Page 143 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 143
Selain sekolah Schakel School Pemerintah Hindia Belanda juga mendirikan Vervolgschool (semacam Hobi lain yang membuat Bahder Djohan semakin akrab dengan Hatta adalah masalah agama. Keduanya
sekolah lanjutan) di beberapa daerah. Di Sumatera Barat, misalnya, didirikan Vervolgschool pada tahun senang mempelajari/mengaji Al-Quran. Mereka mengikuti pelajaran agama Islam di MULO secara
1916. Sekolah ini terutama untuk menampung para siswa tamatan Volkschool alias Sekolah Rakyat intensif. Sewaktu di Bukittinggi ia mengikuti pelajaran membaca/mengaji Al-Quran, walaupun sifatnya
yang sederajat dengan Sekolah Kelas Dua. Volkschool didirikan di Sumatera Barat sejak tahun 1912. masih “ikut-ikutan” orang lain. Secara kebetulan masuknya pelajaran agama dalam kurikulum MULO
Para lulusannya juga dinilai sederajat dengan lulusan HIS. merupakan cita-cita yang lama dimimpikan oleh orang-orang tua dan tokoh masyarakat Padang, seperti
Taher Marah Sutan dari Sarekat Usaha. Sekitar delapan bulan Taher Marah Sutan melobi para pejabat
Kehadiran beberapa sekolah dengan sistem Barat yang sangat baik di kota Bukittinggi membuat Bahder terkait agar memasukkan pelajaran agama ke dalam kurikulum; tidak terbatas pada agama Islam, tetapi
Djohan tetap bersekolah di kota ini meskipun pada waktu itu ayahnya sedang bertugas sebagai jaksa juga agama lain seperti Katholik dan Protestan. Perjuangan Taher Marah Sutan bersama Sarekat Usaha
di Pariaman. Dengan terpaksa ia harus indekost (menyewa kamar berikut makan pagi, siang, dan sore) berhasil. Pada pertengahan tahun 1918 pemerintah memberi kesempataan murid-murid MULO Padang
di rumah yang letaknya tidak berjauhan dengan sekolah tempatnya belajar. Untuk sekedar melepas mempelajari agama Islam yang diberikan satu jam pelajaran dalam seminggu (menurut kepercayaan
rindu kepada keluarganya ia sering berkirim surat atau berhubungan dengan keluarga ayahnya yang masing-masing) di luar tanggung jawab pemimpin sekolah. Guru agama Islam waktu itu adalah Haji
5
bertempat tinggal di Koto Gadang, yang letaknya tidak begitu jauh dari Bukittinggi. Paling tidak dalam Abdullah Ahmad. Sebagai catatan, Haji Abdullah Ahmad merupakan ulama Islam reformis terkemuka
satu minggu ia berjumpa dengan saudara ayahnya, yaitu hari Rabu dan Sabtu yang merupakan hari di Minangkabau serta pendiri sekolah Adabiah yang mengadaptasi model sekolah Belanda.
pasar. Biasanya banyak penduduk Koto Gadang datang ke Bukittinggi pada hari-hari tersebut. Dengan
kata lain pada hari-hari pasar itulah peluang besar diperoleh untuk bertemu dengan sanak keluarga dari Pengaruh pelajaran agama pada Bahder Djohan tampak pada praktik keagamaannya. Sejak di MULO ia
pihak ayah sehingga tidak disia-siakannya. 2 lebih tekun mempelajari agama serta mempraktikannya, terutama dalam shalat fardu.
Bahder Djohan dapat dikatakan sebagai anak yang mudah bergaul dan berteman. Oleh karena itu Sejak Sarekat Usaha memperjuangkan pelajaran agama bagi murid-murid sekolah MULO banyak kaum
selama belajar di Bukittinggi ia memiliki banyak teman, baik dari kalangan pelajar maupun masyarakat muda tertarik terhadap kegiatan Sarekat Usaha. Kantor Sarekat Usaha pun menjadi pusat pertemuan
setempat yang menjadi tetangganya. Salah seorang temannya adalah Mohammad Hatta, seorang antara orang terkemuka dan kaum cerdik pandai di Padang. Atas bantuan Taher Marah Sutan pula
pemuda Minangkabau asal Bukittinggi. pada bulan Januari 1918 Nazir Dt. Pamuncak yang datang dari Jakarta (Batavia) sebagai utusan Jong
Soematranen Bond (JSB) berhasil mendirikan cabang JSB di kota Padang. Sementara itu Bahder
Pada tahun 1915 sekolah Bahder Djohan dipindahkan ke Padang, walaupun pada waktu itu ayahnya Djohan dan Mohammad Hatta yang sering berhubungan dengan Sarekat Usaha ikut pula terlibat dalam
masih bekerja di Pariaman. Oleh karena itu, seperti di Bukittinggi, ia harus kembali indekost. Tindakan pendirian cabang JSB tersebut. Bahder Djohan terpilih sebagai sekretaris, sementara Hatta terpilih
