Page 113 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 113

Suasana pada saat
                                                                                                             Kongres Pemuda
                                                                                                             Indonesia II yang
                                                                                                             dilaksanakan di
                                                                                                             Jakarta 28 Oktober
                                                                                                             1928
                                                                                                             (Sumber: Istimewa)
 terhadap nasionalisme yang lain atau terhadap asas internasional, tetapi dengan syarat bahwa semua
 nasionalisme harus saling menghormati. Dengan demikian Taman Siswa berusaha mengabdi pada bangsa
 sendiri dan juga dunia. Dengan meninjau sistem among, Ki Sarmidi Mangunsarkoro mengambil dua asas
 Taman Siswa sebagai pangkal tinjau, yaitu asas kedua dan asas keempat. Asas kedua Taman Siswa
 berbunyi: “Dalam sistem ini maka pengajaran berarti mendidik anak menjadi manusia yang merdeka
 batinnya, merdeka pikirannya, dan merdeka tangannya”. Jadi dalam sistem ini pendidikan ke arah
 kepribadian merupakan tugas utama. Akan tetapi kepribadian masyarakat seperti yang dikehendaki
 oleh asas keempat, yakni mengakui pribadi-pribadi kuat sebagai pendorong perkembangan negara.
 “Kekuatan negeri itu jumlahnya kekuatan orang-orangnya”, demikianlah asas keempat.


