Page 84 - ANAK KOS DODOL
P. 84
BAB 24
Konser Tunggal Mamaku
semenjak masuk kuliah, aku tergila-gila nonton konser musik yang bertebaran di djokdja.
Maklum baru lepas dari kerangkeng hehe. Pas tinggal dengan ortu, boro-boro ke konser. Pulang
telat dikit saja, mama sudah parno anaknya kelayapan sama cowok manaa gitu. Habis dah
diinterogasi. Urusan parno dan panik, mama juaranya. Cocok banget dah jadi detektif swasta!
Pas kuliah, hobi nonton konserku terpuaskan. Beli tiket tinggal pintar-pintar nabung saja, terus
rajin puasa senin kamis gitu hehe, jam malam tak terbatas, tak ada yang ngomel-ngomel kayak di
rumah. Asyik nggak tuh! So, mulai dari kafe ternama *yang tiketnya bikin kantung kesepian,
auditorium kampus hingga lapangan sepak bola kulakoni demi menonton grup band kesayangan
tampil secara live. Rasanya seru aja gitu berbaur dengan orang-orang dan bernyanyi dengan
vokalis idaman sepanjang jaman mosalnya Fadli padi, i love him soo much!
Konser gigi termasuk pertunjukan super seru yang kutonton. Saking padatnya penonton, aku
nyaris pingsan kehabisan udara dan terpaksa dibopong sama kakak sepupu yang rela datang dari
STPDN sumedang untuk mengawalku nonton *sebenarnya sih dia pengen dikenalin sama sarah
makanya sok baik gitu hehe. Kakakku sampai misuh-misuh, katanya bodiku kerempeng tapi
beratnya ampun-ampun. Pasti keberatan dosa! Dih, kejam amat doanya!
Kali lain, aku bersama Alya dan teman-teman jurusannya nonton konser Andra and the
Backbone di Audit kampus. Karena bokek, kami menunggu setengah pertunjukan, biasanya
pintu dibuka untuk menghindari kerusuhan. Betul saja, akhirnya kami bisa masuk dan dapat
tempat strategis untuk ngecengin Andra! Duh, rasanya terharu bisa menikmati kegantengan
Andra sambil nyanyi bareng. Gratis pula! *dasar nggak modal. Pulangnya ternyata kemalaman,
pintu pagar sudah dikunci pak say sejak pukul sepuluh tadi. Akhirnya, Alya dibopong sama
Hans, teman alya badannya segede buto ijo untuk naik dan meloncati pagar kosan! Berhasil.
Giliranku sekarang. Bismillah, lalu naik ke bahu lebar si raksasa hans yang langsung berdiri
tegak. Duile, dah kayak hercules! Dia membopongku seolah aku seringan kapas gitu. Aku
bergidik menatap melihat ke bawah. Hua... Tinggi banget! Aku merinding melihat bagian pagar
yang tajam! Lutut jadi bergoyang sendiri.