Page 239 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 239

Toyib Hadiwijaya





               Toyib Hadiwijaya lahir pada tanggal 21 Mei 1917 di Ciamis, Jawa Barat. Ia merupakan salah satu tokoh
               yang berperan penting di dalam beberapa pos pemerintah dan perguruan tinggi pada rezim Soekarno
               hingga rezim Orde Baru di bawah Soeharto, mulai dari Dekan Fakultas Pertanian Universitas
               Indonesia (UI), Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), duta besar, hingga beberapa kementerian.
               Meskipun demikian ia lebih terkenal sebagai Menteri Pertanian dalam Kabinet Pembangunan di bawah
               pemerintahan Presiden Soeharto.

               Toyib memulai kariernya di pemerintahan pada tahun 1962. Pada tahun 1960-an Indonesia menentang
               pembentukan negara Malaysia yang diasumsikan oleh Soekarno sebagai kepanjangan tangan Inggris di
               Asia Tenggara, sehingga politik di dalam negeri diwarnai oleh unsur revolusi melawan neokolonialisme.
               Hal itu terlihat pada pembentukan dewan kabinet dalam Kabinet Kerja yang memiliki tiga tujuan pokok,
               yaitu melengkapi sandang pangan rakyat dalam waktu singkat, menyelenggarakan keamanan rakyat dan
               negara, dan melanjutkan perjuangan melawan imperialisme ekonomi dan politik.

               Kabinet  yang  dibangun  Presiden  Soekarno  pada  masa  itu  terkesan  gemuk  dan  tidak  efisien  jika
               dilihat dari rasio Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).  Akan tetapi mungkin hal ini
                                                                              1
               menunjukkan  bagaimana  Soekarno  membangun  citra  sebagai pemerintahan  yang  kokoh  di segala
               bidang. Salah satu lembaga yang didirikan Presiden Soekarno adalah Departemen Perguruan Tinggi
 Masa Jabatan  dan Ilmu Pengetahuan (PTIP), yang didirikan berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
               Sementara (TAP MPRS) tahun 1960 dengan menteri pertama Profesor Iwa Kusumasumantri. Akan
 6 Maret 1962 - 27 Agustus 1964  tetapi karena terjadi pertentangan di lingkungan universitas, antara lain karena pemindahan guru besar
               dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Padjadjaran (Unpad) ke UI,  akhirnya Presiden
                                                                                         2
               Soekarno mengangkat Profesor Toyib Hadiwijaya sebagai menteri baru pada tanggal 8 Maret 1962
               bersama dengan menteri-menteri lain, yakni Mr. Sartono, Mr. Kadarusman, Mr. Ruslah Sarjono, dan
               Profesor  Suyono  Juned  Pusponegoro  di Istana  Merdeka.   Di dalam  pidatonya, Presiden  Soekarno
                                                                    3
               menekankan pentingnya tiap-tiap menteri bekerja keras dan efisien dalam mencapai cita-cita amanat
               penderitaan rakyat.

               Jauh sebelum diangkat sebagai Menteri PTIP, sebagai seorang akademisi yang mempunyai pengalaman
               studi komparatif mengenai sistem pendidikan tinggi di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa,
               Toyib melihat ada potensi untuk menciptakan perguruan tinggi di Indonesia yang berbeda dengan
               perguruan tinggi pada umumnya. Secara umum pendidikan tinggi mencakup dua prinsip, yakni pendidikan
               dan pengajaran (teaching) serta penelitian (research). Di samping itu ia mengajukan tambahan kepada
                                                            4
               pemerintah, yakni pengabdian kepada masyarakat.  Hal ini sesungguhnya bertentangan dengan sistem
               kontinental karena pengabdian kepada masyarakat dianggap sebagai hal rutin yang tidak memerlukan
               pemikiran ilmiah. Gagasan tersebut dianggap hanya bersifat internal di Fakultas Pertanian UI, karena pada
               waktu itu ia belum memiliki posisi strategis. Setelah ia dilantik sebagai Menteri PTIP gagasan tersebut
               ia kemukakan dalam Rapat Antar-Rektor Universitas Negeri pada bulan April 1962 dan secara resmi
               diterima sebagai “konsepsi filsafat Tri Dharma Perguruan Tinggi” yang berlaku sampai sekarang. 5


               Pada tahun pertama pengangkatannya sebagai Menteri PTIP, kebijakan pertama yang ia tempuh adalah
               membenahi pendidikan agama di lingkungan akademik.  Pendidikan agama menjadi mata pelajaran wajib
                                                               6
               dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, namun boleh dibebaskan dengan syarat tertentu.
               Hal tersebut senada dengan apa yang dicitakan oleh Soekarno dengan konsep Nasionalis, Agama, dan
               Komunis (Nasakom). Ia menganggap bahwa pelajaran agama merupakan salah satu fondasi terpenting
               di dalam pembangunan manusia yang berkepribadian. Lebih jauh, pada suatu acara ia mengutarakan
               bahwa, “Orang yang beragama berarti menjiwai Pancasila, tetapi orang yang tidak beragama berarti




 226  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  227
   234   235   236   237   238   239   240   241   242   243   244