Page 76 - ANAK KOS DODOL
P. 76
''biarin, suka-suka gue weeek.. Puas.. Puass.. !!'' balasku sewot. Ya, sarah mengomentari gaya
mas rafi yang menundukkan pandangan. Apalagi di kosku, banyak cewek gokil gemar
berpakaian minim kayak di kuta, hihi.
''namanya siapa wi? Kita panggil mas Tun-tun aja ya? Mas tunduk-tunduk hihi.. Cari recehan..
Sekalian dia nuntun lo ke jalan yang bener!'' ejek sofia.
Aku makin manyun. ''orang sealim dia kenal sama cewek badung kayak kamu ya... Ancur! Dia
jadi tersesat! Ampuni temanku dewi ya allah!'' alisha menengadahkan tangan. Sialan,
memangnya aku setan apa? Rutukku keki meninggalkan rombongan nenek sihir itu.
Kedekatan kami tercium anak-anak Rohis lain. Ributlah lingkungan Rohis. Terutama kakak-
kakak tingkat seangkatan mas rafi. Ya, mas rafi kan termasuk pengurus inti. Ia mestinya jadi
contoh bagi anak-anak baru. Lha, skarang ikutan tren pacaran? Waduh, aku benar-benar panik.
Sejak itu, kami main kucing-kucingan. Ia tak bisa lagi bertamu ke kosku karena anak-anak Rohis
selalu melewati jalan depan kosku *maklum jalan menuju kampus. Kami merasa bak seleb
dimata-matai paparazzi *ceiiiilaa. Pergi kemana-mana, kami selalu pasang mata dengan
waspada.
Jangan-jangan berpapasan dengan anak Rohis?
Duh, jadi seperti maling takut ketemu polisi begini? Pernah nih, lagi nongkrong di toko buku,
ketemu dua akhwat. Mas rafi yang sedang memilihkan buku, langsung menjauh secara otomatis.
Aku menahan napas, fuihh! Hampir saja!
''sendirian aja wi?'' sapa mereka. Aku hanya bisa nyengir dan mengobrol dengan mereka.
''tadi aku lihat mas rafi dibagian komik!'' kata lina curiga.
''oh ya? Aku tidak lihat!'' ups, bohong lagi deh!.