Page 273 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 273
BIDANG FILM berpendapat bahwa Taman-taman Kebudayaan ini bisa menjadi benteng kita dalam melawan segala
macam subversi kebudayaan imperialis dan oleh karena itu harus dibangun dan diselenggarakan sesuai
Soemardjo mengemukakan beberapa gagasan dalam bidang industri dan seni film nasional antara lain dengan kepribadian bangsa Indonesia.
sebagai berikut:
1. Penggunaan Program Nasional Film yang dihasilkan oleh Musyawarah Film Nasional ke-1
sebagai bahan pokok bagi kebijaksanaan pemerintah di lapangan film. BIDANG KESUSASTRAAN
2. Mengatur impor film, di samping sebagai suplesi produksi nasional, juga dengan dasar-dasar Situasi kesusastraan Indonesia sampai akhir tahun 1950an, menurut Soemardjo, belumlah
kultural sesuai dengan kepentingan pendidikan massa rakyat dalam periode penyelesaian menggembirakan. Artinya, belum cukup mempunyai peran nyata bagi kehidupan dan perkembangan
Revolusi Agustus 1945. spiritual bangsa Indonesia yang tengah menyelesaikan revolusi nasionalnya. Walaupun harus diakui
3. Memusatkan distribusi film dan menguasai penggunaan seluruh gedung bioskop di bawah bahwa ada karya sastra-karya sastra baru yang baik dan berguna dan daya cipta para sastrawan
suatu badan nasional yang dibimbing oleh pemerintah. Indonesia tidaklah menyerah kalah kepada segala macam kesukaran yang menimpanya. Mengingat
4. Membentuk suatu badan khusus pemerintah yang membimbing perkembangan industri dan keadaan objektif peralatan kesusastraan Indonesia dewasa ini, seperti penerbit dan perpustakaan-
seni film nasional. Jika pemerintah berpendapat bahwa badan untuk ini adalah Dewan Film perpustakaan, Someardjo mengusulkan kepada pemerintah agar:
Pemerintah yang sekarang sudah ada, diusulkan agar badan itu dirombak atau ditambah 1. Memberikan tugas dan tanggung jawab serta fasilitas kepada para sastrawan untuk lebih
personalianya dengan para wakil dari kalangan seniman dan industri film nasional, sebab langsung mengenal masalah kehidupan Rakyat Indonesia bagi penggubahan karya sastra-
mereka itulah yang akan melaksanakan program nasional Indonesia di lapangan film. karya sastra mereka.
2. Memberikan tugas dan tanggung jawab serta fasilitas kerja pada sastrawan Indonesia untuk
melakukan penyelidikan ilmu dan menggubah karya sastra-karya sastra yang bersifat sejarah
BIDANG MUSIK
perjuangan Rakyat Indonesia.
Soemarjo mengusulkan empat aspek dalam pengembangan musik sebagai berikut: 3. Menerbitkan hasil karya mereka dan menyebarkannya secara baik.
1. Supaya impor piringan hitam yang sekarang ini liar dibimbing oleh pemerintah atau suatu Tindakan-tindakan ini sangat penting untuk membimbing dan memberikan syarat-syarat perkembangan
badan yang ditunjuk untuk itu. Impor piringan hitam hendaknya mempunyai suatu dasar bagi kesusastraan Indonesia yang berakar pada masalah-masalah kehidupan dan perjuangan Rakyat
kultural yang sesuai dengan kepentingan penyelesaian Revolusi Agustus dan perkembangan Indonesia sendiri dan dengan begitu kesusastraan Indonesia bukan hanya berakar dan tumbuh
apresiasi musik yang sehat dari masyarakat bangsa Indonesia. pada massa rakyat Indonesia, tetapi juga menjadi juru bicara kemanusiaan, keadilan, dan keindahan
2. Supaya pemerintah mendirikan suatu pusat lembaga musik di mana musik rakyat dan daerah perjuangan serta cita-cita rakyat.
kita diolah dan dikembangkan secara ilmiah dan kerakyatan.
3. Supaya Radio Republik Indonesia (RRI) dan/atau Departemen Pendidikan, Pengajaran dan BIDANG PENDIDIKAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan secara konkrit membantu perkembangan ansambel paduan-paduan suara yang
sekarang sudah mulai tumbuh. Di samping memperbaiki semua lembaga pendidikan dan pengajaran pemerintahan di lapangan seni,
4. Supaya pemerintah memberikan tugas dan fasilitas kerja kepada komponis-komponis satra, dan filsafat, Soemardjo berpendapat bahwa sangat perlu dan mendesak menyelenggarakan suatu
Indonesia. pendidikan kebudayaan pada sekolah rakyat, sekolah menengah, dan universitas karena pemuda dan
pelajar/mahasiswa Indonesialah yang sangat diganggu atau sangat dirusak perkembangannya dalam
PEMBANGUNAN TAMAN-TAMAN KEBUDAYAAN hal kebudayaan dan moral revolusinya oleh “musik-musik histeris, lektur cabul, dan film dekaden
kebudayaan imperialis”. Oleh karena itu diharapkan sekolah-sekolah tersebut menyelenggarakan
Somardjo menyambut baik keputusan Departemen Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang hendak secara meluas dan terpimpin pendidikan dan kegiatan-kegiatan senirupa dan atau kerajinan tangan,
membangun Taman-taman Kebudayaan pada beberapa kota besar sebagai permulaan. Keputusan itu seni drama (untuk sekolah menengah ke atas), paduan suara, serta tari dan musik dengan instrumen
sudah nyata, namun masih belum direalisasi. Oleh karena itu diusulkan kepada pemerintah supaya musik rakyat.
tingkat pertama membangun sebuah Taman Kebudayaan di Jakarta dengan menggunakan Taman Raden
Saleh dan semua gedung peninggalan almarhum Raden Saleh.
Di samping di beberapa kota yang sudah mempunyai tempat untuk Taman-taman Kebudayaan,
pembangunannya perlu sesegera mungkin dimulai dalam waktu yang singkat manakalah syarat-
syarat pembangunannya sudah bisa disediakan oleh pemerintah. Menurut Soemardjo tidak ada
salahnya jika pemerintah dalam hal membangun Taman-taman Kebudayaan mengajak organisasi-
organisasi kebudayaan dan organisasi masyarakat lainnya, sehingga rencana atau putusan-putusan itu
tidak dingin di dalam arsip pemerintah saja. Lebih lanjut Soemarjo mengusulkan agar Taman-taman
Kebudayaan ini dapat berfungsi (1) sebagai forum bagi perkembangan dan kegiatan-kegiatan kesenian
dan kebudayaan rakyat dan (2) menjadi taman rekreasi dan entertainment bagi rakyat. Soemardjo
260 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 261