Page 142 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 142

Selain sekolah Schakel School Pemerintah Hindia Belanda juga mendirikan Vervolgschool (semacam                         Hobi lain yang membuat Bahder Djohan semakin akrab dengan Hatta adalah masalah agama. Keduanya
                                           sekolah lanjutan) di beberapa daerah. Di Sumatera Barat, misalnya, didirikan Vervolgschool pada tahun                  senang  mempelajari/mengaji Al-Quran. Mereka  mengikuti pelajaran  agama  Islam  di MULO  secara
                                           1916. Sekolah ini terutama untuk menampung para siswa tamatan Volkschool alias Sekolah Rakyat                          intensif. Sewaktu di Bukittinggi ia mengikuti pelajaran membaca/mengaji Al-Quran, walaupun sifatnya
                                           yang sederajat dengan Sekolah Kelas Dua. Volkschool didirikan di Sumatera Barat sejak tahun 1912.                      masih “ikut-ikutan” orang lain. Secara kebetulan masuknya pelajaran agama dalam kurikulum MULO
                                           Para lulusannya juga dinilai sederajat dengan lulusan HIS.                                                             merupakan cita-cita yang lama dimimpikan oleh orang-orang tua dan tokoh masyarakat Padang, seperti
                                                                                                                                                                  Taher Marah Sutan dari Sarekat Usaha. Sekitar delapan bulan Taher Marah Sutan melobi para pejabat
                                           Kehadiran beberapa sekolah dengan sistem Barat yang sangat baik di kota Bukittinggi membuat Bahder                     terkait agar memasukkan pelajaran agama ke dalam kurikulum; tidak terbatas pada agama Islam, tetapi
                                           Djohan tetap bersekolah di kota ini meskipun pada waktu itu ayahnya sedang bertugas sebagai jaksa                      juga agama lain seperti Katholik dan Protestan. Perjuangan Taher Marah Sutan bersama Sarekat Usaha
                                           di Pariaman. Dengan terpaksa ia harus indekost (menyewa kamar berikut makan pagi, siang, dan sore)                     berhasil. Pada pertengahan tahun 1918 pemerintah memberi kesempataan murid-murid MULO Padang
                                           di rumah yang letaknya tidak berjauhan dengan sekolah tempatnya belajar. Untuk sekedar melepas                         mempelajari agama Islam yang diberikan satu jam pelajaran dalam seminggu (menurut kepercayaan
                                           rindu kepada keluarganya ia sering berkirim surat atau berhubungan dengan keluarga ayahnya yang                        masing-masing) di luar tanggung jawab pemimpin sekolah.  Guru agama Islam waktu itu adalah Haji
                                                                                                                                                                                                                       5
                                           bertempat tinggal di Koto Gadang, yang letaknya tidak begitu jauh dari Bukittinggi. Paling tidak dalam                 Abdullah Ahmad. Sebagai catatan, Haji Abdullah Ahmad merupakan ulama Islam reformis terkemuka
                                           satu minggu ia berjumpa dengan saudara ayahnya, yaitu hari Rabu dan Sabtu yang merupakan hari                          di Minangkabau serta pendiri sekolah Adabiah yang mengadaptasi model sekolah Belanda.
                                           pasar. Biasanya banyak penduduk Koto Gadang datang ke Bukittinggi pada hari-hari tersebut. Dengan
                                           kata lain pada hari-hari pasar itulah peluang besar diperoleh untuk bertemu dengan sanak keluarga dari                 Pengaruh pelajaran agama pada Bahder Djohan tampak pada praktik keagamaannya. Sejak di MULO ia
                                           pihak ayah sehingga tidak disia-siakannya. 2                                                                           lebih tekun mempelajari agama serta mempraktikannya, terutama dalam shalat fardu.

