Page 20 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 20

10. Pendidikan yang dimulai sejak di lingkungan keluarga dan dilanjutkan dengan tambahan                                  Periode jabatannya selaku menteri Dekdikbud tidak terlalu lama, walau demikian beberapa kebijakan yang
                                               pengajaran dengan sistem sekolah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat yang                                 dihasilkan antara lain menetapkan perubahan Kurikulum 1975 menjadi Kurikulum 1984 dan masuknya
                                               menghadapi pembangunan ekonomi dan penyempurnaan teknologi.                                                            Pendidikan Sejarah  Perjuangan Bangsa”  (PSPB) sebagai mata  pelajaran  wajib. Ketika  itulah terjadi
                                                                                                                                                                      pergantian nomenklatur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Departemen Pendidikan
                                            11. Pendidikan harus menganut falsafah bahwa manusia sendiri yang mengadakan (membangun) industri,                        dan Kebudayaan. Gagasan Prof. Dr. Nugroho Notosusanto yang momentum dan kontroversial adalah
                                               perdagangan, transportasi, dan bukan ekonomi yang melahirkan manusia. Oleh karena itu mendidik                         implementasi kebijakan Orde Baru yang ingin menyatukan seluruh ormas dan partai politik di bawah
                                               harus diartikan memberi kemampuan untuk mengadakan sesuatu bagi keperluan hidup.
                                                                                                                                                                      bendera Pancasila. Untuk itu, selain menggalakkan Pendidikan Pancasila, Pendidikan Sejarah, PSPB,
                                            12. Pendidikan dengan sistem persekolahan secara prinsipil harus diubah dari “theorie school”                             dan  penataan P4, kebijakan  tentang  “Pancasila  in action”  perlu digalakkan, yakni Pancasila  dalam
                                               menjadi “doe school”,  artinya mengusahakan sifat  vocasional dari keilmuan yang bersifat                              tata pergaulan dan tata krama perlu dilaksanakan berdasarkan pembinaan dan keselarasan.
                                               teoritis. Orientasi anak harus diubah dari kontrasentris menjadi memakmurkan desa dengan                               Selapas Menteri Nugroho Notosusanto, yang meninggal di tengah berbagai kebijakannya yang dianggap
                                               industri agraris, sehingga desa merupakan ruang sekolah.                                                               sangat kontroversial, Prof. Fuad Hassan diangkat menjadi Mendikbud. Masa jabatannya cukup lama,

