Page 104 - ISYARAT DAN PERHATIAN_FISIKA (IBN SINA)_CETAK
P. 104
Lalu mengapa dari puncaknya ia diturunkan
ke jurang kehinaan dan kerendahan yang curam?
Apakah Tuhan mencampakkannya demi suatu hikmah,
yang disembunyikan dari mata pengamat yang tajam?
Maka penurunannya itu merupakan suatu keharusan
agar bisa mendengar apa yangtak didengar,
maka tiba-tiba ia yang menarik, sehingga bintangnya
meluncur dari tempat terbitnya yang jauh,
seperti kilat yang menerangi kegelapan,
lalu hilang, tak gemerlap (h.78).
(Qasidah al-‘Ainiyah, menggunakan terjemahan E.G.
Browne, Literary History of Persia. Cambridge, 1915).
***
Sampai di sini tampak mungkin untuk mengembangkan model mis-
tisisme filosofis Ibn Sina. Kebutuhan ini terasa melalui kesepadanan
dengan visi Seyyed Hossein Nasr, di tengah dunia yang kian didomi-
nasi oleh kacamata kuda saintisme yang totaliter atas kesenyawaan
dan misteri dalam diri manusia. Dari jenisnya, mistisisme Ibn Sina
27
berporos pada filsafat teoritis dengan pijakan yang bergeser dari
logika corak peripatetisme ke logika orang-orang timur. Pergeser-
28
annya tampak sebagaimana diperikan di atas. Kebutuhan akan per-
luasan inilah yang sangat tampak di dalam Al-Isyarat wa At-Tanbihat.
Melalui penekanan Ibn Sina bahwa filsafat yang cenderung reduk-
sionistik pada yang materil adalah lahan bagi orang-orang awam.
Sementara melalui Isyarat, Ibn Sina sedang mengkhususkan pada
persiapan penjelajahan ke dimensi lain.
Dimensi lain yang dimasksud adalah dimensi filsafat teor-
itik—metafisika—dan pada gilirannya masuk ke dalam mistisisme.
Henry Corbin di sini memberikan penekanan meyakinkan pada di-
mensi mistisisme Ibn Sina, melalui simbolisme dan hikayat. Pada
29
intinya setelah kitab Isyarat, perhatian Ibn Sina sama sekali beranjak
dari filsafat murni ke perluasan metafisika. Namun kiranya diperlu-
kan survei lebih jauh mengenai perluasan yang dilakukan Ibn Sina.
Mengingat masalah bahasa bertaut dengan pengalaman, menjadi
mustahil mengandaikan Ibn Sina menyusun mistisismenya tanpa
penempuhan jalan. Artinya Ibn Sina musti mentransformasi dirin-
104 | IBN SINA