Page 276 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 276
Johannes Leimena
KEHIDUPAN PRIBADI DAN PENDIDIKAN
Dr. Johannes Leimena, yang lebih akrab dipanggil “Om Jo”, merupakan putra Maluku. Ia dilahirkan di
Ambon, Maluku, pada 6 Maret 1905, dari lingkungan keluarga yang dekat dengan dunia pendidikan.
1
Ayahnya, Dominggus Leimena, merupakan seorang guru bantu di Ambon. Ibunya, Elizabeth Sulilatu,
juga seorang guru. Saat Leimena berumur 5 tahun, ayahnya meninggal dan kemudian ibunya menikah
lagi. Sejak saat itu Leimena diasuh oleh bibinya, yang menikah dengan Jesaya Jeremias Lawalata, juga
seorang guru sekolah dasar tamatan Kweekschool Ambon. 2
Guru, dalam masyarakat adat Ambon, termasuk ke dalam golongan atas. Meskipun tugas dan fungsinya
berbeda, guru sangat dihormati dan disejajarkan dengan pendeta ataupun bangsawan. Mereka sama-
sama memiliki tugas dan fungsi serta hubungan sosial yang dekat dengan masyarakat. Pada masa
tersebut seorang guru juga dianggap dekat dengan kebudayaan barat yang dianggap terhormat.
Leimena bersekolah di Ambonsche Burgerschool Ambon, setingkat dengan sekolah dasar. Pada tahun
1914 ia pindah ke Cimahi, Jawa Barat, mengikuti pamannya yang mendapat tugas sebagai kepala sekolah
di daerah itu. Dari Cimahi kemudian ia pindah ke Batavia dan meneruskan pendidikan di Chrustelijke
Europeesche Lagere School. Karena sekolah tersebut dianggap kurang cocok bagi Leimena, sang paman
memindahkannya ke Paul Krugerschool di daerah Kwitang, yang merupakan salah satu sekolah paling baik
Masa Jabatan pada waktu itu. Kehidupan keseharian Leimena remaja sangat disiplin. Ia selalu mengerjakan pekerjaan
3
21 Februari - 27 Maret 1966 rumah, seperti mencuci piring dan mencuci bajunya sendiri serta membantu urusan dapur. Untuk pergi
ke sekolah pun ia lakukan dengan berjalan kaki.
Setelah menamatkan pendidikan dasar, pamannya memasukkan Leimena ke MULO. Berbeda dengan
sekolah dasar Paul Kruger yang kebanyakan siswanya anak-anak Belanda, siswa MULO lebih beragam.
Leimena menyelesaikan pendidikan MULO pada tahun 1922, kemudian melanjutkan pendidikan
ke STOVIA, sekolah tinggi di bidang kedokteran. STOVIA berangsur-angsur dilebur dan menjadi
4
Geneeskunde Hoogeschool dengan lama pendidikan delapan tahun, yang dibagi menjadi dua bagian:
masa persiapan dan bagian spesialisasi kedokteran.
Atas inisiasi pelajar STOVIA yang berasal dari Ambon dan sekitarnya pada tahun 1917 dibentuklah
Jong Ambon dengan ketua pertamanya Stoviaan J. Kayadu. Pada awalnya organisasi ini dibentuk untuk
menyalurkan hobi para anggotanya, yakni olah raga sepak bola, dan belum ada pandangan menuju
gerakan ideologis ataupun politis. Sebagai bagian dari STOVIA, Leimena turut ambil bagian dalam
kegiatan organisasi ini. Pada tahun 1924 muncul kebutuhan suatu organisasi yang mengedepankan
kegiatan kebudayaan dan ideologis yang tidak hanya kegiatan olahraga. Maka dibentuklah Vereniging
Ambonsche Studenten (VAS) dengan ketua pertamanya Toule Salehuwey, yang merupakan seorang
mahasiswa Rechts Hoge School (RHS). Lambat laun dua organisasi ini saling melengkapi dan memiliki
5
irisan: anggota yang saling bergiat dalam kedua organisasi tersebut.
PERGUMULAN PEMIKIRAN DAN POLITIK
Pada waktu itu Leimena berpikir belum ada kesadaran identitas tunggal dari apa yang disebut dengan
“masyarakat Maluku” di lingkungannya. Kurangnya kesadaran identitas ini disebabkan oleh masih
terpolarnya aktivitas masyarakat Maluku di Batavia. Belum terdapat suatu wadah yang dapat menyatukan
mereka agar muncul suatu gerakan kebersamaan. Polarisasi ini didukung oleh kebijakan pemerintah
kolonial yang sangat menekankan perbedaan status dalam masyarakat, sehingga masyarakat jarang
264 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 265