Page 280 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 280

Dr. J. Leimena
                          sedang
                          menandatangani
                          surat pengangkatan
                          sebagai Pejabat
                          Presiden RI
                          disaksikan Presiden
                          Soekarno pada tahun                                                                                                                     setelah pengangkatannya  sebagai dokter, ia  dipindahtugaskan ke daerah Kedu, yang  pada  saat itu
                          1961
                          (Sumber: koleksi                                                                                                                        mengalami bencana akibat Gunung Merapi meletus. Setelah tugasnya di daerah bencana selesai ia
                          Institut Leimena)                                                                                                                       bertugas di Rumah Sakit Zending Immanuel Bandung sejak tahun 1931 hingga 1941. 7

                                                                                                                                                                  Tahun-tahun awal di rumah sakit tersebut Leimena bertugas di bagian “anti-opium”, yaitu bagian
                                                                                                                                                                  perawatan para pecandu morfin. Pengobatan yang dilakukannya memadukan metode medis dengan
                                                                                                                                                                  menyisipkan nilai-nilai spriritual dan humanisme. Sekitar tahun 1936, di bawah naungan RS Immanuel,
                                                                                                                                                                  Leimena melakukan pendampingan para jururawat melakukan tindakan preventif kesehatan di
                                                                                                                                                                  lingkungan masyarakat sekitar Bandung.  Karier yang semakin menanjak seiring dengan semakin
                                                                                                                                                                                                       8
                                                                                                                                                                  banyak kenalan membuat Leimena tidak jarang berinteraksi dengan tokoh-tokoh politik yang kelak
                                                                                                                                                                  akan menjadi sejawatnya di pemerintahan. Di rumah sakit RS Immanuel pula Leimena bertemu dengan
                                                                                                                                                                  Wijarsih Prawiradilaga, yang kelak menjadi istrinya. Wijarsih merupakan perempuan dari bangsawan
                                                                                                                                                                  Priangan Timur dan pernah bersekolah di Juliana School Sukabumi.

                                                                                                                                                                  Leimena menganggap bahwa proklamasi merupakan suatu tindakan logis atas kelanjutan usaha-usaha
                                                                                                                                                                  pergerakan nasional. Ia yakin bahwa perjuangan bersama sebagai bangsa lebih penting daripada alasan-
                                                                                                                                                                  alasan kedaerahan atau hal-hal kecil lainnya. Dalam diri Leimena persatuan agama dengan kebangsaan
                                                                                                                                                                  bukanlah dua hal yang harus dipertentangkan melainkan dua hal yang dapat diselaraskan untuk
                                                                                                                                                                  mencapai kemerdekaan kehidupan berbangsa. Pemikiran tersebut muncul atas banyaknya kelompok
                                                                                                                                                                  yang menonjolkan ideologi keagamaan dan kedaerahan masing-masing walaupun dengan tujuan
                                                                                                                                                                  sama, yakni kemerdekaan. Dalam perkembangan politik dan pemerintahan, Leimena dikenal sebagai
                                                                                                                                                                  menteri dari Partai Kristen Indonesia (Parkindo). Pada bulan November 1945 Pemerintah mengizinkan
                                                                                                                                                                  terbentuknya parta politik dan Parkindo dibentuk oleh umat Kristen pada tanggal 10 November. 9

                                                                                                                                                                  Karier politik Leimena dalam pemerintahan Negara Republik Indonesia (RI) dimulai sejak kabinet
                                                                                                                                                                  pertama terbentuk, tidak lama setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Keadaan ini tidak lepas
                                                                                                                                                                  dari persahabatannya dengan petinggi pemerintahan RI. Sebelum Kabinet Syahrir II terbentuk, Leimena
                                                                                                                                                                  berulang kali ditunjuk dan diminta masuk ke dalam kabinet, tetapi berulang kali pula Leimena menolak
                                                                                                                                                                  hingga akhirnya “dijemput paksa” ke Jakarta dan diangkat sebagai Menteri Muda Kesehatan.  Dalam
                                                                                                                                                                                                                                                     10
                                                                                                                                                                  Kabinet Syarifuddin, Leimena menjadi Menteri Kesehatan secara penuh; jabatan yang sebenarnya tidak
                                                                                                                                                                  dikehendakinya, tetapi atas  desakan Soekarno  yang  menginginkan perwakilan umat Kristen dalam
                                                                                                                                                                  kabinet akhirnya ia pun menerimanya. 11

                                                                                                                                                                  Leimena menganggap keberadaannya di dalam kabinet pada masa revolusi lebih dari sebagai
                                                                                                                                                                  representasi atau wakil dari Maluku. Sejak awal ia beranggapan bahwa ia harus menempatkan konteks
                                                                                                                                                                  yang lebih luas, yakni konteks nasional Indonesia, sehingga perannya tidak hanya untuk kepentingan
                                                                                                                                                                  daerah melainkan untuk kepentingan bangsa Indonesia. Setelah Kabiner Syahrir III bubar akibat
                                                                                                                                                                  “pertentangan” atas Perjanjian Linggarjati, Leimena diangkat menjadi Menteri Kesehatan dalam
                                                                                                                                                                  Kabinet Amir Syarifuddin.

                                                                                                                                                                  Leimena turut serta dan berperan aktif di dalam perundingan-perundingan dengan Belanda. Beberapa
                                                                                                                                                                  kali Leimena menjadi peserta pengganti, namun dalam Perjanjian Linggarjati ia menjadi peserta penuh. Ia
                                                                                                                                                                  menjadi Ketua Komisi Bidang Militer. Jabatan ini berlanjut pada Konferensi Meja Bundar (KMB). Komisi
                                                                                                                                                                  Militer dalam KMB menjadi salah satu komisi yang dianggap berhasil dalam perundingan. Ia menyelesaikan
                                                                                                                                                                  beberapa persoalan yang menjadi perdebatan antara Belanda dan Indonesia, seperti pembubaran KNIL
                                                                                                                                                                  dan pembentukan TNI. Keberhasilan ini tidak lepas dari sosoknya yang merupakan tokoh gerakan
                                                                                                                                                                  Oikumene Kristen serta hubungannya dengan orang-orang Belanda yang setuju dengan perjuangan
                                                                                                                                                                  bangsa Indonesia. Sifat ketenangan dan ketokohannya dapat menjadi contoh untuk delegasi yang lain.

                                                                                                                                                                  Hingga tahun 1957 Leimena berpendapat bahwa persatuan dan kesatuan harus ditempatkan di atas
                                                                                                                                                                  segalanya. Leimena menganggap tidak ada hal lain selain Pancasila yang dapat mempersatukan bangsa




                             268  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  269
   275   276   277   278   279   280   281   282   283   284   285