Page 99 - ISYARAT DAN PERHATIAN_FISIKA (IBN SINA)_CETAK
P. 99

lah aksiden. Artinya “berpikir” bukan substansi “hewan”. Sehingga
               maksud dari al-insan hayawan (Manusia adalah hewan) sejatinya
               tidak mengena sebab “berpikir” tidak termasuk ke dalam substansi
               hewan sendiri. Jika tidak masuk ke dalam substansi hewan, semen-
               tara masuk ke dalam substansi manusia, maka term hewan sebagai
               genus tidak memadai karena tidak memiliki unsur berpikir.
                       Dalam  nisbah  definisi  lengkap  (al-had  at-tam:  yang  mel-
               ibatkan  dua  komponen  internal)  “manusia”  didefinisikan  melalui
               komposit genus dan spesies: hewan (genus) dan berpikir (spesies).
               Melalui penarikan esensi qua esensi, sebetulnya genus dan spesies
               pada  manusia  tidak  terwakili  melalui  hewan  dan  berpikir,  sejak
               keduanya adalah aksiden. Tepatnya hewan adalah aksiden dari sub-
               stansi lain yang lebih murni, demikian pula dengan berpikir merupa-
               kan aksiden dari substansi nalar—yang juga lebih murni. Term (isti-
               lah) pada akhirnya terbatas dan dengan demikian tidak memadai.
                       Dalam hal inilah asumsi bahwa filsafat Ibn Sina meniscay-
               akan perubahan—atau pergeseran. Filsafat tidak dapat membukti-
               kan apa pun dan mendefinisikan apa pun—di luar ‘bahasa’—secara
               ekstra  mental  maupun  mental  tanpa  melibatkan  perluasan  ‘pen-
               galaman’ atas bahasa serta kesadaran akan objek filsafat pertama
               sebagai diskursus filsafat teoritis paling puncak. Dibaca secara sin-
               tagmatis melalui judul kitab Ibn Sina sendiri Isyarat dan Perhatian,
               jelas bahwa Ibn Sina menyadari keterbatasan struktur bahasa ma-
               nusia untuk memetakan realitas (al-haqq). Sejak bahwa yang bisa
               ditangkap  oleh  manusia  hanya  isyarat,  bukan  definisi,  melainkan
               petunjuk.  Dengan  demikian  objek,  tidak  saja  menuntut  struktur
               epistemologis yang sesuai melainkan penempatan yang sepadan.
                                           ***


               Secara umum, Ibn Sina menguasai hampir seluruh ranah yang di
               dalamnya  berurusan  dengan  observasi.  Selain  minatnya  yang
               tinggi  terhadap  ilmu-ilmu  alam,  pada  hal-hal  tertentu  boleh  kita
               menyebutnya sebagai fisika tradisional, ia juga secara intensif mem-
               bahas psikologi. Pembahasan ini bersifat krusial, sebab sebagaimana
               kita lihat, pengetahuan—terutama makna—hanya muncul sejauh
               fusi antara objek dan subjek, dan kesadaran atas realitas mutlak.
               Semua ini terjadi pada bagian terdalam manusia secara intrinsik. 21



                                        ISYARAT DAN PERHATIAN: FISIKA | 99
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104