Page 285 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 285
Suasana berkabung
di rumah duka
ketika dr. Leimena
meninggal. Tampak
Sultan Hamengku
Buwono IX sedang
melayat
(Sumber: koleksi Selain tindakan penanggulangan, rumah sakit juga melakukan tindakan pencegahan kesehatan.
Institut Leimena)
Kebersihan menjadi aspek yang sangat diperhatikan pada waktu itu, sehingga diperlukan juru kesehatan
yang dapat mendidik masyarakat mengenai pentingnya kebersihan. Juru kesehatan diambil dari anggota
masyarakat, dengan harapan masyarakat dapat lebih mengenal, dekat, dan mendengarkan saran juru
kesehatan. Juru kesehatan yang dipilih biasanya seorang kepala desa sehingga dapat menggerakan
masyarakat. Juru kesehatan yang ditunjuk diberikan pelatihan dan pendampingan dari mantri kesehatan.
Tugas juru kesehatan antara lain pendidikan kesehatan, pengawasan kebersihan rumah dan lingkungan
sekitar, serta pencatatan sumber penyakit.
Setelah dianggap sukses program Bandung Plan mulai diujicobakan di desa-desa Kabupaten Bandung,
yang selanjutnya pada tahun 1954 sistem ini mulai diterapkan di Yogyakarta dan Magelang. 20
Saat kekuasaan pemerintahan berganti dari Soekarno ke Soeharto, Leimena tidak masuk lagi dalam
kabinet. Meskipun demikian ia masih dipercaya oleh Soeharto duduk dalam Dewan Pertimbangan
Agung hingga tahun 1973. Pada periode ini pulalah Leimena kembali aktif ke dalam beberapa organisasi
yang dulu digelutinya, seperti DGI, UKI, dan Partindo. Selain itu ia juga menjabat sebagai Direktur
Leimena aktif dalam beberapa organisasi pengembangan umat dan pergerakan kalangan Kristen. Dalam Rumah Sakit Cikini dan Ketua Dewan Penyantun di Universitas Kristen Indonesia.
gerakan politik, Leimena aktif sebagai salah satu pengusul dan pengurus Parkindo—meskipun tidak
hadir pada saat pembentukan partai ini—dan sejak menjadi Menteri Muda Kesehatan ia dikenal sebagai Saat kunjungan ke Eropa atas undangan kawan-kawan gerejanya, Leimena jatuh sakit. Dalam perjalanan
sosok yang penting dalam Parkindo. Leimena menjadi Ketua Parkindo yang kedua, antara tahun 1950 pulang ke Indonesia, Leimena tidak dapat berjalan dan terpaksa menggunakan kursi roda. Beberapa
dan tahun 1957. kali tindakan medis seperti operasi tidak dapat mengembalikan kesehatannya. Akhirnya pada tanggal
6 Maret 1977 Leimena meninggal karena komplikasi pembuluh darah dan darah tinggi. Jenazahnya
Pada tahun 1948 beberapa tokoh Oikumene kembali memberikan masukan agar dibentuk suatu organisasi disemayamkan di rumah duka Jl. Cik Ditiro no. 16 untuk memberikan kesempatan penghormatan
tunggal yang menaungi seluruh gereja di Indonesia, yang dapat menjadi tempat permusyawaratan terakhir. Setelah itu jenazah dibawa ke Gereja Paulus untuk dilakukan kebaktian, selanjutnya
dan tempat berkumpul perwakilan gereja seluruh Indonesia. Leimena beranggapan bahwa persatuan dikebumikan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
gereja-gereja penting untuk diwujudkan karena perbedaan identitas gereja yang sebenarnya setara ini
tidak bisa berjalan dalam semangat nasional. Jika persatuan gereja terwujud maka persatuan bangsa
bisa menjadi lebih kokoh. Akhirnya pada bulan Mei 1950 dibentuklah Dewan Gereja-gereja Indonesia
(DGI), sekarang lebih dikenal dengan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. Organisasi ini dibentuk
sebagai wadah persatuan dan musyawarah gereja-gereja di Indonesia. 16
Salah satu karya dan kontribusi dr. J. Leimena kepada bangsa ini adalah ide tentang Bandung Plan.
Setelah perang kemerdekaan selesai, Pemerintah Indonesia kekurangan sumber daya manusia, sarana
dan prasarana kesehatan, di samping tingkat kesehatan masyarakat yang menurun akibat terjadinya
perang. Pada saat itu juga terjadi tumpang-tindih pelaksanaan kebijakan kesehatan karena adanya Dinas
Kesehatan Federal. Akhirnya Leimena menggabungkan kebijakan dan pelaksanaan kesehatan kedua
lembaga tersebut. 17
Leimena memulai program kesehatan percontohan di Bandung, dengan Bandung Plan pada 1951. Ide
18
program ini dipengaruhi oleh pengalamannya saat bertugas di Rumah Sakit Immanuel Bandung, yang
lebih menekankan tindakan pencegahan dalam masalah kesehatan, sehingga peran dokter dan tenaga
kesehatan lebih ditekankan pada usaha preventif. Model struktur manajemen kesehatan ini dicontoh
dari manajemen kesehatan yang telah diterapkan oleh zending. Dipilihnya Bandung sebagai bagian dari
uji coba pertama proyek ini karena wilayah Bandung dianggap memiliki tingkat ekonomi masyarakat
yang terbilang baik dan mampu menunjang pembiayaan. 19
Usaha awal projek ini adalah pembangunan rumah sakit pembantu dan pusat kesehatan di setiap
kawedanan yang dapat menampung masyarakat dengan penyakit relatif ringan. Di setiap kecamatan
dibangun balai pengobatan yang ditangani juru rawat dari rumah sakit pembantu. Pengawas balai
pengobatan ini diambil dari dokter RS Immanuel Bandung. Jenjang-jenjang pusat kesehatan inilah yang
kelak menjadi cikal bakal puskesmas di setiap kecamatan di seluruh Indonesia.
272 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 273