Page 102 - ISYARAT DAN PERHATIAN_FISIKA (IBN SINA)_CETAK
P. 102
Di sisi lain memiliki kekuatan pemahaman yang terdiri dari lima in-
dera batin (internal) dan lahir (eksternal).
Daya internal meliputi al-hiss al musytarak atau indra batin
yang dibagi menjadi empat, pertama: al-quwat al-khayal sebagai
kekuatan representasi yang masuk sebagai data yang diterima,
kemudian al-quwwah al-mutakhayyilah atau perpanjangan yang
sebenarnya identik dengan daya khayal yang menyimpan tapi daya
ini juga menyusun data yang diterima, lalu al-quwwah al-wahmiyah
atau daya estimasi yang dapat menangkap substansi, dan terakhir
al-quwwah al-hafidzah atau daya rekoleksi dari apa yang dilakukan
daya estimasi. Semua daya di atas ini menurut Ibn Sina tersimpan
di dalam fungsi inteligensia manusia. Ada pun mengenai indera la-
hir itu meliputi semua yang kita ketahui tentang panca indera, baik
yang ada pada hewan dan juga manusia. 23
Selanjutnya, setelah atribut daya—kata lain dari kekuatan
(quwwah) yang tersimpan dalam diri—itu diterapkan pada forma,
maka yang menjadi penentu kemudian adalah forma apa yang
dilekati daya tersebut. Pembicaraan ini sebenarnya bisa berakh-
ir hanya pada tahap forma hewan. Tapi Ibn Sina sendiri beranjak
darinya untuk kemudian membicarakan manusia sebagai puncak
dari segala makhluk bumi yang dapat mengaktualkan daya itu pada
level abstraksi metafisis.
Pada diri manusia, daya baru dari Jiwa Universal yang dise-
but Ibn Sina sebagai jiwa rasional atau jiwa manusiawi (al-nafs al-
nathiqah) berperan. Ia memiliki dua daya, praktis (‘amilah) dan te-
oritis (nadzariyah) (h. 75). Dari sini daya manusia tidak sepenuhnya
lepas dari jiwa pertama, jiwa tumbuhan dan jiwa hewan. Karena
bagaimanapun daya praktis itu kemudian muncul dari dua jiwa per-
tama sebelumnya untuk mengarahkannya pada kehidupan. Meski
dalam banyak hal tentu yang dapat membedakan manusia dengan
hewan itu adalah daya teoritisnya. 24
Untuk mengoptimalkan daya teoritis yang ada di dalam diri
manusia tentu saja dengan menggunakan daya ini sebagaimana
mestinya: berpikir. Ibn Sina kemudian—dengan mengikuti contoh
dari filsuf sebelumnya, Al-Kindi dan Al-farabi—membagi daya teor-
itis yang ada pada diri manusia menjadi empat bagian tingakatan.
Level terendah yaitu akal material (al-‘aql al-huyulani), sebagai daya
102 | IBN SINA