Page 12 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 12

PENDAHULUAN

                                                                                                                                                                      Oleh Mukhlis PaEni















                                                                                                                                                                      Pada tanggal 19 Agustus 1945, dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Ki Hajar
                                                                                                                                                                      Dewantara dilantik menjadi Menteri Pengajaran pada Kabinet Presidensial I yang masa kerjanya
                                                                                                                                                                      sangat pendek, hanya empat bulan, dari 19 Agustus 1945 s/d 14 November 1945. Walau hanya
                                                                                                                                                                      berumur empat bulan, pengangkatan Ki Hajar Dewantara sangat penting artinya karena Ki Hajar
                                                                                                                                                                      Dewantara-lah yang meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional Indonesia, yang formalnya diambil
                                                                                                                                                                      secarah utuh dari Konsep Pendidikan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan swasta yang didirikan
                                                                                                                                                                      oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 juli 1922, yang ketika itu bernama National Onderwijs
                                                                                                                                                                      Istitut Taman Siswa.

                                                                                                                                                                      Pengangkatan Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri Pengajaran yang pertama dianggap sebagai sebuah
                                                                                                                                                                      momentum untuk memotong mata rantai sistem pendidikan kolonial yang didirikan Pemerintah Hindia
                                                                                                                                                                      Belanda yang dianggap sangat intelektualistik dan materialistik. Menurut Ki Hajar Dewantara, sistem
                                                                                                                                                                      pendidikan kolonial itu sangat gersang karena berbagai kebutuhan bangsa tidak terjawab atau dengan
                                                                                                                                                                      kata lain tidak terpenuhi. Lulusan Holand Indise School (HIS) yang didirikan pemerintah kolonial untuk
                                                                                                                                                                      bumiputera, misalnya, sekalipun memberi kesempatan yang luas pada bumiputera untuk memperoleh
                                                                                                                                                                      pendidikan, namun oleh Ki Hajar Dewantara dianggap tidak memberi harapan seperti yang diinginkan
                                                                                                                                                                      banyak orang.

                                                                                                                                                                      Kegelisahan itulah yang mendorong Ki Hajar Dewantara merombak sistem pendidikan warisan kolonial
                                                                                                                                                                      dengan mengembalikannya ke suatu bentuk sistem baru, yang disebut dengan “Konsep Pendidikan
                                                                                                                                                                      Nasional Indonesia”. Dasar-dasar Konsep Pendidikan Nasional berasal dari kepribadian bangsa. Dengan
                                                                                                                                                                      demikian, menurut Ki Hajar Dewantara, proses pembelajaran harus bertumpu pada ketiga hal berikut:

                                                                                                                                                                            1.  Ing ngarsa sung tuladha, yang berarti seseorang yang berada di depan harus dapat memberi
                                                                                                                                                                               teladan atau contoh. Siswa tidak hanya mempelajari pengetahuan semata, tetapi juga belajar
                                                                                                                                                                               tentang lingkungannya, termasuk belajar mengenai pribadi pendidiknya secara personal. Oleh
                                                                                                                                                                               karena itu para pendidik dituntut dan diharuskan memiliki karakter dan kepribadian yang
                                                                                                                                                                               dapat ditiru oleh anak didiknya.
                                                                                                                                                                            2.  Ing madya mangun karsa,  yang berarti seseorang dituntut memiliki kemampuan untuk
                                                                                                                                                                               menciptakan kreativitas, prakarsa, ide-ide di antara orang lain. Kreativitas tersebut pada
                                                                                                                                                                               dasarnya  menuntut seseorang  agar dapat membangkitkan minat dan semangat belajar
                                                                                                                                                                               muridnya/siswanya. Dalam hal ini seorang guru tidak diperlukan mengajar terlalu banyak,
                                                                                                                                                                               tetapi diminta  agar memberi motivasi sebanyak-banyaknya kepada  murid/siswanya  agar
                                                                                                                                                                               mampu berpikir kritis, mandiri, dan aktif.

                                                                                                                                                                            3.  Tut  wuri handayani,  seorang pendidik harus  dapat memberi dorongan dan arahan kepada
                                                                                                                                                                               murid dan siswanya untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Caranya adalah seorang guru
                                                                                                                                                                               harus memberi dorongan kepada murid dan siswanya agar memahami bahwa dalam belajar
                                                                                                                                                                               selalu harus tuntas dan berkelanjutan karena itu merupakan kunci sukses.




                                                                                                                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  1
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17