Page 105 - ISYARAT DAN PERHATIAN_FISIKA (IBN SINA)_CETAK
P. 105

ya dan mendaki hierarki wujud. Modus eksistensi ini niscaya sehu-
               bungan  dengan  penurunan  bertahap  pasti  akan  terjadi  kenaikan
               bertahap. Hanya saja sekali lagi, sejauh mana Ibn Sina menginte-
               grasikan simbolisme-simbolisme sebagai isyarat akan Sang Mutlak
               melalui  bahasa  yang  terbatas  dalam  fundamen  pengalamannya
               sendiri. Sekali ini terpetakan, maka jalan pada mistisisme filosofis
               Ibn Sina akan terang dan menjadi batu uji baik dalam diskursus fil-
               safat maupun mistisisme, yang mana acapkali keduanya dianggap
               saling bertentangan.
                       Untuk meringkas tungkuslumus ini melalui Isyarat: Fisika,
               kita  menemukan  sejumlah  anasir.  Pertama,  keasasian  eksistensi
               duduk dalam dualitas kontinu. Pertama, keasasian eksistensi secara
               metafisis, melalui lema ‘Ada’ (wujud) dan adaan (maujud) niscaya
               mendahului  keasasian  eksistensi  fisik.  Postulatnya:  tak  ada  yang
               di luar ‘Ada’. Ini adalah substansinya, dan kelak akan kita temukan
               elaborasinya  dalam  Isyarat:  Metafisika,  jilid  tiga  kitab  ini.  Kedua,
               pasangan aksidennya adalah keasasian eksistensi fisik. Dia aksiden
               sejauh bahwa ia tunduk pada logika fisika. Selanjutnya, karena mod-
               el penciptaan adalah teleologis, maka rantai maujud berujung pada
               manusia untuk pada gilirannya dikembalikan pada kesempurnaan
               Yang Mutlak. Kekuatan modus-modus ini sendiri mengambil identi-
               tas sesuai gradasinya.[]


               Catatan
               1        Lihat, h. 12, 31. Bandingkan dengan Al-Kindi, Filsafat Pertama,
               YAD&Marim: Sumedang, 2021, h 16
               Bandingkan dengan Ihkwanussafa, Rasa’il (Buku Ketiga), Depag&Cipsi: Ja-
               karta, 2007, h. 12
               2        Lihat, h. 14
               3        Lihat, h. 18
               4        Lihat, h. 17
               5        Lihat, h. 13
               6        Lihat, h. 14
               7        Berkebalikan dengan teori ini, Einstein merumuskan teori kos-
               mologi statis, di mana skenarionya menyebut bahwa alam semesta senantia-
               sa statis.
               8        Istilah ‘dimensi’ sendiri penting diketengahkan mengingat per-
               debatannya dimulai sejak Euclid merumuskan geometrinya. Sampai pada
               masa Ibn Sina, geometri Euclid dikembangkan dan merupakan bagian pent-


                                      ISYARAT DAN PERHATIAN: FISIKA | 105
   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110