Page 106 - ISYARAT DAN PERHATIAN_FISIKA (IBN SINA)_CETAK
P. 106

ing dari pembahasan filsafat alam. Baru pada “pencerahan” Eropa geometri
          tiga dimensi Euclid diluaskan ke dimensi empat oleh Joseph-Louis Lagrange
          di pertengahan abad 1700-an. Pola geometri ini kelak saling berinteraksi
          dengan analisa kosmologis mengenai ruang dan elemen komposit lain.
          9       Hans J. Wospakrik, Dari Antomos Hingga Quark, KPG: Jakarta,
          2003, h. 2, lihat juga Carl Sagan, Kosmos, YOI: Jakarta, 1980, h. 316dst.
          Pertanyaan mengenai asal mula alam semesta sama artinya dengan men-
          elurusi bahan dasar—batu-bata—penyusun alam itu sendiri. Disiplin ini me-
          munculkan dua  kecenderungan besar sains fisika kontemporer, pertama
          kosmologi (jagat makrokosmos) dan kedua fisika kuantum (jagat mikrokos-
          mos). Dalam perkembangannya, dua kecenderungan ini memunculkan se-
          jumlah paradoks, di mana hukum-hukum gerak samawi tidak cocok dengan
          hukum gerak di jagat renik. Diskusi mengenai susunan realitas sendiri—
          sekalipun solid—berujung pada ambivalen. Dalam mekanika kuantum—par-
          tikel lebih berperilaku sebagai gelombang ketimbang materi. Dari peramba-
          han ini ditetapkan bahwa atom dengan susunan elektron, proton, neutron
          dan proton dan neutron ini tersusun lagi dari partikel elementer lainnya
          yaitu quark, adalah batu-bata realitas eksternal itu sendiri. Sifatnya tentu
          saja aksidental sehubungan dengan dirinya dan oleh sebab itu ia adalah par-
          tikular. Faktanya, komposisi dasar realitas komposit pada level renik masih
          terus dirumuskan—entah sebagai perambahan matematis—atau yang telah
          terkonfirmasi oleh piranti eksperimental.
          10      Konfirmasi atas jejak radiasi untuk mengukuhkan terori ledakan
          pertama dilakukan oleh Arno Allan Penzias dan Robert Woodrow Wilson.
          Penemuan ini mematahkan teori semesta statis Einstein. Pada 1978 keduan-
          ya dianugerahi Nobel Fisika.
          11      Lihat, h. 26
          12      Mursid Djokolelono, Abu Raihan Al-Biruni dan Karyanya dalam As-
          tronomi dan Geografi Matematika, Suara Bebas: Jakarta, 2007, h. 31
          13      Lihat, Umar Kahayyam, Ihwal Al-Jabar dan Persamaan, Values Insti-
          tut: Bandung, 2019, h. 81
          14      Lihat, Ikhwan Al-Shafa, Rasa’il (Jilid Ketiga), h. 27
          15      Yamani, Filsafat Politik Islam: Antara Al-Farabi dan Khomeini, Mizan:
          Bandung, 2003, h. 153
          16      Lihat biografi Ibn Sina, dalam A. J. Arberry, Avicenna on Theology,
          Hyperion: London, 1951, h. 9dst
          17      J. Sudarminta, Epistemologi Dasar: Pengantar Filsafat Pengetahuan,
          Kanisius: Yogyakarta, 2002, h. 189
          18      Lihat, h. 27,dan bab-bab sebelumnya
          19      Seyyed Hossein Nasr (ed), Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam (Buku
          Kedua), Mizan: Bandung, 2003, h. 1236


          106 | IBN SINA
   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110