                                           Bahder Djohan dapat dikatakan sebagai anak yang mudah bergaul dan berteman. Oleh karena itu                            Sejak Sarekat Usaha memperjuangkan pelajaran agama bagi murid-murid sekolah MULO banyak kaum
                                           selama belajar di Bukittinggi ia memiliki banyak teman, baik dari kalangan pelajar maupun masyarakat                   muda tertarik terhadap kegiatan Sarekat Usaha. Kantor Sarekat Usaha pun menjadi pusat pertemuan
                                           setempat yang menjadi tetangganya. Salah seorang temannya adalah Mohammad Hatta, seorang                               antara orang terkemuka dan kaum cerdik pandai di Padang. Atas bantuan Taher Marah Sutan pula
                                           pemuda Minangkabau asal Bukittinggi.                                                                                   pada bulan Januari 1918 Nazir Dt. Pamuncak yang datang dari Jakarta (Batavia) sebagai utusan Jong
                                                                                                                                                                  Soematranen Bond (JSB) berhasil mendirikan cabang JSB di kota Padang. Sementara itu Bahder
                                           Pada tahun 1915 sekolah Bahder Djohan dipindahkan ke Padang, walaupun pada waktu itu ayahnya                           Djohan dan Mohammad Hatta yang sering berhubungan dengan Sarekat Usaha ikut pula terlibat dalam
                                           masih bekerja di Pariaman. Oleh karena itu, seperti di Bukittinggi, ia harus kembali indekost. Tindakan                pendirian cabang JSB tersebut. Bahder Djohan terpilih sebagai sekretaris, sementara Hatta terpilih
                                           ayahnya memindahkan Bahder Djohan ke Padang mungkin dengan pertimbangan agar Bahder Djohan                             sebagai bendahara. Pengurus lainnya adalah Anas Munaf sebagai Ketua, Ainsyah Yahya dan Malik Hitam
                                           dapat meneruskan pendidikan ke HIS, karena pada waktu itu di Kota Padang—selain telah ada sekolah                      sebagai komisaris. 6
                                           Sekolah Rakyat (Sekolah Kelas I)—pemerintah Hindia Belanda juga mendirikan HIS dan Europeesche
                                           Lagere School (ELS). Bahasa pengantar pada kedua sekolah itu Bahasa Belanda. Yang membedakan                           Kegiatan dalam JSB tidak mengurangi atau menghambat tugas utamanya sebagai seorang pelajar. Bahder
                                           antar keduanya adalah HIS diperuntukkan anak-anak kaum pribumi, sedangkan ELS diperuntukkan                            Djohan mampu membagi waktu sehari-hari dengan baik. Ketika mempelajari dan mengkaji pelajaran-
                                           anak-anak Belanda (Eropa dan yang dipersamakan dengan orang Eropa). Adapun untuk orang-orang                           pelajaran yang diperoleh dari sekolah tidak terkurangi oleh kegiatan hobi main sepak bola dan mengaji Al-
                                           Cina didirikan Hollandsch Chinese School (HCS), yang juga diperbolehkan diikuti anak-anak Timur                        Quran, serta tidak terganggu pula oleh kegiatannya sebagai pengurus JSB. Kemampuan itu mungkin karena
                                           Asing lainnya. 3                                                                                                       ia sudah terbiasa hidup mandiri.

                                           Ketika masih duduk di bangku HIS Bahder Djohan pernah ditanya oleh gurunya, seorang                                    Pada tahun 1918, ketika sedang menunggu pengumuman kenaikan kelas MULO dari kelas-2 ke kelas-3,
                                           Belanda, tentang keinginannya setelah menamatkan sekolah. Dengan spontan ia menjawab ingin                             Bahder Djohan menerima tawaran masuk STOVIA di Jakarta. Semula ia ingin menyelesaikan MULO
                                           menjadi seorang geolog. Jawaban itu ditanggapi oleh guru Belandanya dengan nada cemooh,                                lebih dulu, namun peluang itu terlalu berharga untuk disingkirkan begitu saja hanya demi memperoleh
                                           “Masa seorang pribumi akan menjadi seorang geolog.” Cemoohan itu sempat membuat darah                                  sertifikat atau ijazah MULO. Oleh karena itu ia menerima tawaran tersebut. Dengan demikian ia harus
                                           mudanya mendidih, karena sangat merendahkan martabat kaum pribumi. Ia berhasil meredam                                 menyerahkan jabatannya sebagai sekretaris JSB cabang Padang. Dalam waktu bersamaan Anas Munaf
                                           kemarahannya dan bertekad menyelesaikan pendidikannya dengan cepat agar dapat membuktikan                              selaku ketua cabang JSB juga harus meletakkan jabatan sebagai ketua JSB cabang Padang karena juga
                                           bahwa  orang  pribumi  pun  dapat  menjadi  seorang  geolog  kalau  diperjuangkan  dengan  penuh                       akan melanjutkan pendidikan ke STOVIA. Dengan kepindahan kedua pimpinan itu JSB cabang Padang
                                           semangat.                                                                                                              melakukan pemilihan kembali pimpinan dan memilih Hussein sebagai ketua dan Mohammad Hatta
                                                                                                                                                                  sebagai sekretaris.
                                           Pada tahun 1917 Bahder Djohan berhasil menyelesaikan HIS dan meneruskan ke Meer Uitgebreid
                                           Lagere Onderwijs (MULO), juga di Padang. Di MULO inilah Bahder Djohan bertemu kembali dengan                           Setelah menyelesaikan semua keperluan yang harus dibawa ke Jakarta, pada awal tahun 1919 Bahder
                                           sahabatnya semasa di Bukittinggi, Mohammad Hatta. Selain sebagai teman sekolah, Bahder Djohan                          Djohan berangkat ke Jakarta. Berpisah kembali dengan kedua orang tua tidak membuatnya gundah
                                           dan Mohammad Hatta mempunyai hobi yang sama, yang membuat keduanya bertambah akrab, yakni                              gulana karena sejak duduk di bangku HIS ia sudah sering berpisah dengan keluarganya. Berbeda dengan
                                           sepak bola. Keduanya bernaung dalam perkumpulan sepakbola yang sama pula, yaitu perkumpulan                            di HIS dan MULO yang mengharuskannya indekost, sebagai pelajar STOVIA ia tidak perlu mencari
                                           sepak bola “Swallow”. Yang menjadi anggota perkumpulan ini hampir semuanya murid MULO Padang.                          tempat indekosan karena setiap siswa STOVIA diasramakan. Asrama tersebut berada di dalam
                                           Kadangkala perkumpulan ini melakukan pertandingan dengan perkumpulan sepak bola dari kota lain,                        komplek STOVIA. Ia juga tidak perlu mencari perabotan untuk tidur dan masak, karena semuanya
                                           seperti perkumpulan sepak bola Sekolah Raja Bukittinggi. 4                                                             sudah dipersiapkan pihak asrama.




                             130  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  131
   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147