Page 323 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 323

Perpisahan dengan                                                                                            Bertemu dengan
 Menteri Penerangan                                                                                           Presiden Soeharto
 Mashuri Saleh, S.H.                                                                                          pada Sidang Umum
 beserta nyonya                                                                                               MPRS 1968. (Dari
 di gedung RRI Jl.                                                                                            kiri) Harry Tjan,
 Merdeka Barat                                                                                                Ali Moertopo, Jusuf
 (Sumber:                                                                                                     Wanandi, Sumiskum,
 Perpustakaan                                                                                                 Presiden Soeharto,
 Nasional Republik                                                                                            dan Sofjan Wanandi,
 Indonesia)                                                                                                   (membelakangi
                                                                                                              kamera)  Mashuri,
                                                                                                              dan Soedjono
                                                                                                              Hoemardani
                                                                                                              (Sumber: Repro
                                                                                                              buku Shades of Grey:
                                                                                                              A Political Memoir
                                                                                                              of Modern Indonesia
                                                                                                              1965-1889)














 bertjelana  putih  dan  berkemedja  putih.  Para  pemuda  dan   “Diantara  orang2  jang tertipu  itu  disebutkan orang2
 mahasiswa sering mendengar pidato dan tjeramahnja selalu   jang  tergolong  didalam  kaum  kultus  individu.  Dengan
 berdasarkan pandangan realist. Realist dalam melantjarkan   tjara menarik dilukiskan proses daripada lahirnja kaum

 pendapat2nja tentang orde-lama dan orde-baru.  kultus individu itu. Mereka pada mulanja merasa tertipu,
                           dan bisa djuga tidak suka kepada orang jang mempunjai
 Dan jang terang Pak Mashuri tidak dapat dilepaskan   itu. Tetapi makin lama, timbul simpatinja kepada orang

 dari  perdjuangan  orde-baru.  Pak  Mashuri  tidak  dapat   jang mempunjai  itu, hingga  mereka  mendjadi  mentjintai
 dipisahkan dengan mahasiswa  dan pemuda.  Mahasiswa   dan memudjanja.  Meskipun  mereka  terus  ditipu, tetapi
 dan  pemuda  serta  para  peladjar  jg  mendjadi  exponent   mereka  merasa  bahagia  didalam keadaan tertipu  itu.

 dari  angkatan  66.  Suatu  Angkatan  jang  mendobrak     Bahkan kemudian mereka  bersedia  mati  untuk membela
 Kubu pertahanan orde-lama. Oleh sebab itu dimana-mana    orang jg menipunja itu. 12

 Pak Mashuri mendjelaskan seluruh Perguruan Tinggi di
 Indonesia dipersiapkan utk mendjadi benteng2 orde baru!”. 8
               Dalam pidato di depan mahasiswa UGM bulan April 1967 di atas, sebagai seorang yang realis, Mashuri
               tampak sangat menentang pengkultusan terhadap diri seseorang. Ia menganggap bahwa hal tersebut
               hanya akan menyebabkan sikap yang tidak demokratis. Sikap seperti itu tercermin pada diri dua tokoh
 Demikian Minggu Pagi edisi 15 Januari 1967 menggambarkan sosok Dirjen PTIP Mashuri Saleh. Ia salah   yang pada masanya dielu-elukan oleh para pendukungnya, yakni Soekarno dan Soeharto. Pada saat
 seorang tokoh penting sekitar peristiwa G30S. Ia mengerahkan mahasiswa dan sangat mendukung   Soekarno tumbang, sebagai seorang Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, ia menyatakan sikap untuk
 Soeharto menggantikan Soekarno sebagai presiden. 9  tidak melihat Soekarno lebih dari para pendiri bangsa lainnya. Ia menambahkan, bahwa tanpa Soekarno,
               bangsa Indonesia akan tetap dapat berjuang. 13
 Sesudah peristiwa G30S Mahsuri, sebagai Ketua Persahi, bersama Harry Tjan menyusun memorandum
 kepada parlemen untuk mendakwa Soekarno yang pada saat itu tidak mau mundur dari jabatannya   Sikapnya menentang pengkultusan seorang tokoh konsisten dilakukan, termasuk terhadap orang
 sebagai Presiden Republik Indonesia (RI) untuk kemudian digantikan oleh Soeharto sesuai ketetapan   yang membawanya sukses masuk ke dalam pemerintahan: Presiden Soeharto. Pada tahun 1980-an
 MPRS tanggal 5 Juli 1966. Rencana tersebut disetujui parlemen sehingga kemudian diselenggarakanlah   terjadi pro dan kontra tentang pemberian gelar “Bapak Pembangunan” kepada Soeharto. Ketika itu
 Sidang Istimewa MPRS pada bulan Februari 1967. 10  ia menjadi Wakil Ketua DPR. Ia melihat suasana genting berkait dengan wacana pemberian gelar
               tersebut. Mashuri minta agar usulan pemberian gelar “Bapak Pembangunan” dihentikan sementara. Ia
 Mashuri duduk di kursi pemerintahan dan menjadi pendukung setia Pemerintah Orde Baru. Ia banyak   khawatir jika wacana tersebut diteruskan akan terjadi pengkultus individuan terhadap Soeharto, sama
 mengutarakan pemikirannya melalui pidato, buku, kebijakan, dan sebagainya. Ia berusaha mengubah   seperti pemujaan terhadap Soekarno secara berlebihan dalam bentuk berbagai penghargaan. Sayang
 persepsi masyarakat, khususnya pelajar dan mahasiswa, tentang Orde Lama dan beralih mendukung   pemikiran Mashuri Saleh  kalah  populer  dengan  masyarakat yang  mengelu-elukan Soeharto—yang
 Orde Baru. Hal tersebut tercermin dalam pernyataannya saat menjabat sebagai Dirjen PTIP. Ia berusaha   salah satunya Buya Hamka—agar diberikan gelar kehormatan sebagai “Bapak Pembangunan”. Mereka
 menjadikan Perguruan Tinggi sebagai benteng Orde Baru. 11  beralasan bahwa pada masa kepemimpinan Soeharto-lah pembangunan baru dimulai. “Malah kita baru




 310  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  311
   318   319   320   321   322   323   324   325   326   327   328