Ekonomi Rakyat (POMER). Dalam hal ini ia menganjurkan perluasan pendidikan
               perekonomian di Perguruan Nasional Taman Siswa. Di samping itu ia menjadi pemimpin redaksi dan
               menulis sejumlah karya dalam Kebudayaan dan Masyarakat, majalah bulanan berdasar kebangsaan dan
               beralamat di Vliegveldlaan 34, Batavia Centrum. Ki Hadjar Dewantara menjadi anggota kehormatan
               dengan anggota-anggota Susilowati, R. Atmowirogo, Mr. Hindromartono, Dr. Murjani, Mr. Samsudin,
               dan W. Suryokusumo. Kebudayaan dan Masyarakat terbit setiap satu bulan sekali, memuat masalah-
               masalah sosial, politik, dan kebudayaan. Majalah ini bubar pada bulan Desember 1941 karena meletus
               perang Asia Timur Raya. Pada tahun 1941 itu juga Ki Sarmidi Mangunsarkoro mendirikan sekolah
               dagang kecil, “Taman Masyarakat Dagang”, di Jakarta.

               Pada tanggal 8 Maret 1942 Letnan Jenderal Terpoten dan Gubernur Jenderal Tjarda Van
               Starkenborg  Stachouwer  menyerah  tanpa  syarat  kepada  Letnan  Jenderal  Hitoshi  Imamura  di
 POLITIK DAN MASA PERGERAKAN  lapangan terbang Kalijati, Bandung. Dengan penyerahan tersebut, maka berakhirlah penjajahan
               Belanda atas Indonesia dan diganti kekuasaan Kemaharajaan Jepang. Rakyat Indonesia yang sama
 Sarmidi  selalu  menganjurkan  paham  Indonesia  bersatu.  Ternyata  anjurannya  menjadi  kenyataan.   sekali tidak dipersiapkan untuk menentukan nasibnya sendiri dilempar begitu saja oleh pihak
 Dalam kongres Jong Java di Sala tahun 1926 tujuan Jong Java berubah menjadi berusaha memajukan   Belanda pada kekejaman penguasa Jepang. Dengan demikian secara moril pihak Belanda telah
 rasa persatuan para anggota dengan semua golongan bangsa Indonesia, akan bekerjasama dengan   kehilangan hak atas Indonesia.
 perkumpulan-perkumpulan pemuda  Indonesia  lain, dan ikut serta  menyebarkan dan memperkuat
 paham Indonesia bersatu. Setahun setelah pengangkatannya sebagai Ketua Jong Java pada tahun 1926
 ia diangkat menjadi Ketua Jong Theosofien Yogyakarta. Ia semakin serius mendalami ilmu pendidikan   MASA KEMERDEKAAN
 di Dreijarige Normaalcursus Djogjakarta pada tahun 1927.
               Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu. Pada waktu itu di Indonesia sedang
 Pada saat menjadi anggota Pengurus Besar Pemuda Indonesia ia sangat tertarik pada Partai Nasional   dalam keadaan vacum of power ‘kekosongan kekuasaan’, yang kemudian dimanfaatkan sebaik-baiknya
 Indonesia (PNI) karena cita-cita politik persatuan dalam PNI tidak disembunyikan dan dapat dikatakan   oleh para  pemimpin bangsa  untuk memproklamasikan kemerdekaan. Menjelang  akhir perang  Asia
 berterus terang. Atas dasar itulah pada tahun 1928 Sarmidi secara resmi masuk menjadi anggota PNI   Timur Raya semangat nasionalisme bangsa Indonesia dalam posisi kuat, sehingga mampu melaksanakan
 dan sejak itu pula ia aktif berjuang di bidang politik melalui PNI. Nasionalisme melalui persatuan rakyat   proklamasi kemerdekaan dan membentuk kabinet untuk melancarkan roda pemerintahan. Panitia
 yang selalu ditekankan oleh PNI tidak hanya terungkap dengan terbentuknya Pemufakatan Perhimpunan-  Persiapan  Kemerdekaan  Indonesia  (PPKI) dalam  sidang  tanggal 19  Agustus  1945  menetapkan  12
 Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI), tetapi juga berpengaruh pada organisasi-organisasi   kementerian di lingkungan pemerintah. Namun demikian, pembentukan kabinet Negara Republik
 pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda. Sebagaimana dicatat bahwa Sumpah Pemuda atau Kongres   Indonesia yang pertama baru dapat terlaksana pada tanggal 2 September 1945. Kabinet pertama ini
 Pemuda Indonesia II pada hari Minggu tanggal 27-28 Oktober 1928 di Gedung Oost-Java Bioscoop,   merupakan kabinet presidensial. Presiden memiliki dua fungsi dan kedudukan, yaitu sebagai kepala
 Jakarta, yang  dipimpin oleh Sugondo  Joyopuspito  itu dihadiri oleh utusan organisasi-organisasi   negara dan sebagai kepala pemerintahan. Oleh sebab itu kabinet pertama ini dipimpin oleh presiden,
 pemuda, termasuk Pemuda Indonesia. Sarmidi juga hadir dalam kongres tersebut. Sebagai salah satu   sesuai dengan sistem pemerintahan berdasarkan UUD 1945. Kabinet ini berlangsung hingga pergantian
 wakil Pemuda Indonesia ia menyampaikan pidato dengan judul “Pentingnya Pendidikan Kebangsaan   kabinet pada tanggal 14 November 1945.
 Bagi Pemuda”. Kongres juga memperkenalkan lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman   Setelah Indonesia merdeka Ki Sarmidi Mangunsarkoro menjadi sekretaris Komite Nasional Indonesia
 dan bendera Merah Putih yang diagap sebagai bendera pusaka Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda   Pusat (KNIP). KNIP bersidang untuk pertama kalinya pada tanggal 29 Agustus 1945, dipimpin oleh Mr.
 pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan salah satu puncak pergerakan nasional, sehingga peristiwa   Kasman Singodimejo sebagai Ketua. Atas dasar Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober
 bersejarah tersebut setiap tahun diperingati sebagai hari besar nasional.   1945 KNIP memiliki wewenang tambahan dalam urusan legislatif. Pada bulan Oktober 1945 kelompok
               sosialis di dalam KNIP mendorong pembentukan Badan Pekerja Kamite Nasional Indonesia Pusat (BP-
 Di samping perjuangan dalam pergerakan nasional dan keteguhan hati dalam menciptakan
 persatuan bangsa yang tinggi, di sisi lain Ki Sarmidi Mangunsarkoro mempunyai kepribadian yang   KNIP), sehingga pada tanggal 29 Oktober 1945 dibentuklah BP-KNIP dan Ki Sarmidi beserta istrinya
 unik, terutama dalam hal berpakaian. Ia selalu memakai peci hitam, kemeja schiller putih, bersarung   menjadi anggota.
 Samarinda, sepasang sendal, dan berkumis tebal. Semula ia senang mengenakan celana panjang,   Ki Sarmidi pernah ditunjuk sebagai Ketua Partai Serikat Rakyat Indonesia (Serindo), suatu partai yang
 berdasi, dan tidak berpeci; tetapi sejak peci menjadi tanda kaum pergerakan ia menyesuaikan   didirikan pada tanggal 4 Desember 1945 di Jakarta oleh beberapa mantan anggota PNI, Perindo, dan
 diri dengan mengenakan peci. Ia selalu bersarung untuk menunjukkan sifat berani: berani tampil   Gerindo. Tujuan Serindo meneruskan cita-cita ketiga partai tersebut, tetapi dalam suasana kemerdekaan
 beda di hadapan orang lain, berani menjadi pusat perhatian pada acara resepsi yang semua tamu   yang belum stabil cita-cita itu harus diperjuangkan dengan segala taktik. Para pemimpin Serindo di
 mengenakan celana panjang.  mana pun berada berjuang sekuat tenaga, baik di bidang politik maupun di bidang militer. Sementara itu




 102  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  103
   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120