Page 121 - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X
P. 121

Dari aspek historis, ilmu-ilmu terapan sebenarnya jauh lebih tua dibandingkan
                 dengn ilmu-ilmu apriori dan aposteriori. Penerapan tertua misalnya, seleksi antara
                 tumbuhan  dan  hewan  yang  dapat  dimakan  atau  dapat  digunakan  sebagai  obat
                 (herbal), atau yang mengandung racun, pertukaran musim yang dapat dimanfaatkan
                 bagi kebutuhan pertanian, dll. Namun yang menjadikan suatu pengetahuan sebagai
                 ilmiah  bukannya  pengetahuan  itu  dapat  diterapkan,  melainkan  karena  sifatnya
                 sebagai hasil pemahaman secara teoritis. Pada abad 15 ilmu pengetahuan semakin
                 matang.  Penggabungan  pola  pikir  apriori  dan  aposteriori  menjadi  metode  ilmiah,
                 dan disitulah asal mula zaman Renaisans dan Humanisme. Manusia dilihat sebagai
                 pribadi  individual  dan  yang  berkuasa  baik  dari  aspek  kesenian,  politik,  filsafat,
                 agama, gerakan-gerakan anti agama, teknik, dll.


                 Memahami Teks

                   Istilah  Nawadarśana  sebenarnya  adalah  penggabungan  Ṣaḍ  Darśana  dengan
                 filsafat  Nāstika  yaitu  aliran  filsafat  yang  tidak  mengakui  otoritas  Veda  sehingga
                 disebut filsafat heterodox. Ada tiga aliran besar dalam Nāstika, sebagai berikut:
                 1)  Aliran filsafat materialistis dari Cārvāka
                   Cārvāka  tidak  pernah  percaya  kepada  surga,  neraka,  dan  terhadap  Tuhan
                   yang menciptakan alam semesta, karena itu aliran ini bersifat atheis. Cārvāka
                   menitikberatkan untuk mencari kesenangan duniawi saja. Ada dua jenis pengikut
                   Cārvāka, yaitu Dhūrta (licik dan tidak terpelajar) dan Suśikṣita (terpelajar). Salah
                   satu  pengikut  Suśikṣita  yang  terkenal  adalah  Vātsyāna  yang  terkenal  dengan
                   bukunya Kāmasūtra.
                 2)  Aliran filsafat Jaina
                   Aliran  Jaina  artinya  memperoleh  kemenangan  dalam  menghadapi  tantangan
                   duniawi.  Pendiri  aliran  ini  adalah  Mahāvīra  yang  nama  aslinya  Vardhamāna.
                   Aliran filsafat ini bersifat atheis yang percaya seseorang dapat mencapai kebebasan
                   rohani seperti guru mereka. Ada dua golongan Jaina, yaitu Digambara (golongan
                   yang sangat fanatik dan bahkan telanjang bulat) dan Śvetāmbara (golongan yang
                   lebih moderat, menggunakan pakaian serba putih). Bisa dikatakan  filsafat Jaina
                   bersifat pragmatis realistis.
                 3)  Aliran filsafat Buddha
                   Filsafat  Buddha  didirikan  oleh  pengikut  Sang  Buddha,  Siddhārtha  Gautama
                   dan dinasti Sakya. Ajaran filsafat Buddha meliputi Catur Ārya Satyani (empat
                   kebenaran  mulia),  Pratitya  Samut  Pada  (dua  belas  hal  yang  menyebabkan
                   penderitaan) dan Aṣṭa Mārga (delapan jalan yang benar)
                   Enam filsafat Hindu yang dikenal dengan Ṣaḍ Darśana adalah enam sistem filsafat
                 orthodox yang merupakan enam cara mencari kebenaran, yaitu Nyāyā, Sāṁkya, Yoga,
                 Vaisiseka,    Mīmāmsā  dan  Vedānta.  Di  samping  enam  Darśana  pokok  awal  yang
                 termasuk zaman Sūtra- sūtra juga terdapat beberapa Darśana yang termasuk zaman





                 114  | Kelas X SMA/SMK
   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126