ayahnya memindahkan Bahder Djohan ke Padang mungkin dengan pertimbangan agar Bahder Djohan sebagai bendahara. Pengurus lainnya adalah Anas Munaf sebagai Ketua, Ainsyah Yahya dan Malik Hitam
dapat meneruskan pendidikan ke HIS, karena pada waktu itu di Kota Padang—selain telah ada sekolah sebagai komisaris. 6
Sekolah Rakyat (Sekolah Kelas I)—pemerintah Hindia Belanda juga mendirikan HIS dan Europeesche
Lagere School (ELS). Bahasa pengantar pada kedua sekolah itu Bahasa Belanda. Yang membedakan Kegiatan dalam JSB tidak mengurangi atau menghambat tugas utamanya sebagai seorang pelajar. Bahder
antar keduanya adalah HIS diperuntukkan anak-anak kaum pribumi, sedangkan ELS diperuntukkan Djohan mampu membagi waktu sehari-hari dengan baik. Ketika mempelajari dan mengkaji pelajaran-
anak-anak Belanda (Eropa dan yang dipersamakan dengan orang Eropa). Adapun untuk orang-orang pelajaran yang diperoleh dari sekolah tidak terkurangi oleh kegiatan hobi main sepak bola dan mengaji Al-
Cina didirikan Hollandsch Chinese School (HCS), yang juga diperbolehkan diikuti anak-anak Timur Quran, serta tidak terganggu pula oleh kegiatannya sebagai pengurus JSB. Kemampuan itu mungkin karena
Asing lainnya. 3 ia sudah terbiasa hidup mandiri.
Ketika masih duduk di bangku HIS Bahder Djohan pernah ditanya oleh gurunya, seorang Pada tahun 1918, ketika sedang menunggu pengumuman kenaikan kelas MULO dari kelas-2 ke kelas-3,
Belanda, tentang keinginannya setelah menamatkan sekolah. Dengan spontan ia menjawab ingin Bahder Djohan menerima tawaran masuk STOVIA di Jakarta. Semula ia ingin menyelesaikan MULO
menjadi seorang geolog. Jawaban itu ditanggapi oleh guru Belandanya dengan nada cemooh, lebih dulu, namun peluang itu terlalu berharga untuk disingkirkan begitu saja hanya demi memperoleh
“Masa seorang pribumi akan menjadi seorang geolog.” Cemoohan itu sempat membuat darah sertifikat atau ijazah MULO. Oleh karena itu ia menerima tawaran tersebut. Dengan demikian ia harus
mudanya mendidih, karena sangat merendahkan martabat kaum pribumi. Ia berhasil meredam menyerahkan jabatannya sebagai sekretaris JSB cabang Padang. Dalam waktu bersamaan Anas Munaf
kemarahannya dan bertekad menyelesaikan pendidikannya dengan cepat agar dapat membuktikan selaku ketua cabang JSB juga harus meletakkan jabatan sebagai ketua JSB cabang Padang karena juga
bahwa orang pribumi pun dapat menjadi seorang geolog kalau diperjuangkan dengan penuh akan melanjutkan pendidikan ke STOVIA. Dengan kepindahan kedua pimpinan itu JSB cabang Padang
semangat. melakukan pemilihan kembali pimpinan dan memilih Hussein sebagai ketua dan Mohammad Hatta
sebagai sekretaris.
Pada tahun 1917 Bahder Djohan berhasil menyelesaikan HIS dan meneruskan ke Meer Uitgebreid
Lagere Onderwijs (MULO), juga di Padang. Di MULO inilah Bahder Djohan bertemu kembali dengan Setelah menyelesaikan semua keperluan yang harus dibawa ke Jakarta, pada awal tahun 1919 Bahder
sahabatnya semasa di Bukittinggi, Mohammad Hatta. Selain sebagai teman sekolah, Bahder Djohan Djohan berangkat ke Jakarta. Berpisah kembali dengan kedua orang tua tidak membuatnya gundah
dan Mohammad Hatta mempunyai hobi yang sama, yang membuat keduanya bertambah akrab, yakni gulana karena sejak duduk di bangku HIS ia sudah sering berpisah dengan keluarganya. Berbeda dengan
sepak bola. Keduanya bernaung dalam perkumpulan sepakbola yang sama pula, yaitu perkumpulan di HIS dan MULO yang mengharuskannya indekost, sebagai pelajar STOVIA ia tidak perlu mencari
sepak bola “Swallow”. Yang menjadi anggota perkumpulan ini hampir semuanya murid MULO Padang. tempat indekosan karena setiap siswa STOVIA diasramakan. Asrama tersebut berada di dalam
Kadangkala perkumpulan ini melakukan pertandingan dengan perkumpulan sepak bola dari kota lain, komplek STOVIA. Ia juga tidak perlu mencari perabotan untuk tidur dan masak, karena semuanya
seperti perkumpulan sepak bola Sekolah Raja Bukittinggi. 4 sudah dipersiapkan pihak asrama.
130 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 131