Page 320 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 320
Mashuri Saleh
Mashuri Saleh lahir di Juwana, Pati, Jawa Tengah, pada tanggal 19 Juli 1925. Ayahnya bernama Ki Saleh
Kromoastro. Ia memiliki tiga saudara kandung, yaitu Maskanan, seorang perwira tinggi yang bertugas
1
di MBAD, sedangkan dua orang lainnya, Sutikno dan Sukarnin, merupakan pengusaha swasta.
Saat bersekolah, Mashuri Saleh sangat aktif berorganisasi, seperti Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) dan
Persatuan Pemuda Taman Siswa. Ia sering terpilih sebagai pengurus dan ketua organisasi yang diikutinya.
Di Surakarta, saat Revolusi Kemerdekaan 1945-1949, Mashuri bergabung dalam Ikatan Pemuda Pelajar
Indonesia (IPPI) Surakarta. Kemampuannya mengerahkan dan memimpin pelajar-pelajar di Surakarta
membuatnya terpilih sebagai Komandan Batalion 55 Tentara Pelajar (TP) Surakarta. Setelah masa
2
revolusi kemerdekaan berakhir, Mashuri melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum (FH) Universitas
Gadjah Mada (UGM). Sembari kuliah, ia aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat dan pemerintahan.
Dalam bidang sosial pendidikan Mashuri mengabdikan diri menjadi guru Sekolah Menengah Atas (SMA)
dan Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA). Saat Front Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB)
dibentuk pada tahun 1958 ia bergabung sebagai anggota Badan Pertimbangan. Pada tahun 1960-1965
ia menjadi Ketua Penasehat Penguasa Perang Pusat (Peperu). 3
Tahun 1957 Mashuri lulus FH UGM dengan gelar Sarjana Hukum (S.H). Kiprahnya di bidang organisasi
dan masyarakat pun semakin meluas. Ia menjadi pengacara sekaligus Ketua Pengurus Persatuan Sarjana
Masa Jabatan Hukum Indonesia (Persahi). Selain berprofesi sebagai pengacara Mashuri aktif dalam organisasi dan
6 Juni 1968 - 28 Maret 1973 gerakan politik. Sebagai alumnus UGM ia diminta menjadi Ketua Pusat Keluarga Alumni Gadjah Mada
(KAGAMA). 4
Mashuri mengakhiri masa lajang dengan menikahi seorang perempuan bernama Listinah, yang kemudian
dikenal dengan sebutan Lies Mashuri. Lies lahir di Kalimantan Timur, namun besar dan bersekolah
di Jawa. Dari pernikahan tersebut lahir enam orang anak, yaitu Ani Anggraini, Toto Wijayanto, Sri
Pangastuti, Bambang Rusmanto, Djoko Riyadi Mashuri Saleh, dan Arinto Wahyuwigati. Toto Wijayanto
menjadi Sarjana Ekonomi, sedangkan Bambang Rusmanto dan Djoko Riyadi Mashuri melanjutkan
pendidikannya di Universitas Trisakti. 5
Mashuri bekerja di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan kemudian menjabat Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (Dirjen PTIP) selama dua periode berturut-turut tahun 1966-
1967 dan 1967-1968. Kariernya semakin gemilang ketika diangkat oleh Presiden Soeharto menjadi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Pembangunan I (1968-1973). Dalam Kabinet
Pembangunan II (1973-1978) ia dipercaya sebagai Menteri Penerangan. Pada tahun 1977-1982 Mashuri
menjadi Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat (MPR/DPR) dari
Golkar dan kemudian diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) (1982-1986). 6
Mashuri menetap di Surakarta selama beberapa tahun seblum meninggal dunia di rumah kediaman
keluarga pada 1 April 2001 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bhakti, Jurug,
Surakarta. 7
PEMIKIRAN DAN KARYA
“Pak Mashuri selalu realist dan sederhana, Pak Mashuri
sederhana dalam bitjara dan berpakaian. Para mahasiswa
dan pemuda sering mendjumpainya dikamar kerdjanja,
308 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 309

