Page 3 - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI
P. 3
58 Jurnal Penelitian Kesehatan, Jilid 9, Nomor 2 Desember 2019, hlm. 57-62
dan lebih menyukai mengkonsumsi Rahman dan Armawaty (2016) mengatakan
makanan ringan atau snack sebagai bahwa ada hubungan antara faktor
pengganti makanan siang pengetahuan gizi dengan perilaku makan,
Menurut Lomanjaya & Soegiono (2014) berbekal dengan pengetahuan gizi yang
dalam penelitiannya menyatakan bahwa cukup tersebut dapat mempengaruhi
masih terdapat 80% remaja memiliki mereka untuk mengkonsumsi makanan
kebiasaan melewatkan makan, 20% yang bergizi.
mengkonsumsi makanan 3 kali sehari dan Perilaku makan pada remaja yang
60% remaja mengganti makanan dengan lebih menyukai makanan ringan (snack),
snack.Menurut peneltian Setyowati dkk serta sengaja tidak makan karena
(2017) didapatkan 69,2% remaja memiliki menginginkan bentuk tubuh yang di
perilaku makan yang buruk dalam inginkan, dan karena kesibukkan
mencegah anemia sebagian besar memiliki beraktivitas seseorang menjadi lupa makan
pantangan dengan tidak mengkonsumsi lauk lalu hanya mengkonsumsi makanan cepat
pauk, hasil penelitian yang dilakukan saji. Masalah lain yang terjadi pada remaja
Yushinta dan Adrian(2018) didapatkan dengan makan banyak asal kenyang dengan
bahwa 22,5% remaja yang memiliki tinggi lemak dan karbohidrat tanpa
perilaku makan yang tidak baik memiliki memperhatikan unsur gizi didalamnya.
status gizi yang kurang. Berdasarkan Perilaku makan remaja tersebut dapat
survey awal yang peneliti lakukan pada berdampak pada kesehatan remaja dengan
5orang siswa SMK Katolik Mater timbulnya kasus gizi seperti kekurangan
Amabilis Surabaya didapatkan 30% siswa gizi serta kelebihan gizi (Citerawati,
sarapan pagi, sedangkan 20% siswa jarang Susanti, & Rahima, 2017).
untuk sarapan pagi. Perilaku makan Perawat perlu melakukan penilaian
berdasarkan faktor emosionalnya perilaku makan dan status gizi pada remaja
didapatkan 30% siswa makan apapun saat yang agar bisa dilakukan intervensi yang
suasana hatinya sedang buruk, sedangkan tepat. Penelitian ini bertujuan
didapatkan 10% siswa makan untuk mengidentifikasi hubungan perilaku makan
kenyamanan, dan terdapat 10% siswa dengan status gizi remaja
makan makanan ringan (snack) jika merasa
bosan sedangkan 10%. Untuk perilaku METODE
mengkonsumsi makanan ringan (snack)
didapat sebanyak 40%siswa mengkonsumsi Penelitian ini adalah penelitian
makanan ringan (snack) pada malam hari observasi (non eksperimental) dengan
dan 10% siswa tidak menyukai makanan rancangan cross sectional. Pengambilan
ringan (snack). data dilakukan di SMK Katolik Mater
Perilaku makan remaja dapat Amabilis Surabaya pada bulan April 2019.
dipengaruhi oleh 2 faktor.yaitu faktor Subyek dalam penelitian ini adalah 58 siswa
eksternal dan faktor internal. Faktor SMK Katolik Mater Amabilis Surabaya
eksternal meliputi jumlah dan karakteristik kriteria inklusi: siswa kelas X dan bersedia
keluarga, peran orang tua, teman sebaya diteliti. Tehnik pengambilan sampel
sosial budaya, nilai dan norma, media menggunakan simple random sampling
massa, fast food, mode, pengetahua gizi dan Setelah mendapat persetujuan dari
pengalaman individu sedangkan pada faktor orang tua, siswa kemudian diberikan
internal meliputi kebutuhan fisiologi, body kuesioner untuk mendapatkan data tentang
image, self-concept, nilai dan kepercayaan identitas dan perilaku makan anak setelah
individu, pemilihan dan arti makanan, itu kemudian dilakukan penimbangan berat
psikososial dan kesehatan (Mardalena, badan dan pengukuran tinggi badan.
2017). Menurut penelitian yang dilakukan Perilaku makan remaja dinilai