Page 256 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 256

Ny. Artati Marzuki-                                                                                                                                                                                                                   Ny. Artati Marzuki-
                          Sudirdjo, saat                                                                                                                                                                                                                        Sudirdjo saat
                          mewakili Indonesia                                                                                                                                                                                                                    menghadiri suatu
                          pada PBB, sedang                                                                                                                                                                                                                      acara yang juga
                          bercakap-cakap                                                                                                                                                                                                                        dihadiri oleh Dr.
                          dengan Begum                                                                                                                                                                                                                          J. Leimena, Let.
                          Liaquat Ali Khan                                                                                                                                                                                                                      Jend. Purn. Dr. T.B.
                          dari Pakistan dan                                                                                                                                                                                                                     Simatupang, dan Dr.
                          Madame Lakshmi                                                                                                                                                                                                                        Moh. Hatta
                          Pandit dari India,                                                                                                                                                                                                                    (Sumber:
                          sekitar tahun 1952                                                                                                                                                                                                                    Perpustakaan
                                      6
                          (Sumber: Repro                                                                                                                                                                                                                        Nasional Indonesia)
                          buku Kedudukan
                          Wanita Indonesia
                          Dalam Hukum Dan
                          Masjarakat)

















                                                                                                                                                                  DINAMIKA SELAMA MENJABAT SEBAGAI MENTERI

                                                                                                                                                                  Selama masa jabatannya Ny. Artati harus berhadapan dengan situasi politik yang tidak stabil. Persaingan
                                                                                                                                                                  antara berbagai macam ideologi di Indonesia, yang kala itu masih berumur sangat muda, terjadi tidak
                                                                                                                                                                  hanya di permukaan saja. Di dalam badan-badan internal pemerintahan, persaingan dan perebutan
                                                                                                                                                                  hegemoni terjadi begitu sengit; di sisi lain pendidikan dan kebudayaan merupakan salah satu unsur
                                                                                                                                                                  penting dalam persaingan ideologis. Yang paling terasa tentu saja persaingan antara paham komunis
                                                                                                                                                                  dan paham-paham lain.

                                                                                                                                                                  Sebagai akibat situasi politik yang tidak stabil itu, sejak awal enampuluhan, terbentuk dua kelompok
                                                                                                                                                                  pekerja  di internal Departemen Pendidikan Dasar  dan Kebudayaan. Salah satu kelompok adalah
                                                                                                                                                                  organisasi Serikat Sekerja Pendidikan (SSP) yang merupakan gabungan pejabat dan pegawai yang
                                                                                                                                                                  berideologi komunisme. Kelompok yang lain merupakan gabungan dari pejabat dan pegawai yang
                                                                                                                                                                  berideologi marhaenisme dan anggota partai yang berideologi agama, tergabung dalam Serikat Sekerja
                                                                                                                                                                  Pendidikan dan Kebudayaan (SSPK).  Carut-marut kondisi ini diperparah oleh persaingan ideologis
                                                                                                                                                                                                   7
                                                                                                                                                                  dalam bentuk sistem pendidikan nasional. Secara resmi pemerintah menerapkan suatu sistem bernama
                                                                                                                                                                  Sistem Pendidikan Panca-Wardhana; di sisi lain—golongan kiri—menyerukan sistem tandingan
                                                                                                                                                                  bernama Panca Cinta, walaupun dalam pidato-pidato mereka mengklaim bahwa Panca Cinta tidak
                                                                                                                                                                  bertentangan dengan Panca Wardhana.

                                                                                                                                                                  Selain itu ada pula persaingan antara Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan PGRI Non-
                                                                                                                                                                  Vaksentral yang  merupakan  salah  satu organisasi mantel Partai Komunis  Indonesia  (PKI). Sebagai
                                                                                                                                                                  akibat dari persaingan dan perselisihan internal 27 orang pegawai Kementerian Pendidikan Dasar
                                                                                                                                                                  dan Kebudayaan mengirim surat ke Menteri Prijono. Tujuan awal surat tersebut adalah meredakan
                                                                                                                                                                  persaingan dan menyelaraskan keadaan internal Kementerian Pendidikan Dasar dan Kebudayaan,
                                                                                                                                                                  namun ke-27 orang pegawai tersebut malah diberhentikan oleh Menteri Priyono dengan alasan “atas
                                                                                                                                                                  dasar permintaan sendiri”.  Permasalahan tersebut tidak kunjung selesai hingga akhir masa jabatan
                                                                                                                                                                                          8
                                                                                                                                                                  Menteri Priyono, sehingga pada akhirnya menjadi masalah yang diturunkan kepada Ny. Artati sebagai
                                                                                                                                                                  Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan pengganti Prof. Prijono.

                                                                                                                                                                  Pemberhentian ke-27 pegawai menimbulkan masalah baru yang ditanggapi serius oleh berbagai ormas
                                                                                                                                                                  dan partai. Kalangan marhaenis dan agama tidak setuju, sedang golongan kiri—terlebih PGRI Non-
                                                                                                                                                                  vaksentral—mendukung pemberhentian 27 pegawai tersebut. Begitu genting masalah tersebut sampai
                                                                                                                                                                  Presiden Soekarno harus turun tangan dan menanganinya sendiri. Ketika Ny. Artati menjadi Menteri
                                                                                                                                                                  Pendidikan Dasar dan Kebudayaan ke-27 orang pegawai yang dipecat Menteri Priyono mengirim




                             244  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  245
   251   252   253   254   255   256   257   258   259   260   261