Page 16 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 16

6.  Mengikuti serta membantu perkembangan gerakan pemuda.                                                                 demikian barulah pada masa Sarino Mangun Pranoto mulai diterapkan sistem pendidikan nonformal
                                                                                                                                                                      dalam tatanan pendidikan nasional. Kiprah serius Mangun Pranoto di bidang pendidikan bukan hanya
                                            7.  Menyelenggarakan berbagai macam perpustakaan guna pendidikan dan untuk kepentingan                                    sejak menjadi Menteri PP dan K, tapi jauh sebelumnya. Ki Sarino Mangun Pranoto sudah dikenal
                                               penyelenggaraan pemerintah.
                                                                                                                                                                      sebagai tokoh pemikir bidang pendidikan di Taman Siswa. Oleh karena itu Ki Sarino Mangun Pranoto
                                       Seperti yang diakui oleh Dr. Bahder Djohan bahwa ketujuh  point yang disebutnya sebagai ruang                                  sangat tahu betapa besar peran pendidikan nonformal dan harus menjadi bagian penting dalam
                                       lingkup yang harus dikerjakan oleh Kementerian PP dan K sesungguhnya seluruh dasar-dasarnya telah                              tatanan pendidikan nasional. Kepedulian dan perhatian yang sangat besar terhadap dunia pendidikan
                                       dirancang oleh menteri-menteri PP dan K sebelumnya.                                                                            menyebabkan Ki Sarino Mangun Pranoto diangkat menjadi Menteri PP dan K untuk kedua kalinya pada
                                                                                                                                                                      tanggal 8 Maret 1966 pada Presidium Kabinet Dwikora II dan diangkat lagi pada Kabinet Ampera I yang
                                       Masa tugas Dr. Bahder Djohan selaku Menteri PP dan K berada di dua masa kabinet, yakni Kabinet                                 diketuai oleh Jenderal Soeharto. Ki Sarino Mangun Pranoto diangkat kembali menjadi Menteri PP dan K
                                       M. Natsir dan Kabinet Wilopo. Masa itu disebut sebagai masa yang amat kritis dalam kehidupan                                   s/d 14 Oktober 1967.
                                       kenegaraan kita setelah Indonesia Merdeka. Hal ini di sebabkan oleh 1) masalah Aceh, yang berawal
                                       ketika dibentuknya Provinsi Sumatera Utara dan pelantikan gubernur pertama provinsi itu setelah                                Di antara sederetan nama menteri PP dan K sampai dengan berakhirnya era Orde Lama di bawah
                                       Kemerdekaan Indonesia yang beribukota di Medan, sementara Aceh diberi status hanya setingkat                                   kepemimpinan Presiden Soekarno, nama Prof. Dr. Prijono sangat menonjol, bukan era jabatannya selaku
                                       karesidenan di bawah Provinsi Sumatera Utara; sementara ketika itu Aceh berada di bawah Gubernur                               menteri Koordinator PP dan K yang sangat lama (1957–1967)—kurang lebih 10 tahun—tetapi juga
                                       Militer Tengku Muh Daud Beureueh; 2) masalah Irian Barat, yang disebut dalam keputusan Konferensi                              karena banyaknya rancangan dan program yang ia kerjakan, yang dianggap sangat penting dan strategis
                                       Meja  (KMB) akan  diserahkan  kepada  Indonesia  setahun  kemudian  terhitung  diakuinya  kedaulatan                           untuk mendukung gagasan tentang penegasan Pancasila dan Manipol sebagai landasan pendidikan
                                       Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Belanda, dalam hal ini menjadi tugas Kabinet Natsir. Dalam                               nasional. Atas alasan itulah Presiden Soekarno mengangkatnya sebagai menteri Koordinator Pendidikan
                                       perundingan dengan Belanda mengenai Irian Barat terbaca bahwa Belanda menunjukkan keengganan                                   dan kebudayaan. Pada tanggal 14 Maret 1957 Prof. Dr. Prijono pertama kali diangkat menjadi Menteri
                                       menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Akibatnya Kabinet Natsir mendapat misi tidak percaya dari                            PP dan K pada akhir demokrasi liberal Kabinet Juanda (tahun 1957–1959).
                                       wakil PNI di kabinet dan Perdana Menteri Moh Natsir mengembalikan mandat kepada Presiden Soekarno.
                                       Jabatan Menteri PP dan K pun diserahkan oleh Dr. Bahder Djohan ke tangan Mr. Wongsonegoro dalam                                Perubahan politik sejak Dekrit Presiden Soekarno 5 Juli 1959 secara perlahan juga mempengaruhi arah
                                       Kabinet Soekarno, yang masa kekuasaannya sangat pendek. Mr. Wongsonegoro tidak dapat melakukan                                 pendidikan nasional secara keseluruhan. Prof. Dr. Prijono sebagai salah satu seorang loyalitalis Presiden
                                       banyak hal kecuali melanjutkan tugas-tugas kementerian yang sudah berjalan secara rutin. Masa jabatan                          Soekarno dengan sangat cepat mengaitkan Manipol/USDEK dengan program-program pendidikan
                                       menteri yang sangat pendek kembali terulang seperti sebelumnya. Moh Syafei hanya menjabat selama                               yang berjalan di Kementerian PP dan K.
