Page 19 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 19
Kebijakan Prof. Dr. Prijono tentang sistem pendidikan nasional yang disebut Panca Wardhana adalah 1. Prof. Iwa Kusuma Sumantri, selaku Menteri PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan).
rangkuman sistem pendidikan nasional yang pada hakikatnya adalah pendidikan yang diarahkan dengan
pemusatan pada pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang bercorak nasionalistik sesuai tuntutan 2. Prof. Dr. Ir. Toyeb Hadiwijaya selaku Menteri PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan).
revolusi Indonesia yang sedang berjalan. Tidak berlebihan untuk menyebut Prof. Dr. Prijono sebagai 3. Ny Artati Marzuki Sudirdjo selaku Menteri PD dan K (Pendidikan dasar dan Kebudayaan).
Menteri PP dan K yang paling berpengaruh pada masa kekuasaan Presiden Soekarno karena Prof. Dr.
Prijono-lah yang paling menjiwai pandangan dan pemikiran Presiden Soekarno dengan mengadopsinya 4. Sumardjo, selaku Menteri PD dan K (Pendidikan dasar dan Kebudayaan).
ke dalam kurikulum di semua lapisan/jenjang pendidikan. 5. Dr. J.Leimena selaku Menteri PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan) di samping ia
juga menjabat selaku waperdam II.
Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa kebijakan pendidikan yang berjalan selama masa
kepemimpinan Orde Lama di bawah Presiden Soekarno sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sepenuhnya 6. Moh. Reksohadipridjo selaku Menteri PD dan K (Pendidikan dasar dan Kebudayaan).
diwarnai oleh kebijakan yang lahir dari buah pikiran, perenungan, dan kreativitas Prof. Dr. Prijono selaku
Menteri koordinator PP dan K. Pada masa Prof. Dr. Priyono menjabat selaku Menteri Koordinator Tumbangnya kekuasaan Orde Lama di bawah Presiden Soekarno ditandai dengan berdirinya kekuasaan
Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian PP dan K dipecah menjadi dua Departemen: Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Ketika itu Kabinet Ampera I yang dibentuk Presiden
Soekarno masih berjalan sampai dengan Oktober 1967, namun karena situasi politik yang sangat panas
1. Departemen Pendidikan Dasar dan Kebudayaan (PD dan K), dan Kabinet Ampera I berlangsung satu tahun saja dan diangkatlah Moh. Sanusi Hardjadinata menjadi
menteri PD dan K mengawali kekuasaan Orde baru. Era ini ditandai dengan pesatnya Pembangunan
2. Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (Departemen PTIP) Kementerian / Fisik/ Infrastruktur. Sementara di sisi lain, pada pembangunan pendidikan dan kebudayaan, tidak
Departemen PTIP bertugas: bergeser dari kebijakan yang telah digariskan oleh Ki Hajar Dewantara, yang oleh Kabinet Ampera II lebih
a) mengatur, menyelenggarakan, membimbing, dan mengawasi semua usaha pendidikan tinggi dirinci dan diimplementasikan dalam Pokok-pokok Pikiran Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan
baik negeri maupun swasta, dan sebagai berikut:
b) membimbing dan mengawasi perkembangan ilmu pengetahuan.
1. Konsep pemikiran bahwa manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat saling
Menteri PTIP pertama adalah Prof. Iwa Kusuma Sumantri. Di antara tugas penting yang harus bergantung untuk mewujudkan suatu kehidupan yang akan melahirkan suatu usaha pendidikan
dilaksanakan oleh Menteri PTIP adalah menjaga pendidikan pemuda-pemudi kita agar tidak terkena yang timbal balik.