 Pada masa pendudukan Jepang, Sarmidi bekerja sebagai Kepala Bagian Penerangan Djawa Hokokai.
 Pada kurun waktu 1943–1945 ia bertugas sebagai Kepala Bagian Kebudayaan dan Pendidikan Kantor
 Pusat Djawa Hokokai dan sebagai pemimpin redaksi majalah Djawa Hokokai, yaitu Majalah Indonesia
 Merdeka. Pada zaman pendudukan Jepang, Taman Siswa mengalami hambatan karena Pemerintah
 Pendudukan Jepang mengeluarkan peraturan tentang “Sekolah Partikelir”. Peraturan ini berisi bahwa
 sekolah-sekolah yang dikelola partikelir hanya diperbolehkan membuka sekolah kejuruan dan tidak   KEHIDUPAN BERKELUARGA
 boleh mengelola sekolah guru. Dengan adanya peraturan “Sekolah Partikelir” maka pada tanggal 18
 Maret 1944 Taman Dewasa diubah menjadi Taman Tani, sedangkan Taman Madya dan Taman Guru   Tahun 1929 merupakan tahun penting bagi Sarmidi. Ia menemukan jodoh dan menikah dengan Sri
 dibubarkan. Murid-murid  yang  pindah  ke  sekolah  pemerintah  akan  diterima. Demikian  juga  guru-  Wulandari yang juga merupakan salah satu pamong di Perguruan Taman Siswa. Pernikahannya menjadi
 gurunya yang berkeinginan menjadi pegawai negeri akan diterima dan masa kerjanya akan dihargai.   istimewa karena Ki Hadjar Dewantara berkenan menjadi salah satu wali nikah. Dalam mengarungi
 Dengan pembubaran Taman Madya dan Taman Guru berarti jumlah sekolah yang dikelola oleh Taman   bahtera rumah tangga, keluarga Sarmidi mengalami suka dan duka. Suka apabila segala apa yang dicita-
 Siswa  menjadi  berkurang.  Demikian  juga  dengan  pengubahan  Taman  Dewasa  menjadi  Taman  Tani   citakan kedua pasangan hidup ini tentang organisasi Taman Siswa berjalan sesuai dengan yang dicita-
 mengurangi  jumlah  siswa  karena  Pemerintah  Pendudukan  Jepang  mengadakan  pembatasan  jumlah
 siswa. Pemerintah Jepang takut pada perkembangan sekolah-sekolah yang dikelola Taman Siswa yang   citakan Ki Hadjar Dewantara, sedang duka apabila melihat dan mendengar bahwa rasa nasionalisme
 berdasarkan kebangsaan. Berhubung Ki Hadjar Dewantara diangkat oleh pemerintah Jepang menjadi   dalam pendidikan menurun. Keluarga  Sarmidi memang  keluarga  yang  memiliki intelektual tinggi,
 Naimubu Bunkyokyuku Sanjo, Majelis Luhur menyelenggarakan Rapat Besar ke VIII pada tanggal 24–  meskipun demikian Sarmidi juga menunjukkan keinginan terhadap soal-soal kebatinan dan kejiwaan
 26 Desember 1944 di Yogyakarta. Rapat Besar ini membicarakan masalah tugas-tugas Majelis Luhur   pada umumnya dan khususnya pendidikan budi pekerti. Dari pernikahannya itu ia memiliki delapan
 setelah Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai Naimubu Bunkyokyuku Sanjo sehingga jabatan sebagai   orang anak.
 Pemimpin Umum dilepas, meskipun sebagai bapak keluarga Taman Siswa tetap berlaku. Dengan   Sarmidi memiliki sikap tersendiri mengenai kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ia percaya
 demikian susunan Majelis Luhur juga berubah. Dalam susunan Majelis Luhur yang baru Ki Sarmidi
 Mangunsarkoro duduk sebagai Majelis Pertimbangan Pemeliharaan Organisasi.  adanya kodrat dari Yang Maha Besar sebagai pusat kesatuan seluruh alam. Manusia wajib menghadapi
               segala sesuatu di dunia ini dengan ikhlas, baik yang menyenangkan maupun yang menyusahkan, yang
 Pada bulan Agustus 1946, Taman Siswa mengadakan Rapat Besar yang ke IX di Yogyakarta,   baik maupun yang buruk. Bukankah semua itu ada karena kodrat alam dan oleh sebab itu juga terikat
 membicarakan beberapa masalah yang berkait dengan suasana baru dalam alam kemerdekaan. Rapat   oleh hukum evolusi, hukum yang berkembang sesuai dengan dasar dan kekuatan yang terkandung
 Besar ini bertujuan membentuk panitia yang bertugas merumuskan kembali “Keterangan Asas” yang   di dalamnya. Inilah  sikap  nrima yang menjadi dasar hidupnya. Sikap  demikian dilakukannya dengan
 ditulis dan diresmikan dalam protokol pendirian Taman Siswa 1922. Panitia dipimpin oleh Ki Sarmidi   gembira, hidup bersahaja dalam suasana pengorbanan dengan keikhlasan. Gembira karena kepuasan
 Mangunsarkoro, yang lebih dikenal dengan sebutan Panitia Mangunsarkoro. Hasil kesimpulan Panitia   batin karena gelora hatinya suci mendapat jalan dan irama yang sama. Dirasakannya bahwa bunga
 Mangunsarkoro sebagai berikut:
               melati yang  putih bersih  di dalam taman jiwannya  dapat berkembang  dan  memberi keharuman  di
 1.  Adanya rumusan baru yang merupakan Keterangan Dasar-dasar Taman Siswa tahun 1947,   sekitarnya, serta ada kemungkinan cita-cita kawula-gusti akan terwujud sebagai sumber bahagia yang
 yang isinya diambil dari Keterangan Asas 1922.  tiada  bandingannya. Sumber bahagia  keluar dalam bentuk pengabdian mutlak terhadap Yang  Maha
 2.  Sebagian Asas 1922 tidak digunakan lagi karena perjuangan sudah berbeda dengan saat Taman   Kuasa. Dalam mencapai cita-cita kawula-gusti setiap agama menjadi penunjuk jalan bagi pemeluknya
 Siswa berdiri pada tahun 1922.
 3.  Dasar-dasar Taman Siswa 1947 yang disahkan oleh Rapat Besar Umum tahun 1947 mengandung   dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Agama yang dirasakan paling cocok dengan hati nuraninya
 pengertian dasar yang dikenal dengan  Panca Dharma, yaitu kodrat alam, kemerdekaan,   itulah yang dapat menjadi petunjuk yang paling dapat diterima jiwanya. Setiap agama mempunyai dasar
 kebudayaan, kemanusiaan, dan kemanusiaan.  jiwa tertentu. Itulah sebabnya agama dipaksakan harus diterima oleh seseorang. Meski demikian satu hal
 4.  Bahwa Taman Siswa adalah lanjutan cita-cita Suwardi Suryaningrat dan kawan-kawan yang   yang tidak boleh dilupakan, yakni bahwa setiap agama menghendaki kesempurnaan kemajuan manusia.
 tergabung dalam kelompok Selasa Kliwon. Suwardi Suryaningrat adalah ahli pendidik dan   Oleh karena itu barang siapa memberikan hidupnya untuk kepentingan kesempurnaan kemajuan umat
 tenaga kreatif revolusioner yang dapat menghimpun cita-cita, kemasyarakatan, dan pendidikan   manusia dan berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa, maka manusia tersebut akan
 gerombolan Selasa Kliwon.  mendapat kehormatan berada di sisi Yang Maha Kuasa.




 100  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  101
   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118