Page 18 - Microsoft Word - sejarah fiks
P. 18

Sekolah-sekolah  berbahasa  Belanda  dan  Melayu,  iapun  ikut  memberikan
                      dukungan  moril  dengan  mengajak  para  sultan  yang  ada  di  Sumatra  untuk
                      bergabung dengan Pemerintahan RI, bahkan ia terus aktif membantu Pejuang-
                      pejuang RI  untuk  mempertahankan  kemerdekaan  dengan  cara  menyediakan
                      bahan  makanan  untuk  tentara  dan  Pejuang-pejuang  RI  yang  bertempur
                      melawan  Belanda  maupun  yang  bertugas  melakukan  penumpasan  terhadap
                      gelombolan pemberontak, demikian juga Pemerintah RI yang saat itu berpusat
                      di Jogyakarta, Sultan Syarif Kasim II dengan rela menyumbangkan sebahagian
                      besar  harta  kekayaannya.  Bersamaan  dengan  di  Proklamirkannya
                      Kemerdekaan Republik Indonesia, Sultan Syarif Kasim II Memerintahkan tiap-
                      tiap  pelosok  mereka  bergerak  kejurusan  untuk  mengerahkan  dan
                      membuktikan kepada rakyat Siak atas Kemerdekaan Indonesia dan dan supaya
                      rakyat  memasang  Bendera,  agar  rakyat  bersatu  dan  bersedia  menegakkan
                      Kemerdekaan.  Setelah  K.N.I  dibentuk  maka  dibentuk  pula  K.N.I  Siak  yang
                      diketuai oleh O.K. Muhammad Jamil, P.R.I diganti B.K.R kemudian dengan T.K.R,
                      sesudah T.K.R dibentuk, Sultan Syarif Kasim II dengan Dr. Tebing Berangkat Ke
                      Medan Untuk menjumpai Gubernur Mr.T.Hasan.
                             Sultan Syarif Kasim II Putra Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil
                      Syaifuddin yang bernama Tengku Sulung Syarif Kasim II dilahirkan pada tanggal
                      1 Desember 1893 di Siak Sri Indrapura. Beliau diangkat menjadi Sultan pada
                      tahun 1915 atau ketika usianya 22 tahun. Tak berbeda halnya dengan Sultan-
                      Sultan  dari  daerah  lain,  Sultan  Syarif  Kasim  II  juga  memperlihatkan
                      perlawanannya kepada Belanda ketika beliau ditunjuk menjadi Sultan. Salah
                      satu  bentuk  perlawanannya  yaitu  dengan  menolak  mengakui  bahwa
                      Kesultanan  Siak  adalah  di  bawah  kekuasaan  Kolonial  Belanda,  walaupun
                      sebenarnya  Kesultanan  Siak  telah  terikat  perjanjian  dengan  Belanda
                      sebelumnya. Dalam mengemban pendidikannya, Sultan Syarif Kasim II seorang
                      yang  bangsawan  dan  mempunyai  harta  yang  banyak,  beliau  banyak
                      menggunakan hartanya untuk menolong rakyat Siak, terutama dalam bidang
                      pendidikan.
                             Atas  jasa-jasa  beliau  itu,  Pemerintah  RI  memberikan  hak  pension
                      kepadanya, bahkan DPRD Propinsi Riau dan Pemerintah Daerah Propinsi Riau

                      pernah  mengusulkan  beliau  dianugrahi  gelar  pahlawan  Nasional  dan  untuk
                      mengenang Jasa-jasa beliau dibidang Pendidikan, Institut Agama Islam Negeri
                      (IAIN) Pekanbaru memakai nama beliau untuk nama Institut tersebut yakni : “
                      Institut Agama Islam Sultan Syarif Kasim II “. Yang sekarang sudah menjadi “
                      Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau” (UIN SUSKA RIAU). Hari-hari
                      tuanya beliau kembali ke Siak beliau sangatlah dihormati oleh seluruh lapisan
                      Masyarakat  Riau,  dalam  tahun  1968,  beliau  mangkat  dan  dimakamkan
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23