Page 32 - PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS RISET oke_Neat
P. 32
Tahap kedua adalah kritik, langkah ini dilakukan
setelah mendapatkan sumber hasil heuristik. Sumber ini
perlu diuji terlebih dahulu. Pengujian ini diperlukan dua
verifikasi yaitu pengujian otentisitas sumber atau keaslian
sumber yang disebut dengan kritik eksternal. Kritik
selanjutnya yaitu meneliti tentang kredibilitas atau yang
disebut kritik internal (Garraghan, 1957: 229;
Kuntowidjoyo, 1995: 98-99; Herlina, 2008: 24-33). Kritik
eksternal merupakan pengujian terhadap aspek-aspek ’luar’
dari sumber sejarah, sedangkan kritik internal adalah untuk
memastikan kredibilitas sumber (Sjamsudin, 2007: 132-
134).
Sumber perlu dikritik karena tidak ada jaminan bahwa
sumber yang sampai kepada peneliti atau sumber yang
ditemukan dan dihimpun merupakan sumber yang otentik
yang diperlukan dalam rangka penelitian disertasi ini.
Dengan perkataan lain, penerapan kritik dalam metode
sejarah bertujuan agar sejarawan tidak menerima begitu
saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber
itu. Namun ia telah menyaringnya secara kritis, sehingga
terjaring fakta yang menjadi pilihannya (Garraghan,
1957:169-174; Sjamsudin, 2007: 131).
Kritik ekstern dilakukan dengan menguji sampai
sejauh mana tingkat otentisitas sumber? Langkah pertama
adalah menentukan sumber tersebut memang sumber yang
dikehendaki atau tidak dan asli atau sumber tersebut palsu.
Hal tersebut dapat dilihat dari tanggal dokumen ditulis atau
dikeluarkan, identifikasi terhadap tulisan tangan, tanda
tangan, materai atau stempel dan jenis huruf yang
digunakan. Langkah kedua yaitu melihat sumber tersebut
dari bentuk asli atau hanya salinan ulang dari yang asli.
Proses ini dilakukan untuk memilah dokumen yang asli agar
tidak terjadi perubahan pada isi dokumen. Langkah ketiga
adalah meneliti bentuk fisik maupun isi dari dokumen.
Langkah ini dilakukan terjadinya kekeliruan seperti
pengurangan, pengulangan, atau penambahan yang
disebabkan kekurangtelitian atau karena ada maksud lain.
28