“subversi mental”. Untuk itu ia ditugasi melakukan pembersihan di kalangan dosen dan guru besar yang
menjadi sumber subversi mental, yang berakibat tidak diterimanya Manipol/USDEK dalam implementasi 2. Pendidikan adalah suatu usaha memelihara setiap jiwa individu untuk tumbuh dan berubah
sistem pembelajaran, sehingga perlu retool dan diganti dengan dosen-dosen dan guru-guru besar yang bagi kebaikan dirinya dan kebaikan bangsanya serta untuk kepentingan umat manusia.
lebih muda yang lebih revolusioner dan progresif. Sebenarnya apa yang dilakukan Prof. Iwa Kusuma 3. Dengan adanya pendemokrasian pendidikan dapat ditumbuhkan jiwa individu yang berkembang
Sumantri melalui peremajaan dosen dan guru besar ketika itu merupakan implementasi program tanpa terkekang, sehingga membuahkan hasil yang sesuai dengan bakat masing-masing.
Ki Hajar Dewantara yang bertekad memotong mata rantai sistem pendidikan kolonial.
Prof. Iwa melihat realitas bahwa dosen-dosen dan guru-guru besar ketika itu masih sangat bermental 4. Mendidik adalah usaha mengurangi sifat yang tidak baik (menipiskan) dan menambah
kolonial dan berjiwa Belanda, karena itu perlu dilakukan peremajaan dan mutasi secara besar-besaran. (menebalkan) sifat yang baik; inilah yang disebut pendidikan untuk mempribadikan seseorang,
yaitu tahu harga diri, tidak merasa congkak, tetapi juga tidak merasa rendah diri.
Dalam masa jabatan yang tidak begitu lama, hanya sekitar delapan bulan (6 Maret 1962–13 November 1963)
Prof. Iwa sempat meresmikan dua universitas baru, yakni Unversitas Syiah Kuala di Banda Aceh (1 Juli 1961) 5. Usaha pendidikan yang disebutkan di atas adalah suatu penerapan pembangunan mental melalui
dan Universitas Sam Ratulangi di Manado (4 Juli 1961). Prestasi penting lain Prof. Iwa adalah terwujudnya prinsip demokrasi, dengan semua pihak merasa memiliki hak dan kewajiban yang sama.
UU Perguruan Tinggi. 6. Pembangunan mental yang dilengkapi dengan pembangunan spiritual mendorong manusia pada
Selepas kepemimpinan Prof. Iwa Kusuma Sumantri, Menteri PTIP dijabat oleh Prof. Dr. Ir. Toyeb suatu kecerdasan yang tertuju pada rasio. Kecerdasan membawa suatu rasionalitas yang dapat
Hadiwijaya yang mengembannya 1 tahun 6 bulan (1962–1964). Pada masa Prof. Toyeb Hadiwijaya inilah menumbuhkan kreativitas di dalam daya pikir seseorang, sehingga dapat menghasilkan sesuatu.
untuk pertama kalinya program/ konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi diperkenalkan. Konsep tersebut 7. Mendidik tidak hanya menanamkan jiwa demokrasi dan sosial terhadap sesama, tetapi juga
mencakup tiga hal utama yang menjadi tonggak keberadaan Unversitas: memberi pengajaran guna kecerdasan otak seseorang.
1. Pendidikan dan pengajaran, 8. Kecerdasan tidak hanya mengarah ke intelektualisme, tetapi juga dapat melahirkan spirit
2. Penelitian, dan sebagai suatu kemampuan untuk menyelenggarakan pembangunan material.
9. Pendidikan harus dimulai dari lingkungan keluarga, kemudian sekolah, lalu masyarakat.
3. Pengabdian pada masyarakat.
Pendidikan dalam keluarga mula-mula ditekankan pada pendidikan mental, kemudian spiritual,
Pada masa Jabatan Prof. Prijono selaku Menteri Koordinator Pendidikan dan Kebudayaan yang akhirnya pendidikan material. Dalam lingkungan sekolah dimulai dari pendidikan spiritual,
berlangsung dari tahun 1959-1966 ada beberapa Menteri yang bertugas di bawah koordinasinya antara material, dan kemudian pendidikan mental. Di lingkungan masyarakat arah pendidikan
lain sebagai berikut: berjalan secara simultan, baik mental, spiritual, maupun material.
6 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 7