Page 268 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 268

Soemardjo





                                                                                                                                                                  RIWAYAT SINGKAT

                                                                                                                                                                  Soemardjo lahir dan pernah tinggal di Yogyakarta, namun tidak banyak yang diketahui tentang latar
                                                                                                                                                                  belakang pendidikannya. Sejak usia remaja dan masa muda ia aktif dalam berbagai kegiatan organisasi.
                                                                                                                                                                  Ia melanjutkan pendidikan di bidang sejarah dan lulus B2 Sejarah di Yogyakarta. Setelah menjadi sarjana
                                                                                                                                                                  ia menjadi anggota Himpunan Sarjana Indonesia (Asvi Warman Adam, tt.: 118). Disinyalir ia membantu
                                                                                                                                                                  Soekarno menuliskan beberapa pidato kepresidenan, terutama yang berkaitan dengan sejarah (Rith
                                                                                                                                                                  Mc Vey, 1979).

                                                                                                                                                                  Selama menjadi mahasiswa ia aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang beraliran
                                                                                                                                                                  nasionalis. Ia juga aktif di berbagai kegiatan akademik, sosial, dan budaya, sehingga dekat dengan berbagai
                                                                                                                                                                  kalangan yang tergabung dalam organisasi kemahasiswaan dan sosial budaya lainnya. Ia dekat dengan
                                                                                                                                                                  tokoh-tokoh Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), seperti Nyoto, dan menurut kesaksian sahabatnya
                                                                                                                                                                  ia selalu hadir dalam setiap diskusi yang diselenggarakan oleh Lekra tentang seni dan budaya sekalipun
                                                                                                                                                                  ia bukan anggota resmi (Hersri Setiawan, 2018). Ia menulis beberapa artikel tentang kebudayaan yang
                                                                                                                                                                  diterbitkan dalam beberapa surat kabar dan majalah. Ia pun pernah bekerja di Kementerian Pendidikan
                                                                                                                                                                  dan Kebudayaan RI hingga kemudian ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan pada
                                                                                                                                                                  Kabinet Dwikora II.
                             Masa Jabatan
                             21 Februari - 18 Maret 1966                                                                                                          ANGGOTA KABINET DWIKORA II

                                                                                                                                                                  Soemardjo ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan dalam Kabinet Dwikora II atau
                                                                                                                                                                  Kabinet yang Disempurnakan. Kabinet Dwikora II dibentuk untuk menggantikan Kabinet Dwikora I yang
                                                                                                                                                                  dianggap tidak dapat menyelesaikan berbagai persoalan bangsa saat itu. Masa kerja Kabinet Dwikora I
                                                                                                                                                                  dari 27 Agustus 1964 sampai dengan 22 Februari 1966. Nama Dwikora merupakan kependekan dari
                                                                                                                                                                  Dwi Komando Rakyat, yakni komando Presiden Soekarno ketika melancarkan konfrontasi bersenjata
                                                                                                                                                                  terhadap Malaysia untuk menghalangi berdirinya negara Malaysia. Komando ini dikeluarkan dalam
                                                                                                                                                                  pidato Presiden Soekarno di depan apel besar sukarelawan di Jakarta tanggal 3 Mei 1964, berisi dua
                                                                                                                                                                  perintah, yaitu 1) perhebat ketahanan revolusi Indonesia dan 2) bantu perjuangan revolusioner rakyat
                                                                                                                                                                  Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei. Lahirnya Dwikora tidak lepas dari peran PKI dalam
                                                                                                                                                                  pemerintahan, yang pengaruhnya mengarahkan politik bebas aktif Indonesia condong ke Republik
                                                                                                                                                                  Rakyat China (RRC) dan memunculkan apa yang disebut Poros Jakarta-Beijing.

                                                                                                                                                                  Kabinet Dwikora II  diumumkan pada tanggal 21 Februari 1966 dan anggota kabinet dilantik pada
                                                                                                                                                                  tanggal 24 Februari 1966. Kabinet ini juga dikenal dengan nama Kabinet Seratus Menteri karena
                                                                                                                                                                  jumlah anggota kabinetnya lebih dari 100 menteri. Dalam Kabinet ini Soekarno sebagai Presiden
                                                                                                                                                                  merangkap Panglima Tertinggi dan Perdana Menteri dengan didampingi lima Wakil Perdana Menteri.
                                                                                                                                                                  Di samping itu ada dua menteri pendidikan: yang pertama Soemardjo sebagai Menteri Pendidikan
                                                                                                                                                                  Dasar dan Kebudayaan dan yang kedua Leimena sebagai Menteri Pendidikan/Perguruan Tinggi dan
                                                                                                                                                                  Ilmu Pengetahuan.

                                                                                                                                                                  Jumlah menteri yang banyak merupakan upaya Soekarno untuk meyakinkan rakyat bahwa pemerintah
                                                                                                                                                                  akan segera  melakukan tindakan-tindakan serius  untuk mengatasi masalah kebangsaan. Namun
                                                                                                                                                                  kabinet dibentuk pada masa yang sangat genting, saat rakyat sedang melakukan demonstrasi menuntut
                                                                                                                                                                  pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) setelah peristiwa besar 30 September 1965 (G 30 S/PKI)
                                                                                                                                                                  yang menyebabkan tewasnya beberapa perwira tinggi TNI. Oleh karena peristiwa politik yang cepat
                                                                                                                                                                  berubah itu Kabinet Dwikora II tidak berumur panjang. Beberapa menteri bahkan belum melakukan




                             256  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  257
   263   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273