                                       tujuh bulan (12 Maret–2 Oktober 1946), Mr. Soewandi sembilan bulan (2 Oktober 1946–Juni 1947),                                 Kebijakan sistem pendidikan nasional yang dianut ketika itu adalah pendidikan yang menghasilkan
                                       Mr. Gunarso 10 bulan (2 Oktober 1946–27 Juni 1947), Mr. Ali Sastroamitjoyo relatif lebih lama, yakni                           terciptanya/tersedianya tenaga ahli dalam pembangunan yang sesuai dengan syarat manusia sosialis
                                       2 tahun 2 bulan, mulai 3 Juni 1947 hingga 4 Agustus 1949.                                                                      Indonesia, yaitu berwatak luhur dan mampu melaksanakan Manipol/USDEK di bidang mental/agama/
                                                                                                                                                                      kebudayaan  dengan  syarat  spiritual dan  material agar  setiap  warga  negara  dapat  mengembangkan
                                       Lain halnya dengan masa jabatan Mr. Moh Yamin relatif panjang (30 juli 1953–12 Agustus 1955), sehingga
                                       beberapa hal strategis pun banyak dilakukan. Hal ini juga sangat erat hubungannya dengan kecintaan                             kepribadiannya dan kebangsaan Indonesia serta menolak pengaruh buruk kebudayaan asing.
                                       Moh  Yamin  secara  pribadi terhadap  pendidikan, seni, dan  kebudayaan. Paling  tidak  ada  empat  hal                        Kecintaan Prof. Dr. Prijono terhadap kebudayaan Indonesia, khususnya kebudayaan daerah, tidak dapat
                                       penting yang dilakukannya dan sangat strategis dampaknya hingga hari ini, yakni sebagai berikut:                               diragukan. Menurut Prijono kebudayaan daerah yang berkualitas tinggi, yang oleh Ki Hajar Dewantara
                                                                                                                                                                      disebut puncak-puncak kebudayaaan, akan memperkaya kebudayaan nasional.
                                            1.  Dirancangkannya secara resmi pemugaran Candi Prambanan.
                                                                                                                                                                      Kesenian bangsa Indonesia haruslah berupa kesenian nasional dalam rohnya, tetapi dalam bentuknya
                                            2.  Mengembalikan  1.151  benda  budaya  dari Belanda  ke  Indonesia, termasuk  naskah-naskah
                                               Nusantara.                                                                                                             bisa berupa kesenian daerah. Konsep Prof. Dr. Prijono tentang kesenian nasional tersebut menempatkan
                                                                                                                                                                      kesenian daerah dan pembangunan kesenian daerah berarti juga sama dengan pembangunan kesenian
                                            3.  Kebijakan mendirikan Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) hingga  berdiri 10 IKIP  di                             nasional. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pada masa Prof. Dr. Prijono tumbuh dengan
                                               seluruh Indonesia ketika itu.                                                                                          pesat kelompok-kelompok kesenian daerah dengan lagu-lagu daerah ataupun tarian daerah silih
                                                                                                                                                                      berganti pentas di ibukota atau di depan presiden di Istana Negara. Demikian juga grup kesenian
                                            4.  Mengirim mahasiswa Indonesia belajar ke berbagai universitas luar negeri dan mengundang                               berbagai daerah berkeliling dunia memperkenalkan Indonesia melalui tarian-tarian tradisional: tari
                                               dosen-dosen asing untuk mengajar di berbagai universitas di Indonesia.
                                                                                                                                                                      Pakarena dari Makassar, tari Geding Sriwijaya dari Palembang, aneka tari Bali, Jawa, termasuk Grup
                                       Selepas kepemimpinan Mr. Moh Yamin jabatannya Menteri PP dan K dipegang oleh Dr. Ir. RM. Soewandi                              Folk song Gardon Tabing yang berkeliling dunia dengan lagu-lagu Batak, dan seterusnya. Dinamika
                                       Notokoesoemo, yang menjabat hanya tujuh bulan lamanya, dari tanggal 12 Agustus 1955 s/d 24 Maret                               berkesenian pada masa Prof. Dr. Prijono sangat menekankan pentingnya kebudayaan daerah yang
                                       1956. Oleh karena masa jabatan yang pendek Ir. Soewandi hanya melanjutkan mekanisme dan rutinitas                              bermutu tinggi sebagai ikon nasional. Menurut Prijono komitmen pembangunan kebudayaan daerah
                                       kementerian yang sudah berjalan baik. Demikian juga menteri selanjutnya. Ketika Kementerian PP dan K                           haruslah diarahkan untuk menanamkan keutuhan kebangsaan sebagai suatu bangsa, bukan untuk
                                       di bawah kepemimpinan Sarino Mangun Pranoto perhatian utamanya tidak lepas dari upaya menerapan                                suku-suku tertentu. Kesadaran atas kesukuan harus dihapus dan dibuang jauh-jauh, sebaliknya
                                       kebijakan dari kebijakan menteri-menteri sebelumnya, terutama menjalankan program-program yang                                 kesadaran kemanusiaan perlu ditingkatkan ke arah kesadaran kebangsaan dalam nation bulding and
                                       sudah diletakkan dasar-dasarnya oleh Ki Hajar Dewantara, Menteri Pengajaran RI Pertama. Walau                                  education.




                             4    MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  5
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21