Page 81 - ANAK KOS DODOL
P. 81
BAB 23
Ratu Pemalas
''cewek sekarang fasihnya jadi anggota senat tapi masak dan beberes tidak becus.'' begitu keluhan
seorang cowok temanku di BEM kampus. Aku ingin menyanggah pendapatnya yang agak
melecehkan itu dan berdebat seru sperti biasa. Tapi, apa daya.. Pernyataan temanku itu banyak
benernya. Ya, paling tidak kalau ngeliat aku dan anak-anak kos, hehe.
Rata-raya, anak kosku punya kesibukan selain ngampus. Ada yang kerja paruh waktu sebagai
model, SPG rokok, juga penjaga di mal. Ada pula yng aktivis kampus spertiku hehe sok sibuk
ikut senat, rohis atau UKM lain yang jumlahnya mencapai puluhan di kampus.
Kami tinggal di kos-an yang fasilitannya lengkap. Ada kamar mandi pribadi, cuci dan setrika, air
minum tinggal abil di dandang raksa plus warung sebelah tinggal teriak sandinya di jendela:
''mbak ne,... Lotek dooong! Pesanan langsung diantarkan didepan pintu. Kata anak-anak yang
rada sirik, kami seperti tinggal di hotel hehe.
Kemudahan-kemudahan ini lah yang bikin kami makin terdidik untuk MALAS. Parah ya. Kata
sakti itu menyihir banyak anak. Terkecuali beberapa anak ya yang rajin dari sononya macam si
Baby Huey, tere anak pekalongan atau putri sunsilk *rambut panjangnua bikin dengki, mbak
leslie dari semarang yang hobinya beberes. ''berjiwa pembantu'' ledek sarah usil hehe.
Untuk urusan telat bangun, rata-rata anak kos mengidap penyakit akut ini. Apalagi kalau hari
minggu. Kehidupan di kos baru mulai pukul sepuluh ke atas. Ada anak-anak angkatan baru yang
kasak-kusuk beberes kamar, pasang musik dan mencuci dengan berisik pasti dihardik dari dalam
kamar oleh kami, mbak kos pemalas yang sok senior. Hihi padahal salahnya sendiri, jam
sembilan kok masih molor.
Padahal, kata orang-orang tua, rejeki datang seiring matahari terbit. Pamali bangun siang, rejeki
bisa dipatok ayam kan! Tapi tetap saja badung. Pernah nih, pas puasa hari pertama *kebetulan
libur, setelah kasak-kusuk menyiapkan hidangan sahur istimewa dan haha hihi menunggi azan