Page 238 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 238

Toyib Hadiwijaya





                                                                                                                                                                  Toyib Hadiwijaya lahir pada tanggal 21 Mei 1917 di Ciamis, Jawa Barat. Ia merupakan salah satu tokoh
                                                                                                                                                                  yang berperan penting di dalam beberapa pos pemerintah dan perguruan tinggi pada rezim Soekarno
                                                                                                                                                                  hingga rezim Orde Baru di bawah Soeharto, mulai dari Dekan Fakultas Pertanian Universitas
                                                                                                                                                                  Indonesia (UI), Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), duta besar, hingga beberapa kementerian.
                                                                                                                                                                  Meskipun demikian ia lebih terkenal sebagai Menteri Pertanian dalam Kabinet Pembangunan di bawah
                                                                                                                                                                  pemerintahan Presiden Soeharto.

                                                                                                                                                                  Toyib memulai kariernya di pemerintahan pada tahun 1962. Pada tahun 1960-an Indonesia menentang
                                                                                                                                                                  pembentukan negara Malaysia yang diasumsikan oleh Soekarno sebagai kepanjangan tangan Inggris di
                                                                                                                                                                  Asia Tenggara, sehingga politik di dalam negeri diwarnai oleh unsur revolusi melawan neokolonialisme.
                                                                                                                                                                  Hal itu terlihat pada pembentukan dewan kabinet dalam Kabinet Kerja yang memiliki tiga tujuan pokok,
                                                                                                                                                                  yaitu melengkapi sandang pangan rakyat dalam waktu singkat, menyelenggarakan keamanan rakyat dan
                                                                                                                                                                  negara, dan melanjutkan perjuangan melawan imperialisme ekonomi dan politik.

                                                                                                                                                                  Kabinet  yang  dibangun  Presiden  Soekarno  pada  masa  itu  terkesan  gemuk  dan  tidak  efisien  jika
                                                                                                                                                                  dilihat dari rasio Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).  Akan tetapi mungkin hal ini
                                                                                                                                                                                                                                 1
                                                                                                                                                                  menunjukkan  bagaimana  Soekarno  membangun  citra  sebagai pemerintahan  yang  kokoh  di segala
                                                                                                                                                                  bidang. Salah satu lembaga yang didirikan Presiden Soekarno adalah Departemen Perguruan Tinggi
                             Masa Jabatan                                                                                                                         dan Ilmu Pengetahuan (PTIP), yang didirikan berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
                                                                                                                                                                  Sementara (TAP MPRS) tahun 1960 dengan menteri pertama Profesor Iwa Kusumasumantri. Akan
                             6 Maret 1962 - 27 Agustus 1964                                                                                                       tetapi karena terjadi pertentangan di lingkungan universitas, antara lain karena pemindahan guru besar
                                                                                                                                                                  dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Padjadjaran (Unpad) ke UI,  akhirnya Presiden
                                                                                                                                                                                                                                           2
                                                                                                                                                                  Soekarno mengangkat Profesor Toyib Hadiwijaya sebagai menteri baru pada tanggal 8 Maret 1962
                                                                                                                                                                  bersama dengan menteri-menteri lain, yakni Mr. Sartono, Mr. Kadarusman, Mr. Ruslah Sarjono, dan
                                                                                                                                                                  Profesor  Suyono  Juned  Pusponegoro  di Istana  Merdeka.   Di dalam  pidatonya, Presiden  Soekarno
                                                                                                                                                                                                                      3
                                                                                                                                                                  menekankan pentingnya tiap-tiap menteri bekerja keras dan efisien dalam mencapai cita-cita amanat
                                                                                                                                                                  penderitaan rakyat.

                                                                                                                                                                  Jauh sebelum diangkat sebagai Menteri PTIP, sebagai seorang akademisi yang mempunyai pengalaman
                                                                                                                                                                  studi komparatif mengenai sistem pendidikan tinggi di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa,
                                                                                                                                                                  Toyib melihat ada potensi untuk menciptakan perguruan tinggi di Indonesia yang berbeda dengan
                                                                                                                                                                  perguruan tinggi pada umumnya. Secara umum pendidikan tinggi mencakup dua prinsip, yakni pendidikan
                                                                                                                                                                  dan pengajaran (teaching) serta penelitian (research). Di samping itu ia mengajukan tambahan kepada
                                                                                                                                                                                                               4
                                                                                                                                                                  pemerintah, yakni pengabdian kepada masyarakat.  Hal ini sesungguhnya bertentangan dengan sistem
                                                                                                                                                                  kontinental karena pengabdian kepada masyarakat dianggap sebagai hal rutin yang tidak memerlukan
                                                                                                                                                                  pemikiran ilmiah. Gagasan tersebut dianggap hanya bersifat internal di Fakultas Pertanian UI, karena pada
                                                                                                                                                                  waktu itu ia belum memiliki posisi strategis. Setelah ia dilantik sebagai Menteri PTIP gagasan tersebut
                                                                                                                                                                  ia kemukakan dalam Rapat Antar-Rektor Universitas Negeri pada bulan April 1962 dan secara resmi
                                                                                                                                                                  diterima sebagai “konsepsi filsafat Tri Dharma Perguruan Tinggi” yang berlaku sampai sekarang. 5


                                                                                                                                                                  Pada tahun pertama pengangkatannya sebagai Menteri PTIP, kebijakan pertama yang ia tempuh adalah
                                                                                                                                                                  membenahi pendidikan agama di lingkungan akademik.  Pendidikan agama menjadi mata pelajaran wajib
                                                                                                                                                                                                                  6
                                                                                                                                                                  dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, namun boleh dibebaskan dengan syarat tertentu.
                                                                                                                                                                  Hal tersebut senada dengan apa yang dicitakan oleh Soekarno dengan konsep Nasionalis, Agama, dan
                                                                                                                                                                  Komunis (Nasakom). Ia menganggap bahwa pelajaran agama merupakan salah satu fondasi terpenting
                                                                                                                                                                  di dalam pembangunan manusia yang berkepribadian. Lebih jauh, pada suatu acara ia mengutarakan
                                                                                                                                                                  bahwa, “Orang yang beragama berarti menjiwai Pancasila, tetapi orang yang tidak beragama berarti




                             226  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  227
   233   234   235   236   237   238   239   240   241   242   243