                                            13. Kurikulum harus ditinjau secara menyeluruh; harus diadakan sinkronisasi dari SD sampai                                meliputi tahun 1985–1988 dan 1988–1993 atau sekitar sembilan tahun. Pada tahun-tahun pertama
                                               perguruan tinggi. Karena keadaan geografi, sosial, dan budaya diperlukan diferensiasi dengan                           kepemimpinannya selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan tidak dapat berbuat banyak,
                                               pembangunan daerah masing-masing. Di samping  itu ada  unit kurikulum dalam beberapa                                   karena jabatan pertamanya sangat pendek (naik di tengah jalan). Barulah pada masa jabatan kedua tahun
                                               mata pelajaran pokok guna mencapai kesatuan bangsa seperti bahasa, sejarah, ilmu bumi, dan                             1988–1993 berbagai kebijakan Fuad Hassan mulai mewarnai sistem pendidikan nasional. Salah satu di
                                               civics (Suradi, 1986: 158; Dewantara, 1977).                                                                           antaranya adalah pelaksanaan Evaluasi Tahap Akhir Nasional (Ebtanas) secara desentralisasi. Hal ini
                                                                                                                                                                      penting karena, menurut Fuad Hasan, prinsip desentralisasi menjamin mutu sekolah tetap terjaga.
                                       Bahwa untuk mencapai cita-cita pembangunan di bidang pendidikan dan kebudayaan maka prinsip                                    Fuad Hassan-lah yang melakukan perubahan penamaan gelar kesarjanaan yang dianggap sangat berbau
                                       pokok pembangunan pendidikan-kebudayaan harus didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 yang                                      kolonial, seperti Drs, Dra, Ir, dan sebagainya dengan gelar yang bernuansa Indonesia dan sekaligus
                                       prinsip-prinsip pokoknya  terkandung  dalam  Mukaddimah  UUD 1945. Karena  itulah  maka  warna                                 menyebut bidang keilmuan dan kesarjanaan pemegang gelar. Salah satu sumbangannya di bidang
                                       pembangunan pendidikan dan kebudayaan Kabinet Ampera II didominasi oleh penerapan pendidikan                                   kebudayaan adalah upaya memugar Galeri Nasional, yang baru selesai pada masa Prof. Wardiman
                                       Pancasila melalui berbagai sarana, seperti pendidikan agama, pendidikan perikemanusiaan, pendidikan                            Djoyonegara, yang juga populer dengan konsep link and match (kesesuaian dan keterpaduan), suatu
                                       kesatuan bangsa, pendidikan kerakyatan, dan pendidikan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.                                   konsep yang dikembangkan untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
                                                                                                                                                                      Di bidang kebudayaan Wardiman mempunyai peran sangat besar dalam penggunaan bahasa Indonesia
                                       Akhir jabatan Sanusi Hardjadinata ditandai dengan berakhirnya pula masa Kabinet Ampera II yang
                                       kemudian diganti dengan Kabinet Pembangunan I, yang ditandai dengan pengangkatan Mashuri Saleh,                                di kalangan para pengusaha, industri, perbankan, dan pengembang. Dengan kata lain Wardiman adalah
                                       S.H. selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1968–1973). Periode ini sangat penting bagi tonggak                             tokoh terdepan “kampanye pemasaran” bahasa Indonesia.
                                       kekuasaan Orde Baru di bidang pendidikan dan kebudayaan. Mashuri Saleh-lah yang menetapkan                                     Tanggal 18 Maret 1998 Prof. Wiranto Arismunandar dilantik menggantikan Prof. Wardiman Djoyonegara
                                       pentingnya kebebasan ilmiah dan kebebasan mimbar bagi perguruan tinggi yang sebelumnya                                         menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Prof. Wiranto  Aris  Munandar merupakan Menteri
                                       bertentangan dengan kebijakan Presiden Soekarno. Saat itu Mashuri Saleh masih menjadi Dirjen                                   Pendidikan dan Kebudayaan terakhir zaman Soeharto. Prof. Wiranto sesungguhnya kurang bahagia
                                       Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (1967–1968). Kebijakannya digunakan lagi untuk mengawali                                ketika Presiden Soeharto memintanya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menggantikan
                                       jabatannya selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Pembangunan (1968–1973).                                     Prof. Wardiman. Prof. Wiranto Aris Munandar sangat menyadari bahwa ketika itu ia harus berhadapan
                                       Pada saat itulah Presiden Soeharto selaku penguasa Orde Baru menyatakan keinginannya untuk                                     dengan situasi yang amat panas yang mengarah ke istana. Demonstrasi dan pergolakan di kampus
                                       menjadikan pendidikan nasional Indonesia selaku saka guru utama dalam Negara Republik Indonesia.                               yang dipelopori mahasiswa mulai bermunculan. Ada yang mengaitkan pengangkatan Prof. Wiranto
                                                                                                                                                                      dimaksudkan agar ia dapat mengendalikan kampus, seperti ketika ia menjabat Rektor ITB yang terkenal
                                       Menteri zaman Orde Baru selepas Mashuri Saleh, S.H. adalah Prof. Sumantri Brodjonegoro, Letjen
                                       TNI Dr. Teuku Syarif Thayeb, Prof. Dr. Nugroho Notosusanto, dan Prof. Dr. Fuad Hasan. Di antara                                amat keras, tegas, dan tak segan memberi skorsing pada mahasiswa yang membandel. Namun arus
                                                                                                                                                                      politik ketika itu sudah sangat besar dan deras yang sama sekali sulit untuk dibendung.
                                       menteri–menteri Orde Baru yang menonjol adalah Dr. Teuku Syarif Thayeb, yang menekankan
                                       pengulangan pentingnya tut wuri handayani, melakukan perluasan kesempatan belajar dan pembebasan                               Pada masa akhir kekuasaannya Presiden Soeharto membentuk Kabinet Pembangunan VIII, berumur
                                       SPP, serta perbaikan mutu pendidikan. Teuku Syarif Thayeb jugalah yang memulai pembangunan                                     sangat singkat, efektif hanya tiga bulan (14 Maret 1998–21 Mei 1998). Juwono Sudarsono ketika itu
                                       infratruktur  gedung/sekolah/bangunan  lain  yang  berhubungan  dengan  program  pendidikan                                    menjabat Menteri Negara Lingkungan Hidup, akan tetapi pada era reformasi di bawah Presiden
                                       menggunakan dana Inpres.                                                                                                       BJ. Habibie ia dipercaya menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang umurnya juga sangat
                                                                                                                                                                      singkat (1998–1999).
                                       Menteri–menteri lain yang menonjol adalah Prof. Daoed Yoesoef. Dialah satu-satunya menteri, selain
                                       Ki Hajar Dewantara, yang memiliki konsep utuh tentang pembangunan pendidikan dan kebudayaan                                    Hal utama yang menggangu ketenangan Juwono bekerja secara optimal pada masa kerjanya yang
                                       sebelum dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Di antara kebijakannya yang menonjol dan                           sangat singkat itu ialah timbulnya gelombang protes atas penerimaan dan legitimasi BJ. Habibie
                                       mengundang kontroversial adalah pemberlakuan “Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi                                    sebagai presiden karena Presiden Soeharto dianggap menyerahkan kekuasaan kepada BJ. Habibie
                                       Kemahasiswaan (NKK/BKK)”. Kebijakan NKK/BKK dimaksudkan untuk menghilangkan kegiatan                                           secara sepihak dan BJ. Habibie dianggap masih produk Orde Baru. Walaupun masa jabatannya
                                       politik dan organisasi kampus. Menteri Orde Baru lain yang populer adalah Prof. Nugroho Notosusanto.                           sangat singkat, tetapi karyanya di bidang pembangunan pendidikan dan kebudayaan sangat besar,




                             8    MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  9
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25