Page 326 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 326
Mashuri Saleh, S.H. Suasana dalam
selaku Direktur acara simposium
Jenderal Pendidikan UI, “Simposium
Tinggi sedang Angkatan 66
menyampaikan Menjelajahi Trace
gagasannya terkait Baru”. Terdepan
simposium di tampak Prof. Dr.
UI, “Simposium Ir. R. M. Soemantri
Angkatan 66 Brojonegoro, Moh.
Menjelajahi Trace Hatta, Rachmi Hatta,
Baru” dr. Nani Soemantri,
(Sumber: Arsip Mashuri Saleh
Nasional Republik (Sumber: Arsip
Indonesia) Nasional Republik
Indonesia)
Kanak-kanak (2 tahun), Sekolah Dasar (8 tahun), Sekolah Lanjutan (4 tahun), Sarjana Muda (4 tahun),
dan Sarjana (2 tahun). Sistem pendidikan yang dicanangkan oleh Mashuri tersebut tidak hanya menyasar
pada kecerdasan intelektual anak didik, namun juga bagaimana anak didik terlibat dalam pembangunan
dan masyarakat, baik dalam bidang sosial, ekonomi, lingkungan, maupun bidang yang lain. 23
Usaha Mashuri melakukan pembaharuan pendidikan cukup berhasil. Ia membuka tiga Sekolah Tinggi
Menengah (STM) Pembangunan di Jakarta, Semarang, dan Yogyakarta dalam kurun waktu 1971-1971.
Dalam kurun waktu 1972-1973 ia berhasil menyusun kurikulum dan metode mengajar untuk semua mata
pelajaran di tingkat Sekolah Dasar, silabus dan program kurikulum Sekolah Menengah Pembangunan, serta
kurikulum untuk 17 fakultas atau jurusan di Perguruan Tinggi. Buku pelajaran untuk tingkat Sekolah Dasar
pun berhasil dicetak dalam Proyek Paket Buku Departemen P dan K sebanyak 12.431.000 buah. Buku-buku
tersebut dibagikan secara cuma-cuma kepada sekolah dan madrasah baik negeri maupun swasta.
Hal lain yang dilakukan Mashuri dalam bidang pendidikan ialah penghapusan ujian negara dan ijazah
serta menggantikannya dengan ujian sekolah dan Surat Tanda Tamat Belajar.
“Udjian dan idjazah negara merupakan institut jang
menjebabkan timbulnja djarak antara sekolah dengan
masjarakat. Dengan adanja institut itu hubungan sekolah
dengan masjarakat mendjadi tidak langsung.
Sekolah terasing dari kehidupan masjarakat, karena tugas
sekolah berubah mendjadi se-mata2 menjiapkan anak untuk
dapat lulus udjian dan memiliki idjazah negara. Apa bila
udjian dan idjazah negara itu diganti dengan ujdian
sekolah, maka djarak antara sekolah dengan masjarakat
kita tiadakan, dan terdjadilah dialog langsung antara
sekolah dengan masjarakat.” 24
Perubahan yang dilakukan oleh Mashuri mendapat sambutan hangat dari perguruan Taman Siswa.
Sayang usaha tersebut tidak dilanjutkan oleh menteri pendidikan setelahnya, Prof. Dr. Ir. R.M. Soemantri
Brojonegoro.
314 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 315

