Page 17 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 17

6.  Mengikuti serta membantu perkembangan gerakan pemuda.  demikian barulah pada masa Sarino Mangun Pranoto mulai diterapkan sistem pendidikan nonformal
                   dalam tatanan pendidikan nasional. Kiprah serius Mangun Pranoto di bidang pendidikan bukan hanya
 7.  Menyelenggarakan berbagai macam perpustakaan guna pendidikan dan untuk kepentingan   sejak menjadi Menteri PP dan K, tapi jauh sebelumnya. Ki Sarino Mangun Pranoto sudah dikenal
 penyelenggaraan pemerintah.
                   sebagai tokoh pemikir bidang pendidikan di Taman Siswa. Oleh karena itu Ki Sarino Mangun Pranoto
 Seperti yang diakui oleh Dr. Bahder Djohan bahwa ketujuh  point yang disebutnya sebagai ruang   sangat tahu betapa besar peran pendidikan nonformal dan harus menjadi bagian penting dalam
 lingkup yang harus dikerjakan oleh Kementerian PP dan K sesungguhnya seluruh dasar-dasarnya telah   tatanan pendidikan nasional. Kepedulian dan perhatian yang sangat besar terhadap dunia pendidikan
 dirancang oleh menteri-menteri PP dan K sebelumnya.  menyebabkan Ki Sarino Mangun Pranoto diangkat menjadi Menteri PP dan K untuk kedua kalinya pada
                   tanggal 8 Maret 1966 pada Presidium Kabinet Dwikora II dan diangkat lagi pada Kabinet Ampera I yang
 Masa tugas Dr. Bahder Djohan selaku Menteri PP dan K berada di dua masa kabinet, yakni Kabinet   diketuai oleh Jenderal Soeharto. Ki Sarino Mangun Pranoto diangkat kembali menjadi Menteri PP dan K
 M. Natsir dan Kabinet Wilopo. Masa itu disebut sebagai masa yang amat kritis dalam kehidupan   s/d 14 Oktober 1967.
 kenegaraan kita setelah Indonesia Merdeka. Hal ini di sebabkan oleh 1) masalah Aceh, yang berawal
 ketika dibentuknya Provinsi Sumatera Utara dan pelantikan gubernur pertama provinsi itu setelah   Di antara sederetan nama menteri PP dan K sampai dengan berakhirnya era Orde Lama di bawah
 Kemerdekaan Indonesia yang beribukota di Medan, sementara Aceh diberi status hanya setingkat   kepemimpinan Presiden Soekarno, nama Prof. Dr. Prijono sangat menonjol, bukan era jabatannya selaku
 karesidenan di bawah Provinsi Sumatera Utara; sementara ketika itu Aceh berada di bawah Gubernur   menteri Koordinator PP dan K yang sangat lama (1957–1967)—kurang lebih 10 tahun—tetapi juga
 Militer Tengku Muh Daud Beureueh; 2) masalah Irian Barat, yang disebut dalam keputusan Konferensi   karena banyaknya rancangan dan program yang ia kerjakan, yang dianggap sangat penting dan strategis
 Meja  (KMB) akan  diserahkan  kepada  Indonesia  setahun  kemudian  terhitung  diakuinya  kedaulatan   untuk mendukung gagasan tentang penegasan Pancasila dan Manipol sebagai landasan pendidikan
 Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Belanda, dalam hal ini menjadi tugas Kabinet Natsir. Dalam   nasional. Atas alasan itulah Presiden Soekarno mengangkatnya sebagai menteri Koordinator Pendidikan
 perundingan dengan Belanda mengenai Irian Barat terbaca bahwa Belanda menunjukkan keengganan   dan kebudayaan. Pada tanggal 14 Maret 1957 Prof. Dr. Prijono pertama kali diangkat menjadi Menteri
 menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Akibatnya Kabinet Natsir mendapat misi tidak percaya dari   PP dan K pada akhir demokrasi liberal Kabinet Juanda (tahun 1957–1959).
 wakil PNI di kabinet dan Perdana Menteri Moh Natsir mengembalikan mandat kepada Presiden Soekarno.
 Jabatan Menteri PP dan K pun diserahkan oleh Dr. Bahder Djohan ke tangan Mr. Wongsonegoro dalam   Perubahan politik sejak Dekrit Presiden Soekarno 5 Juli 1959 secara perlahan juga mempengaruhi arah
 Kabinet Soekarno, yang masa kekuasaannya sangat pendek. Mr. Wongsonegoro tidak dapat melakukan   pendidikan nasional secara keseluruhan. Prof. Dr. Prijono sebagai salah satu seorang loyalitalis Presiden
 banyak hal kecuali melanjutkan tugas-tugas kementerian yang sudah berjalan secara rutin. Masa jabatan   Soekarno dengan sangat cepat mengaitkan Manipol/USDEK dengan program-program pendidikan
 menteri yang sangat pendek kembali terulang seperti sebelumnya. Moh Syafei hanya menjabat selama   yang berjalan di Kementerian PP dan K.
 tujuh bulan (12 Maret–2 Oktober 1946), Mr. Soewandi sembilan bulan (2 Oktober 1946–Juni 1947),   Kebijakan sistem pendidikan nasional yang dianut ketika itu adalah pendidikan yang menghasilkan
 Mr. Gunarso 10 bulan (2 Oktober 1946–27 Juni 1947), Mr. Ali Sastroamitjoyo relatif lebih lama, yakni   terciptanya/tersedianya tenaga ahli dalam pembangunan yang sesuai dengan syarat manusia sosialis
 2 tahun 2 bulan, mulai 3 Juni 1947 hingga 4 Agustus 1949.   Indonesia, yaitu berwatak luhur dan mampu melaksanakan Manipol/USDEK di bidang mental/agama/
                   kebudayaan  dengan  syarat  spiritual dan  material agar  setiap  warga  negara  dapat  mengembangkan
 Lain halnya dengan masa jabatan Mr. Moh Yamin relatif panjang (30 juli 1953–12 Agustus 1955), sehingga
 beberapa hal strategis pun banyak dilakukan. Hal ini juga sangat erat hubungannya dengan kecintaan   kepribadiannya dan kebangsaan Indonesia serta menolak pengaruh buruk kebudayaan asing.
 Moh  Yamin  secara  pribadi terhadap  pendidikan, seni, dan  kebudayaan. Paling  tidak  ada  empat  hal   Kecintaan Prof. Dr. Prijono terhadap kebudayaan Indonesia, khususnya kebudayaan daerah, tidak dapat
 penting yang dilakukannya dan sangat strategis dampaknya hingga hari ini, yakni sebagai berikut:  diragukan. Menurut Prijono kebudayaan daerah yang berkualitas tinggi, yang oleh Ki Hajar Dewantara
                   disebut puncak-puncak kebudayaaan, akan memperkaya kebudayaan nasional.
 1.  Dirancangkannya secara resmi pemugaran Candi Prambanan.
                   Kesenian bangsa Indonesia haruslah berupa kesenian nasional dalam rohnya, tetapi dalam bentuknya
 2.  Mengembalikan  1.151  benda  budaya  dari Belanda  ke  Indonesia, termasuk  naskah-naskah
 Nusantara.        bisa berupa kesenian daerah. Konsep Prof. Dr. Prijono tentang kesenian nasional tersebut menempatkan
                   kesenian daerah dan pembangunan kesenian daerah berarti juga sama dengan pembangunan kesenian
 3.  Kebijakan mendirikan Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) hingga  berdiri 10 IKIP  di   nasional. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pada masa Prof. Dr. Prijono tumbuh dengan
 seluruh Indonesia ketika itu.  pesat kelompok-kelompok kesenian daerah dengan lagu-lagu daerah ataupun tarian daerah silih
                   berganti pentas di ibukota atau di depan presiden di Istana Negara. Demikian juga grup kesenian
 4.  Mengirim mahasiswa Indonesia belajar ke berbagai universitas luar negeri dan mengundang   berbagai daerah berkeliling dunia memperkenalkan Indonesia melalui tarian-tarian tradisional: tari
 dosen-dosen asing untuk mengajar di berbagai universitas di Indonesia.
                   Pakarena dari Makassar, tari Geding Sriwijaya dari Palembang, aneka tari Bali, Jawa, termasuk Grup
 Selepas kepemimpinan Mr. Moh Yamin jabatannya Menteri PP dan K dipegang oleh Dr. Ir. RM. Soewandi   Folk song Gardon Tabing yang berkeliling dunia dengan lagu-lagu Batak, dan seterusnya. Dinamika
 Notokoesoemo, yang menjabat hanya tujuh bulan lamanya, dari tanggal 12 Agustus 1955 s/d 24 Maret   berkesenian pada masa Prof. Dr. Prijono sangat menekankan pentingnya kebudayaan daerah yang
 1956. Oleh karena masa jabatan yang pendek Ir. Soewandi hanya melanjutkan mekanisme dan rutinitas   bermutu tinggi sebagai ikon nasional. Menurut Prijono komitmen pembangunan kebudayaan daerah
 kementerian yang sudah berjalan baik. Demikian juga menteri selanjutnya. Ketika Kementerian PP dan K   haruslah diarahkan untuk menanamkan keutuhan kebangsaan sebagai suatu bangsa, bukan untuk
 di bawah kepemimpinan Sarino Mangun Pranoto perhatian utamanya tidak lepas dari upaya menerapan   suku-suku tertentu. Kesadaran atas kesukuan harus dihapus dan dibuang jauh-jauh, sebaliknya
 kebijakan dari kebijakan menteri-menteri sebelumnya, terutama menjalankan program-program yang   kesadaran kemanusiaan perlu ditingkatkan ke arah kesadaran kebangsaan dalam nation bulding and
 sudah diletakkan dasar-dasarnya oleh Ki Hajar Dewantara, Menteri Pengajaran RI Pertama. Walau   education.




 4  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  5
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22